Zona Merah. Program penyelusuran secara langsung daerah-daerah atau wilayah konflik oleh TV One ini bisa dibilang langka dan menarik. Program yang menampilkan daerah-daerah atau wilayah konflik di seluruh dunia,seperti Mindano di Fhilipina dan Pattani di Thailand, serta daerah lainnya ini bisa menjadi tontonan alternatif sekaligus informatif, khususnya bagi pemirsa yang ingin lebih tahu bagaimana kondisi kaum Muslimin di daerah-daerah konflik tersebut. Selain bisa melihat daerah-daerah tersebut secara langsung melalui ‘mata’ kru dan reporter yang dikirim secara langsung, wawancara dengan para pejuang kadangkala juga disajikan.
Menyusur Konflik Pattani
Dalam tayangan Selasa malam, 22 Desember 2009, Zona Merah mengangkat tema ‘Menyusur Konflik Pattani’. Reporter Zona Merah, seorang wanita, terlihat menyelusuri Pattani, dan menceritakan bagaimana kekejaman pemerintahan kafir Thailand terhadap kaum Muslimin. Kurir yang mengantarkan sang reporter bercerita bagaimana mayat-mayat kaum Muslimin ditumpuk hingga mencapai 6 tumpukan. Sambil bercerita, kamera juga menangkap kondisi Pattani, polisi-polisi pemerintahan yang berjaga-jaga di setiap titik.
Memang, kalau kita lihat dalam catatan sejarah, rezim kafir Thailand, semenjak dahulu, khususnya sejak Kerajaan Siam (Thailand dahulu) seringkali menganeksasi kaum Muslimin Pattani, yakni sejak tahun 1902. Mereka selalu berusaha memaksakan ajaran Budha di seluruh tanah Thailand, padahal di Pattani, mayoritas penduduknya adalah Muslim. Untuk memuluskan nafsu misi pengkafiran mereka, pemerintah menerapkan tiga hukum barbar kepada masyarakat Muslim Pattani, yaitu (1) Darurat Militer, (2) Darurat Sipil, dan (3) Undang-Undang Terorisme.
Sehingga meskipun secara umum nampak damai dan tenang, masyarakat Pattani hidup dalam ketakutan. Islam yang mereka anut selama ini dicemari oleh tangan-tangan Buddha yang berdiri dibelakangnya kuasa besar kekufuran, Amerika. Malah, tentara-tentara Thailand yang biasa mereka cela sebagai Tok Na, menzalimi kaum Muslimin di Pattani Darussalam dengan berbagai macam kezaliman.
Kembali ke penelusuran reporter Zona Merah, akhirnya dia berhasil mewawancarai salah seorang pemimpin jihad Pattani, yakni dari PULO. Wawancara berlangsung secara cepat dan terburu-buru, di dalam sebuah mobil yang berjalan. Maklum, rezim Thailand memberlakukan titik-titik pemeriksaan hampir di seluruh wilayah Pattani.
Berdasarkan data, setiap jarak interval 2 km akan terdapat penjagaan ketat berupa security check point. Tentara kafir Thailand dengan persenjataan lengkap, kadang dengan kendaraan lapis baja akan memeriksa setiap pemakai kendaraan, mencari-cari apakah terdapat mujahidin Pattani atau calon-calon mujahidin.
Dalam wawancara tersebut bisa diketahui bahwa mujahidin Pattani tersebut berasal dari Malaysia, meskipun pemerintah Malaysia dan juga Thailand tidak mengetahui identitas mujahidin tersebut. Beliau mengatakan, jika pemerintahan atau kerajaan Thailand mengetahui keberadaan dan identitas dirinya, maka bisa saja dia dipenjara bahkan dibunuh.
Di sela-sela wawancara, reporter kembali menegaskan betapa sulitnya wawancara diadakan, meskipun dalam mobil yang berjalan. Mereka harus berhati-hati dan bahkan berkali-kali kamera harus mereka sembunyikan. Selanjutnya hujan turun dan itu merupakan berkah karena pemeriksaan terhadap kendaraan yang berjalan akan berkurang.
Reporter Zona Merah juga menanyakan tentang pengeboman yang akhir-akhir ini sering terjadi di kota Pattani. Pimpinan mujahidin Pattani tersebut menjawab, memang serangan atau tindakan yang berlaku kepada askar atau polisi dan tempat-tempat dari penjajah (yang diserang) adalah kami yang melakukan. Ada pun tempa-tempat rakyat ataupun tempat macam bukan tempat kerajaan (ruang public), maka itu bukan kami yang melakukan, itu rekayasa dari pemerintah.
