Ada perbedaan antara ketaatan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. yang terealisasi dimana seseorang beribadah dalam kendali Sang pencipta alam semesta dan seseorang yang mengabdi kepada keiinginannya, menjadi hina karena mereka menghinakan diri mereka dengan menyembah hawa nafsunya.
Allah SWT. mengatributkan kata hamba kepada namanya sendiri dan atribut ini memuliakan dan meninggikan status kita yaitu hamba Yang maha Pengasih (Abdurrahman); mereka yang sederhana dan yang mengikuti petunjuk di dunia. Nama mereka sendiri telah ditambahkan – hamba atau abdi ‘Allah’ (Abdullah, ‘Ibadullah). Seperti ketika seseorang mengatakan ‘ini kepunyaanku’–dan kita mengetahui dari wahyu bahwa Allah hanya mengatakan hal tersebut pada saat Dia ridho kepada mereka.
Allah SWT berfirman:
“(yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS Al Insan, 76: 6)
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.” (QS Al Kahfi, 18: 1)
Orang-orang ini telah sampai pada derajat yang paling tinggi, yakni menjadi hamba Allah, ini adalah posisi tertinggi dalam kehidupan bagi ummat manusia. Hal ini tidak menuntut kita untuk belajar di universitas atau taat pada hukum sebuah negeri, mereka yang mengklaim menjadi legislatif dan ‘penyihir’ pada saat ini yaitu media (tv dan radio) dibuat oleh orang-orang yang menjadi budak manusia lainnya. Jika kita berhasill meraih posisi ini (menjadi hamba Allah) kita tidak membutuhkan posisi yang lainnya. Orang-orang mengatakan begini dan begitu mempunyai posisi tertinggi di dunia ini sebut saja mereka doktor, Maulana, professor, syekh atau lainnya tetapi bagi seorang Muslim kita mengatakan ‘dia adalah Abdullah’. Lebih lanjut kita diwajibkan untuk mencintai ‘Abdullah’, Muslim, dan orang ini adalah orang yang sangat sederhana dalam segala sesuatu, tidak pernah melanggar apa yang Allah perintahkan kepada dirinya, menyampaikan kebenaran dan mengimplementasikan Islam secara menyeluruh dalam kehidupannya.
Allah SWT. mempunyai nama yang sempurna dan sangat bagus maka kita seharusnya selalu berdo’a kepadaNya dengan itu sebab Allah SWT berfirman dalam surah Al ‘Araf. Tetapi kita tidak akan pernah bisa berkomunikasi denganNya atau mempunyai kemampuan atau mampu untuk merujuk kepadaNya apakah kita melakukan dalam semua cara yang di senangi olehNya, atau mendapatkan kemurahanNya kecuali jika kita menjadi hamba Allah, maka kita akan bisa melakukan semua hal ini. Kemudian jika kita ingin pergi kepada seseorang yang jujur dan diterima olehnya, oleh Allah yang Ar Rahman, kita harus mempunyai kejujuran dan rahmah atas diri kita, jika kita ingin diterima oleh orang yang adil maka seharusnya kita menjadi adil. Cobalah untuk mengikuti sifatNya maka kita akan menemukan diri kita diterima olehNya. Karena kebenaran tidak bisa menerima kebalikannya dan pendusta.
Allah SWT telah menggambarkan Rasul Muhammad SAW :
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam…” (QS Al Israa, 17: 1)
Allah disini menjelaskan hubunganNya dengan Nabi, Allah SWT. menjadikannya begitu dekat dengan memanggilnya (Muhammad) hambaNya, yang akan membuat semua orang mempunyai izzah dan kemuliaan ini. Sungguh Allah SWT. telah berkata kepada kita bahwa mereka yang patuh akan selalu dekat denganNya dan akan dicintai oleh Allah sebagaimana Dia mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW. dan semua Nabi. Bahwa ‘kamu berada dalam pengawasan Kami’ – Kami melihatmu dan Kami melindungimu. Jika pengawasan Allah melindungi kita bisa menjangkau kita, jika Allah memuliakan kita dengan kita berdo’a kepadaNya dan menolong DienNya adakah yang (dapat) merugikan kita? Tidak ada seorangpun yang bisa merugikan kita.
