JAKARTA (Arrahmah.com) – Salah satu korban kekejaman Densus 88 pada operasinya di Kebumen, Zainuri dimakamkan di tempat kelahirannya, Desa Klumpit, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus Sabtu pagi 1Juni 2013. Ribuan orang hadir dalam pemakaman Zaenuri. Alhamdullah Jenazah Zainuri bisa dimakamkan setelah tertahan 24 hari di RS Bhayangkara Sukanto Jakarta Timur.
Pada saat pemakaman terdapat pula spanduk penyambutan yang bertuliskan terjemahan sebuah ayat Al-Qur’an “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabnya dengan mendapat rizki [Q.S. Ali Imran 169].”
Pada laporan The Islamic Study and Action Center (ISAC) yang diterima redaksi arrahmah.com
Disebutkan, kondisi jenazah Zainuri pada wajahnya terdapat luka tembak, kedua matannya hilang, hancur dan tidak bisa dikenali lagi.Padahal Status hukum dia baru terduga, belum jelas peran dan keterlibatannya. Sunardi ayah kandung Zaenuri tidak terima anaknya diperlakukan biadab seperti ini, ”Semoga yang membunuh anak saya cepat menyusul” harapnya kepada Allah Ta’ala.
ISAC pertanyakan motif tembak/penganiayaan hingga mati
Terkait Operasi Densus 88 di Bandung, Kebumen, dan Batang maka ISAC menilai
-
Adanya target operasi hingga mati dengan bekas luka yang mengerikan pada wajah di Kebumen merupakan cara-cara Densus 88 jauh dari sifat manusiawi mengabaikan amanat Polri yang semestinya melayani, mengayomi dan melindungi masyarkat.
-
Operasi Densus 88 di Bandung, Kebumen, Batang, Solo relatif sama. Sejak itu, ada kecenderungan bahwa terduga ada yang ditembak mati dan ada yang ditangkap hidup.
-
Operasi di Bandung, Kebumen dan Batang menunjukan intelijen Densus yang lemah, kemampuan melumpuhkan terduga rendah, serta kategori tindakan gegabah. Di Kebumen terdapat 3 dari 7 orang meninggal, di Batang ada 1 dari 2 orang meninggal di Bandung 3 dari 4 orang meninggal. Jika di prosentase terdapat 53 % lebih orang meninggal di 3 tempat dalam waktu yang relatif sama. Hal ini jelas tidak efektif dan tidak efisien. Angka kematian ini terlalu besar untuk sebuah penegakan hukum, eksekusi mati sebelum putusan pengadilan.
ISAC menduga kuat terdapat korelasi antara antara operasi Densus 88 dengan sumber dana, intervensi asing, kepentingan politik, kepentingan idiologis serta pelanggaran HAM di Indonesia, khususnya terhadap umat Islam.
( azmuttaqin/arrahmah.com)