Keterangan dari pimpinan Mujahidin Pattani ini kembali menegaskan bahwa secara umum mujahidin tidak akan melakukan penyerangan kepada rakyat sipil, dan juga tempat-tempat umum.
Reporter Zona Merah kembali bertanya, kini tentang bagaimana organisasi PULO melakukan reorganisasi atau rekruitmen mujahidin ?
Beliau (mujahidin Pattani) menjawab, bahwa dalam setiap generasi ada membuat cadangan untuk generasi yang akan datang, kami mengumpulkan pemuda-pemuda di tempat rahasia, dan kami menguji kemampuan di sudut mana, apakah di sudut militer, politik, maka nanti akan disalurkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Bukti-Bukti Kedzaliman Rezim Thailand
Penelusuran reporter Zona Merah kemudian beranjak dari Pattani ke daerah Narathiwat, wilayah yang juga bergejolak. Ditunjukkan bekas-bekas pemboman yang dilakukan oleh mujahidin yang menyerang mobil patrol polisi sebagai aksi pembalasan atas pembunuhan keji yang mereka lakukan di Masjid Al Furqan, Desa Air Tempayan.
Masjid Al Furqan, yang terletak di Desa Air Tempayan, ditunjukkan secara langsung, dan disanalah terjadinya pembantaian baru-baru ini yang mengakibatkan tewasnya 10 orang kaum Muslimin, dan belasan lainnya luka-luka. Kejadian keji ini dilakukan di dalam Masjid, tepatnya setelah kaum Muslimin melaksanakan sholat Isya berjamaah. Kini, di depan masjid saat ini selalu dijaga oleh penduduk setempat yang dikawal pemerintah kafir Thailand.
Seorang saksi mata, Bapak Muchtar diwawancarai bagaimana kejadian itu berlangsung. Dia menceritakan, ‘Ketika itu saya sedang shalat berjamaah dan tiba-tiba ada tembakan, saya pun terkena.’
Ketika ditanya siapa yang melakukan, dengan tegas dia mengatakan : Pemerintah, dan membantah tuduhan yang selama ini beredar bahwa yang melakukannya adalah 5 orang Islam.
‘Saya tidak percaya’ begitu ungkapnya.
Pasca kekejian itu, mujahidin membalas dengan pemboman dan penembakan ke mobil polisi, dam juga melakukan pengeboman ke 3 restoran budha di sana.
Memang, kalau kita lihat catatan sejarah, penetapan daerah darurat militer di Pattani, Yala, dan Narathiwat telah menewaskan lebih dari 550 orang di tahun ini saja.
Di bulan Juli 2008, empat orang warga sipil termasuk dua mujahidin dan seorang guru ditembak Mati dalam serangan terpisah di daerah Thailand Selatan. Seorang guru muslim (30) telah dibunuh dengan tembakan di daerah Yarang, Provinsi Pattani pada Kamis (24/7) saat dia sedang mengendarai sepeda motor dalam perjalanan pulang. Dia adalah guru keseratus yang dibunuh sejak terjadi kerusuhan di daerah mayoritas muslim tersebut.
Di Narathiwat, dua mujahidin syahid, keduanya merupakan incaran polisi kafir Thailand, setelah melakukan pertempuran melawan tentara kafir Thailand pada kamis sore hari. Tujuh orang yang di curigai juga tertangkap setelah seribu tentara keamanan, yang didukung oleh satu helikopter militer, bertempur melawan para mujahidin lebih dari lima jam.
Dengan demikian, sejak Januari 2004 lebih dari 3.300 orang telah terbunuh di Thailand Selatan. Selain itu, ribuan kaum Muslimin cedera dan selama periode Januari-Juni 2008 tercatat 301 orang tewas dan 517 cedera. Kekerasan kali ini tercatat terbesar dan paling berdarah pasca-Kerajaan Siam (Thailand) yang menganut Budha ini menganeksasi kaum Muslimin Pattani di 1902.
Berita dan liputan-liputan tentang kaum Muslimin yang tertindas semacam inilah yang jarang diliput oleh media. Dengan demikian, penelusuran Zona Merah, sebagai sebuah program TV One bisa menjadi pilihan tontonan di tengah simpang siur dan kepalsuan media-media asing dan juga untuk mengontrol kebenaran. Apalagi kalau Zona Merah bisa dan mampu menyajikan wilayah-wilayah konflik lainnya yang tidak kalah ‘panas’nya, seperti Pakistan, Afghanista, atau bahkan Irak dan Palestina. Semoga!