TEL AVIV (Arrahmah.id) – Surat kabar Yisrael Hayom melaporkan bahwa Hamas setuju untuk membebaskan lima orang yang ditahan, tetapi “Israel” bersikeras agar sebelas tahanan dibebaskan hidup-hidup dan jenazah dikembalikan sebagai syarat untuk menghentikan tembakan sementara. Meskipun Hamas tetap berkomitmen untuk mengakhiri perang dan merekonstruksi Jalur Gaza.
Dalam laporan yang ditulis oleh Shirit Afitan Cohen, surat kabar tersebut menyatakan bahwa pemulihan pertempuran dan penghentian bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza telah mendorong Hamas untuk menunjukkan beberapa keluwesan. Namun, masih terdapat kesenjangan yang lebar antara posisinya dan proposal yang diajukan oleh utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Stephen Wietkoff.
Surat kabar itu mencatat bahwa perbedaan antara “Israel” dan Hamas tidak hanya terbatas pada jumlah orang yang akan dibebaskan, tetapi juga mencakup syarat-syarat pembebasan mereka. Laporan tersebut menegaskan bahwa negosiasi masih berlangsung, meskipun ada kesan bahwa Hamas telah menyetujui untuk membebaskan para tahanan dan bahwa sekarang “bola” berada di tangan “Israel”.
Usulan awal Wietkoff meminta gencatan senjata selama 40 hari sebagai imbalan untuk pembebasan sepuluh atau sebelas tahanan hidup, diikuti dengan kelanjutan pembicaraan untuk mengakhiri perang dengan syarat-syarat yang mencakup pelucutan senjata di Jalur Gaza dan pengusiran Hamas dari kekuasaan. Namun, pimpinan Hamas menuntut gencatan senjata yang akan mengarah pada penghentian perang dan rekonstruksi wilayah tersebut.
Yisrael Hayom mencatat bahwa hal ini dianggap sebagai komitmen dalam tahap pertama, dan menunjukkan bahwa Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu, memiliki pilihan untuk mengejar kesepakatan parsial atau kesepakatan penuh yang tidak mengembalikan Hamas ke kekuasaan, meskipun kedua pilihan ini saat ini tidak dipertimbangkan.
Pembicaraan yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar bertujuan untuk memajukan proses negosiasi, sementara “Israel” memperkuat serangan di Gaza dan berusaha memperluas kendali di wilayah tersebut. Sementara itu, Amerika Serikat tetap mendukung posisi “Israel” dan menegaskan perlunya mematuhi kerangka kerja Wietkoff.
(Samirmusa/arrahmah.id)