TEL AVIV (Arrahmah.id) – Surat kabar “Israel” Yedioth Ahronoth mengatakan bahwa Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menggunakan model canggih dari peluru RPG yang diproduksi secara lokal yang mampu menembus kendaraan lapis baja dan bangunan dalam dua tahap.
Surat kabar tersebut menjelaskan, ledakan yang terjadi di Gaza Senin lalu (22/1/2024), yang menyebabkan kematian 21 tentara “Israel”, didahului dengan penembakan peluru RPG ke sebuah tank yang menewaskan dua awaknya.
Penyelidikan awal mengungkapkan bahwa ledakan tersebut, yang menyebabkan dua bangunan runtuh beberapa saat kemudian, kemungkinan besar disebabkan oleh senjata yang sama yang sejauh ini dianggap paling mematikan bagi tentara yang memerangi Hamas di Gaza, dan digunakan untuk melawan tank, pengangkut personel lapis baja, kendaraan lapis baja, dan bangunan tempat tentara ditempatkan.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa Hamas membanggakan rudal Yassin “TBG”, yang mulai digunakan November lalu dan diproduksi di Gaza. Rudal ini dimaksudkan untuk menyerang bangunan dan benteng, dan memiliki hulu ledak yang dapat menembus tembok dan meledakkan bangunan, namun rudal tersebut jangkauan efektifnya terbatas, tidak melebihi 100 meter.
Hamas menggunakan rudal Yassin 105 dalam peperangan yang mengandalkan peluru kaliber 105 mm yang ditujukan untuk menembus lapis baja dan bangunan. Kedua senjata tersebut bekerja dalam dua tahap, dimulai dengan membuat lubang pada lapisan terluar sasaran, kemudian meledakkan muatan yang lebih besar, menyebabkan lebih banyak kerusakan.
Hamas menggunakan peluncur RPG standar, yang menyebabkan banyak tentara IDF terluka sebagian besar di luar kendaraan mereka, serta RPG F-7 Korea Utara dan rudal anti-tank Kornet buatan Rusia, yang memiliki jangkauan hingga 5,5 kilometer.
Senjata paling canggih di Gaza adalah RPG-29, yang merupakan rudal anti-tank yang berbahaya, namun membutuhkan peluncur yang besar dan berat, sehingga sulit digunakan oleh para pejuang dalam perang gerilya yang dilancarkan oleh Hamas.
“Israel” telah mengobarkan perang di Gaza selama lebih dari 100 hari, yang sejauh ini telah menyebabkan kematian lebih dari 25.000 warga Palestina, sekitar 60.000 orang terluka, dan ratusan ribu orang mengungsi dari rumah mereka, belum lagi kerusakan besar-besaran yang mencakup semua kota di Jalur Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)