ACEH (Arrahmah.com) – Yayasan Bantuan Kenamusiaan Turki (IHH) dan organisasi mitra PKPU di Indonesia mulai memberikan makanan hangat dan obat-obatan untuk para pengungsi dari Arakan.
Nelayan dari Aceh menyelamatkan ribuan Muslim Rohingya, yang terkatung-katung di laut akibat penyelundup manusia pekan lalu. Alhamdulillah kini mereka ditawarkan berlindung di sebuah kamp yang didirikan oleh pemerintah daerah di Aceh.
IHH melaporkan pada situs resminya bahwa saat ini kamp yang didirikannya telah menampung sekitar 1.500 pengungsi. Para pengungsi dipindahkan ke kamp dari bus, mobil polisi dan truk di mana mereka mendapatkan makanan dan tempat tinggal. IHH melalui organisasi mitra PKPU telah mulai memberikan makanan hangat dan obat-obatan untuk para pengungsi pada Ahad kemarin (24/5/2015).
Terdampar di laut selama 3 bulan
IHH melaporkan bahwa Muslim Rohingya yang ditolak oleh Thailand, pemerintah Malaysia dan Indonesia terdampar di laut selama 3 bulan. Mereka tengah melarikan diri penindasan dan penganiayaan.
Kaum Buddha bertahun-tahun menjadi mayoritas di Myanmar. Bersama pemerintah Myanmar, mereka menganiaya Muslim Rohingya dan memaksa mereka untuk melarikan diri ke negara-negara lain.
Pada tahun 2012 penindasan semakin mengganas. 140.000 Muslim Rohingya dari Arakan ditempatkan di kamp-kamp yang berbatasan laut di bawah kondisi yang tidak manusiawi. Para pengungsi lainnya terdampar di laut Bangladesh yang mencoba untuk bermigrasi karena kondisi ekonomi yang buruk.
Setelah operasi untuk menindak para penyelundup manusia di wilayah tersebut dilakukan pemerintah setempat, kapten kapal dan penyelundup manusia meninggalkan kapal yang membawa ribuan pengungsi terkatung-katung di laut. Hal ini lebih mengkhawatirkan, apalagi ada beberapa kapal dalam situasi seperti ini di laut.
Organisasi HAM menyalahkan pemerintah di wilayah tersebut untuk merujuk para pengungsi dari satu ke yang lain sehingga mempermainkan mereka seperti bola ping pong.
Delapan ribu pengungsi di kapal
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa ada saat ini terdapat delapan ribu pengungsi di kapal penyelundupan manusia yang terpaut di Samudera Hindia dan Laut Andaman.
Rute penyelundupan manusia dari Bangladesh ke Malaysia dimulai dengan transfer pengungsi, yakni memindahkan mereka dari perahu nelayan ke kapal kargo. Setelah dua minggu perjalanan di dalam bilik-bilik pengungsi kapal kargo tiba di Thailand.
Disana, penyelundup manusia mengurung Muslim Rohingya di kamp-kamp tersembunyi di hutan di Thailand selatan dan meminta tebusan dari keluarga mereka jika ingin kembali ke rumah sebagai pembebasan mereka. Penyelundup membiarkan pengungsi kelaparan dan menyalahgunakan pengungsi sampai tebusan mereka dibayar. Jika keluarga gagal untuk membayar tebusan, pengungsi dibunuh atau dijual sebagai budak di Thailand atau Malaysia.(adibahasan/arrahmah.com)