HASAKAH (Arrahmah.com) – Afiliasi PKK/YPG di Suriah, berusaha lebih banyak merekrut anak-anak untuk menghadapi operasi yang akan segera dilakukan oleh Turki di timur Eufrat.
Mengutip sumber-sumber keamanan, Anadolu Agency melaporkan pada Kamis (19/4/2019) malam bahwa kelompok itu membentuk unit khusus di wilayah yang dikuasai YPG untuk mencari anak-anak dan remaja yang akan direkrut untuk maju ke medan perang.
Sumber tersebut mencatat bahwa perekrutan yang dilakukan oleh YPG semakin meningkat. Mereka membawa setidaknya satu anak-anak atau remaja dari setiap rumah di wilayah Hasakah, yang sebagian besar dihuni oleh orang Arab.
Salah satu cara licik yang digunakan YPG dalam merekrut anak-anak adalah dengan membuat mereka kecanduan narkoba, sehingga nantinya mereka dapat digunakan sebagai pembom bunuh diri dan bertarung di garis depan. Koresponden Anadolu Agency mencatat bahwa keluarga yang ingin mendapatkan kembali anak-anak mereka diancam akan dibunuh.
Sehubungan dengan masalah ini, Murat Aslan, seorang akademisi di Universitas Hasan Kalyoncu, mengatakan kepada Daily Sabah, “Afiliasi YPG di Turki telah lama merekrut anak-anak di wilayah tenggara Turki. Tapi propaganda dan hasutan mereka tidak berhasil di Turki. Kemudian, mereka menggunakan metode ini di Irak dan Suriah, di mana masyarakat di sana belum mengetahui hakikat dari organisasi teroris tersebut.”
Aslan juga menekankan bahwa kelompok itu menggunakan dua taktik yang berbeda di Turki, yaitu melalui propaganda, peluang kerja yang menjanjikan dan cuci otak.
Dia menambahkan bahwa YPG sekarang menggunakan cara yang sama untuk merekrut anak-anak di Suriah dengan menjanjikan mereka kesempatan kerja setelah keamanan dan sebuah tatanan baru didirikan di negara tersebut.
Turki tidak melihat perbedaan antara PKK, sebuah kelompok yang terdaftar dalam daftar teror AS dan UE, dan YPG di Suriah. Bagi Turki, kedua kelompok tersebut terhubung dan memiliki gerakan serta tujuan yang sama.
Merekrut anak-anak untuk terjun ke medan perang merupakan pelanggaran Hak-Hak Anak dan Hak Asasi Manusia, yang diakui oleh Amerika Serikat dan kejahatan perang berdasarkan hukum internasional.
Namun, meskipun telah menandatangani perjanjian komitmen dengan organisasi internasional pada Juni 2014 untuk mendemobilisasikan semua pejuang yang berusia di bawah 18 tahun, YPG tetap merekrut dan melatih anak-anak usia 12 tahun pada 2016.
Pada 2018, sebuah laporan tahunan PBB tentang anak-anak dalam konflik bersenjata mengungkapkan terdapat sebanyak 224 kasus rekrutmen anak oleh YPG antara Januari dan Desember 2017, jumlah ini meningkat lima kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Human Rights Watch juga mendokumentasikan bahwa organisasi teroris tersebut terus merekrut anak-anak meskipun ada pihak keluarga keberatan, bahkan mereka mencegah keluarga untuk berhubungan dengan anak-anak mereka. (Rafa/arrahmah.com)