SAADA (Arrahmah.id) – Lebih dari 900 warga sipil telah tewas dan terluka oleh serangan rudal koalisi pimpinan Saudi di distrik perbatasan Yaman di Shada, sebelah barat provinsi Saada, sejak penandatanganan perjanjian gencatan senjata PBB pada awal April, kata Abdullah Musraa, direktur rumah sakit di Razih Al Rifi.
Musraa menambahkan bahwa sejak awal gencatan senjata, Rumah Sakit Razih telah menerima 111 warga sipil tewas dan 796 terluka, termasuk imigran Afrika, Al-Mayadeen melaporkan, mengutip kantor berita resmi SABA yang dikontrol Houtsi.
Dia mencatat bahwa tidak ada yang berubah dalam perilaku rezim Saudi sejak penandatanganan gencatan senjata kemanusiaan dan militer PBB.
Musraa menekankan bahwa daerah perbatasan di provinsi Saada menyaksikan eskalasi terus-menerus oleh koalisi pimpinan Saudi dengan pengeboman rumah, pertanian, dan properti publik dan pribadi, menurut Al-Mayadeen.
Dia menambahkan bahwa banyak kasus dipindahkan ke rumah sakit lain di seluruh kegubernuran dan ibu kota, Sanaa, karena Rumah Sakit Razih tidak dapat memenuhi permintaan atau menyediakan layanan yang diperlukan untuk kasus-kasus kritis.
Perlu diketahui, Provinsi barat daya Yaman ini adalah kubu pertahanan gerakan Houtsi yang di dukungan Iran.
Sejak sebelum April, pihak berwenang Saudi telah memperingatkan semua warga sipil di wilayah itu untuk meninggalkan Saada yang berbatasan dengan Arab Saudi, setelah mengancam melakukan serangan balasan terhadap pengeboman yang sering dilakukan Houtsi di kota-kota perbatasan Saudi.
Gencatan senjata disepakati pada 2 April antara aliansi yang dipimpin Saudi dan Houtsi. Kesepakatan ini diperpanjang dua kali selama dua bulan, namun perpanjangan kedua berakhir pada 2 Oktober. Sejak itu, pertempuran berlanjut. PBB telah gagal mencapai kesepakatan untuk mengembalikan gencatan senjata. (zarahamala/arrahmah.id)