AMMAN (Arrahmah.id) – Situs berita satir berbahasa Arab, Al Hudood telah diblokir oleh otoritas Yordania karena alasan yang masih belum jelas.
Al-Hudood, sering disebut sebagai The Onion, telah menjadi situs yang sangat populer di dunia Arab karena kepiawaiannya dalam memberikan sindiran atas peristiwa terkini.
Staf Al-Hudood pada Rabu (5/7/2023) membela platform yang berbasis di London itu dari kritik, mengatakan mereka tidak mengecualikan siapa pun dari ejekan dan sindiran.
“Sangat disayangkan melihat segala jenis kebebasan terus-menerus memburuk di Yordania, dan kami khawatir tentang dampaknya, tidak hanya pada kami sebagai publikasi tetapi juga pada jurnalis dan penulis dan warga negara dalam apa yang dapat mereka hasilkan dan apa yang dapat mereka konsumsi,” kata seorang sumber dari Al-Hudood, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, kepada The New Arab.
Al-Hudood tetap mempertahankan liputannya dan menegaskan kembali komitmennya terhadap kebebasan pers di Yordania.
“Memblokir Al-Hudood di Yordania adalah langkah baru untuk mengancam kebebasan berekspresi [di negara itu],” kata seorang anggota staf dalam sebuah pernyataan.
“Belum lagi Raja Yordania sendiri dan istrinya berdiri di baris pertama bersama para pemimpin dunia pada 2015 untuk mengutuk serangan teroris terhadap Charlie Hebdo, sementara Yordania hari ini memblokir situs satir yang mungkin menimbulkan ancaman yang kami tidak yakin dari mana.”
Pemblokiran Al-Hudood menimbulkan pertanyaan motif Amman memblokir situs tersebut sementara Al-Hudood masih dapat diakses di Suriah, yang rezimnya memiliki salah satu catatan hak asasi manusia terburuk di dunia.
Meskipun tidak ada indikasi cerita apa yang mungkin memicu sensor di Yordania, situs web tersebut menimbulkan kontroversi karena liputannya tentang peristiwa di kerajaan dan sekitarnya.
Menyusul pernikahan kerajaan Putra Mahkota Yordania Hussein bulan lalu, Al-Hudood menerbitkan laporan satir tentang acara tersebut, yang membuat jutaan orang di seluruh wilayah menyaksikan pernikahan pasangan bahagia itu.
“Dari mana pangeran mendapatkan semua uang ini untuk menutupi biaya pernikahan?” bunyi salah satu postingan Al-Hudood setelah pelaksanaan akad nikah.
“Kau lagi? Kau bertanya lagi? Apa kau tidak belajar?” Al-Hudood mengeluarkan meme yang menggambarkan seorang pria dengan mata hitam yang tampaknya telah dipukuli dan papan reklame berisi Pangeran Hussein dan istrinya dapat dilihat di latar belakang.
Jordan relatif menikmati stabilitas dibandingkan dengan tetangganya di Timur Tengah, tetapi protes telah berkobar dalam beberapa tahun terakhir karena berjuang menghadapi krisis ekonomi. Banyak yang mengkritik keluarga kerajaan karena mengadakan pernikahan mewah di tengah meningkatnya kemiskinan.
Publikasi tersebut juga telah diblokir di negara-negara Arab lainnya termasuk Uni Emirat Arab.
Didirikan pada 2013, Al-Hudood menerbitkan penulisan ulang berita tentang peristiwa besar di seluruh dunia, dengan menambahkan sentuhan komik ke dalam tajuk utama dan artikel.
Meskipun awalnya berfokus pada berita dari Yordania, ia memperluas liputannya ke berita dari seluruh wilayah MENA (Middle East and North Africa) dan seluruh dunia.
Situs ini memiliki lebih dari 68.000 pengikut di Instagram dan 29.000 pengikut di Twitter.
“Situs kami bukan situs berita. Bagaimanapun, berita adalah gosip yang terorganisir. Al-Hudood adalah situs yang didedikasikan untuk sindiran dan komedi, yang kadang-kadang bisa kelam,” tulis bio publikasi di Instagram Al-Hudood.
Keputusan untuk memblokir Al-Hudood terjadi di tengah penurunan kebebasan media di kerajaan tersebut, yang masih sangat rendah menurut Reporters Without Borders (RSF).
Dalam laporannya 2022, RSF menempatkan Yordania di antara negara-negara yang bergelut dengan isu kebebasan pers.
Meskipun kebebasan media dijamin secara konstitusional, undang-undang yang mengatur media telah diamandemen berkali-kali selama bertahun-tahun, memberikan wewenang kepada otoritas untuk menyensor berita. (zarahamala/arrahmah.id)