ATHENA (Arrahmah.com) – Setelah tertunda seminggu dari tanggal keberangkatan yang seharusnya, karena terjadinya sabotase dua kapal dan adanya tekanan terhadap kapal AS oleh Pusat Hukum Israel yang bermotif politik, akhirnya pada Jum’at (1/7/2011) Perahu AS ke Gaza memutuskan Jumat untuk memaksa pemerintah Yunani dengan melepas armada dari Athena menuju Gaza.
Sebelum meninggalkan wilayah perairan Yunani, mereka sempat dikelilingi oleh penjaga pantai Yunani dan dipaksa kembali ke pelabuhan. Selain itu, kapal Kanada yang masih berlabuh di Athena, mengatakan bahwa Kantor Presiden telah memerintahkan penyitaan kapal mereka.
Pada saat yang sama, kabinet Yunani diduga membuat keputusan untuk menjaga jangan sampai armada Kebebasan meninggalkan Yunani. Suara datang di tengah-tengah krisis ekonomi dan politik dalam negeri di Yunani, selain itu tekanan juga datang dari AS dan Israel untuk menghentikan armada berangkat ke Gaza.
Penyelenggara kapal AS yang bergabung dalam Freedom Flotilla Gaza juga memutuskan untuk menantang otoritas Yunani dan berlayar keluar dari pelabuhan dan masuk ke perairan internasional. Namun mereka dicegat dan dikawal kembali ke pelabuhan Yunani.
Otoritas Yunani masih belum memberikan izin untuk berlayar. Penyelenggara mengatakan bahwa mereka telah memenuhi semua permintaan untuk memeriksa kapal mereka dan yang dinilai telah layak berlayar dan bahwa tekanan dari luar terhadap Yunani adalah bermotif politik.
Sebelumnya pada Kamis (30/6) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berterima kasih pada perdana menteri Yunani dan para pemimpin dunia yang telah membantu Israel dalam bekerja untuk menghentikan armada tersebut.
Kapal Yunani dan kapal Irlandia telah rusak sementara kapal AS ditahan oleh otoritas Yunani di pelabuhan Piraeus, dimana penyelenggara armada tersebut mengungkapkan adanya upaya oleh Israel untuk melemahkan armada tersebut.
Seperti diketahui, Freedom Flotilla adalah misi bantuan kemanusiaan yang bertujuan memecah pengepungan Israel empat tahun lamanya di Gaza dan membawa perhatian pada penderitaan rakyat Gaza. 80% di antaranya adalah pengungsi atas perampokan rumah rumah Israel. Orang-orang di Gaza terisolasi oleh pendudukan militer Israel karena penutupan perbatasan baik udara, darat dan laut. (rasularasy/arrahmah.com)