Allah disini menjelaskan hubunganNya dengan Nabi, Allah SWT. menjadikannya begitu dekat dengan memanggilnya (Muhammad) hambaNya, yang akan membuat semua orang mempunyai izzah dan kemuliaan ini. Sungguh Allah SWT. telah berkata kepada kita bahwa mereka yang patuh akan selalu dekat denganNya dan akan dicintai oleh Allah sebagaimana Dia mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW. dan semua Nabi. Bahwa – . Jika pengawasan Allah melindungi kita bisa menjangkau kita, jika Allah memuliakan kita dengan kita berdo’a kepadaNya dan menolong DienNya adakah yang (dapat) merugikan kita? Tidak ada seorangpun yang bisa merugikan kita.
Seseorang mungkin berfikir bahwa dia bisa mendapatkan kehormatan dari orang-orang tanpa beribadah kepada Allah, tetapi ini semua akan lenyap. Seperti seseorang yang menikahi dua istri dan menzalimi mereka kemudian dia menikah untuk yang ketiga kalinya dan sang istri memberikannya kesulitan. Allah berfirman bahwa siapa saja yang direndahkan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang akan menghormatinya. Berhati-hatilah kita terhadap hal tersebut.
Ibnu Abbas Ra berkata, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ahmad, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata :
“Jangan meninggikanku sebagaimana Nasrani meninggikan Isa Ibnu Maryam, aku adalah hamba dan Rasul Allah.”
Dalam perkataan yang lain Nabi berkata bahwa setinggi-tinggi posisi adalah menjadi Abdullah, dan siapa saja yang bersandar pada Allah akan menemukan musuhnya menjadi pelayannya – tidak lain menjadi tahanan atau pengikut kita. Dengan kata lain jika kita tidak taat kepada Allah SWT., orang yang paling dekat dengan kita akan menjadi musuh kita. Orang-orang yang benar-benar beriman tidak bisa menjadi taat kepada orang lainnya atau membuat orang lain taat kepadanya tetapi mereka seharusnya semua menjadi taat kepada Allah – inilah yang harus membuatnya bangga, lebih lanjut dia tidak akan pernah menjadi legislatif, anggota parlemen atau hakim pada semua hukum buatan manusia – ini adalah bentuk meninggikan dirinya di atas orang lain.
Abu Bakar As Siddiq R.a. memberikan semua yang dia punya hanya untuk Allah SWT. dan Nabi menggambarkannya dengan banyak hal, pernah beliau berkata ‘tidak ada seorangpun di atas orang yang di atas matahari di antara manusia setelah Nabi-nabi daripada Abu Bakar As Siddiq’ namun juga dengan segala puji dari Nabi untukNya, ketika beliau menjelang wafat dia berkata ‘Siapa saja yang menyembah Muhammad, Muhammad akan wafat’ – lebih lanjut dia tidak pernah disembah oleh Shahabat.
Sama halnya ketika Khalid Bin Walid diganti dari posisi Amirul Jihad oleh Umar Bin Khattab, dia berkata ‘demi Allah aku sangat mencintaimu, mengapa kamu menggantikanku dari posisiku? (mengulang ini tiga kali untuk mengetahui jika dia melakukan kesalahan agar dapat dikoreksi). Umar R.A. berkata kepadanya ‘Wallahi (demi Allah) aku juga mencintai kamu – aku tidak mengganti posisimu kecuali bahwa aku orang yang terkena fitnah atasmu’ yaitu jika mereka mulai mengatakan bahwa ‘karena kamu kita mendapatkan kemenangan’, dimana orang-orang mulai untuk beralih ibadah kepada yang lain. Itulah kehidupan Shahabat dahulu berada di posisi paling tinggi karena totalitas ketaatan kepada Allah SWT.
Pernah seorang tamu Umar R.A. dan dia mencoba untuk mengambil minyak dari Umar dan membuat penerangan untuknya. Sang tamu berkata ‘Aku ingin aku bisa melakukan demikian untukmu’ yaitu menjadi orang yang sederhana dan membantu Amirul Mu’minin, Umar RA. Namun Umar R.A. berkata aku adalah seseorang yang akan melakukan ini dan dengan demikian kamu tidak usah melakukannya untuk aku, tetapi aku bisa melayani diriku karena aku ingin balasan dari seseorang yang aku taati.’ Bahkan Umar Bin Abdul Aziz mempunyai kisah dimana pembantunya berkata ‘biarkan aku melakukan sesuatu untukmu’ dan dia menolaknya.
Ringkasnya melaksanakan Dien, patuh kepada Allah SWT. dan memenuhi syarat agar bisa disebut ‘Abdullah’ oleh Allah, semua orang yang benar-benar beriman pasti ingin mencapai posisi ini dalam hidupnya sebagai lawan dari semua posisi dimana manusia ingin diberikan dalam hidup ini. Itulah hal yang utama dalam hidup ini.
Wallahu’alam bis showab!