(Arrahmah.com) – Senin (4/4/2016) lalu, warga Desa Kasie Kesubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong, dikagetkan dengan sosok mayat perempuan di kebun milik warga. Kondisi korban mengenaskan, tangannya terikat masuk ke bawah paha, korban pun nyaris tanpa busana hanya ditutupi kaos singlet.
Kronologis pemerkosaan yang menimpa Remaja bernama Yuyun(14) terjadi saat ia pulang sekolah.Yuyun berjalan kaki sendirian dengan jarak 1 kilo, di perjalanan pulang Itu, ia bertemu dengan segerombolan remaja, merekalah 14 pelaku yang sedang mabuk tuak hasil pembelian dari sebuah warung dekat lokasi.Lantas dalam keadaan mabuk mereka nongkrong dipinggir jalan.Jalan yang persis dilalui Yuyun.Yuyun lantas disekap,dibawa ke kebun warga dan diperkosa bergiliran,tiap pelaku memperkosa sebanyak 2 kali. Usai memperkosa Yuyun, mereka membunuhnya dan membuang jasadnya ke jurang sedalam 5 meter dengan tangan dan kaki terikat.
Ironisnya, dua pelaku diantaranya kakak kelas Yuyun. Korban diketahui siswi kelas 1 SMP 5 Satu Atap PUT. Lima orang tersangka tercatat sebagai pelajar dan sisanya merupakan remaja putus sekolah. Kepada polisi, mereka mengaku sering menonton film porno yang diputar melalui DVD di rumah yang sering ditinggal orangtua ke kebun dan menonton adegan porno melalui telepon genggam.
Kepolisian Resort Rejanglebong telah meringkus 14 pemuda yang jadi pelaku pemerkosaan sekaligus pembunuh Yuyun, siswi kelas VII SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding, Bengkulu. Keempat belas pelaku sendiri diancam dengan hukuman 30 tahun kurungan penjara.
AKBP Dirmanto, Kapolres Rejanglebong menuturkan, para tersangka pemerkosaan dan pembunuhan keji itu dijerat pasal berlapis mengenai perlindungan anak dengan hukuman 15 tahun dan pasal mengenai menghilangkan nyawa orang dengan kurungan penjara selama 15 tahun pula. Pasal 536 KUHP tentang mabuk-mabukan di muka umum.
Pengakuan pelaku yang sering menonoton film porno adalah realitas yang tidak bisa kita tangkis. Kondisi ini dikarenakan mereka sangat mudah untuk mengaksesnya. Kehancuran generasi bangsa ini semakin nyata. Lalu harus kemanakah kami, rakyat yang tidak ingin terjerat pornografi, mencari perlidungan akan rasa aman dari film film porno itu? Film – film itu tidak ubahnya seperti narkoba, yang membuat penikmatnya terus kecanduan untuk melihat dan melihatnya lagi. Bahkan para pakar berpendapat, rehabilitasi narkoba masih bisa dilakukan, tapi kalau kecanduan fim porno sulit dilakukan rehabilitasi.
“Bukan urusan saya,” adalah dalih kebebasan bagi seseorang di era Kapitalis. Kondisi ini jika dibiarkan akan terus meminta tumbal. Rasa kepedulian akan lingkungan semakin tergerus seiring derasnya laju aktivitas masyarakat demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan terus ada Yuyun yuyun lain,yang menjadi korban dari bebasnya media sosial. Kebebasan menjual minuman memabukan juga akan melahirkan tidak hanya belasan pemerkosa, bisa ratusan bahkan ribuan pemerkosa lain yang hilang akal sehatnya akibat minuman memabukan.
Kapitalisme hanya mengejar asas manfaat, tanpa memperhatikan aspek moral maupun social. Penjualan minuman keras yang penting laku keras sehingga untungnya berlipat, tidak peduli dampak dari mengkonsumsinya. Film film porno juga menjadi bisnis yang menggiurkan. Hidup tidak lagi ada rasa takut akan balasan atas tiap kemaksiatan.
Cukuplah sudah ribuan kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, sodomi dan lain sebagainya menjadi pelajaran bagi kita yang masih mempunyai akal sehat dan rasa kemanusiaan. Bahwa sudah seharusnya kita mengakui kodrat kita sebagai manusia yang lemah dari segala sesuatu. Sifat lemah manusia ini, menunjukan bahwa manusia harus kembali kepada aturan Sang Pencipta yang telah menciptakan dia dari tiada. Sifat lemah ini juga menjadikan manusia tidak bisa membuat aturan yang terbaik untuk kehidupannya. Carut marut kehidupan kita saat ini telah menjadi bukti nyata. Sudah saatnya kita menata diri, dan membangun keluarga dengan penuh kehangatan, komunikasi antar anggota keluarga di intensifkan,membangun lingkungan yang kondusif dan peduli sesama, membangun negeri ini dengan keikhlasan tanpa berharap pujian.
#nyalauntukyuyun.
Husna, Pemerhati remaja, Gresik.
(*/arrahmah.com)