AL-MUKALLA (Arrahmah.id) – Ketua Dewan Kepemimpinan Kepresidenan Yaman pada Kamis (2/2/2023) menuduh Iran melanggar perjanjian internasional dengan mengirimkan senjata mematikan ke pemberontak syiah Houtsi Yaman.
Rashad Al-Alimi mengatakan kepada pejabat militer di kota Aden bahwa Iran terus mengirimkan senjata ke Houtsi yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan konvensi internasional lainnya, lansir kantor berita resmi Yaman SABA.
Kritiknya terhadap Iran menyusul berita bahwa angkatan laut Prancis telah menyita pengiriman persenjataan, termasuk ribuan senapan mesin dan rudal anti-tank, yang datang dari Iran dan ditujukan ke Houtsi.
Pemerintah Yaman telah menuduh Iran selama bertahun-tahun memicu ketidakstabilan dengan menyediakan senjata, keahlian militer, uang, dan liputan media kepada Houtsi.
Masih pada Kamis (2/2), delegasi diplomat Uni Eropa mengumumkan kesimpulan dari kunjungan mereka ke Aden, menegaskan kembali dukungan mereka untuk upaya perdamaian yang dipimpin PBB untuk mengakhiri perang, dan meminta gencatan senjata yang ditengahi PBB untuk diubah menjadi perjanjian perdamaian yang lebih tahan lama.
Mereka juga mendesak pemerintah Yaman untuk melaksanakan reformasi kelembagaan, meningkatkan pelayanan publik dan memulihkan stabilitas ekonomi.
“Kepala Misi Uni Eropa menegaskan kembali dukungan Uni Eropa terhadap Utusan Khusus PBB untuk Yaman, mengulangi seruan untuk keterlibatan konstruktif dalam upayanya untuk memperluas gencatan senjata dan mengubahnya menjadi penyelesaian politik yang adil dan inklusif,” kata delegasi itu dalam sebuah pernyataan.
Secara terpisah, setidaknya dua tentara pemerintah Yaman dan sejumlah pemberontak Houtsi tewas dalam pertempuran di luar kota Taiz selama tiga hari sebelumnya, kata seorang pejabat militer Yaman kepada Arab News, Kamis (2/2).
Abdul Basit Al-Baher mengatakan Houtsi telah membombardir dan menargetkan lokasi yang dikuasai pemerintah di hampir semua pinggiran Taiz.
Dalam 24 jam terakhir, Houtsi mengerahkan pasukan militer di pinggiran dan meluncurkan drone yang dilengkapi bahan peledak dan pengintaian ke pasukan pemerintah, mungkin sebagai persiapan untuk serangan lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang.
“Musuh berusaha mati-matian untuk menembus garis pertahanan tentara nasional. Tentara nasional menggagalkan serangan mereka dan membunuh serta melukai banyak dari mereka, ”kata Al-Baher, menambahkan bahwa serangan Houtsi terbaru terjadi di daerah Kelaba, di sekitar fasilitas pertahanan udara dan dekat dengan bandara yang ditinggalkan di barat laut Taiz.
Kota terbesar ketiga Yaman itu telah dikepung selama delapan tahun terakhir oleh Houtsi, yang telah memblokir pintu keluar utamanya setelah gagal menguasai Taiz karena perlawanan keras dari pasukan pemerintah dan pejuang perlawanan.
Pengepungan telah mencegah logistik dan bantuan kemanusiaan untuk penduduk setempat, dan memaksa warga sipil untuk pergi dan memasuki kota melalui rute yang sulit dan berbahaya.
Yang membuat cemas penduduk Taiz, gencatan senjata yang ditengahi PBB tidak menghasilkan pelonggaran blokade Houtsi atau penghentian serangan drone, mortir, dan rudal yang mematikan di wilayah sipil.
Gencatan senjata, yang mulai berlaku April lalu, runtuh pada Oktober ketika Houtsi menolak memperbaruinya atau membuka jalan ke Taiz, dan bersikeras agar pemerintah Yaman membayar pegawai publik di wilayah mereka dan membagi pendapatan minyak sebelum memperpanjang gencatan senjata. (zarahamala/arrahmah.id)