JEDDAH (Arrahmah.id) — Yordania, Qatar, dan Arab Saudi menolak permintaan Amerika Serikat (AS) untuk menyediakan pasukan bagi misi penjaga perdamaian pascakonflik di Jalur Gaza, lapor The Times of Israel (7/8/2024).
Menurut tiga negara Arab itu, seperti dilansir Daily Sabah (7/8), pengiriman pasukan ke Gaza sama saja dengan melindungi Israel dari orang-orang Palestina. Hal tersebut jelas bertentangan dengan posisi Amman, Doha, dan Riyadh, kata seorang pejabat Arab kepada media Israel itu.
Sementara tiga pejabat mengatakan kepada The Times of Israel pada Juni lalu bahwa Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) telah setuju untuk berpartisipasi dalam misi penjaga perdamaian Gaza.
Pada 7 Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir al Aqsa dengan melepaskan ribuan roket ke Israel Selatan. Setelah itu, para pejuang Palestina tersebut menerobos perbatasan, menembaki personel militer dan warga sipil zionis. Seragan itu menyebabkan 1.200 orang tewas di pihak Israel. Hamas juga menawan lebih dari 200 orang Israel dalam operasi itu.
Sebagai balasan, militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza, yang mencakup serangan terhadap berbagai sasaran sipil. Israel mengumumkan blokade penuh terhadap daerah kantong itu, memutus pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah melampaui 39.600, dengan lebih dari 91.600 orang terluka, menurut kementerian kesehatan daerah kantong itu. Mayoritas korban di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. (hanoum/arrahmah.id)