NAZARETH (Arrahmah.com) – Kantor berita Bloomberg baru-baru ini mengeluarkan laporan terbaru yang mengungkapkan bahwa imigrasi warga Eropa ke “Israel” telah menurun tajam karena alasan keamanan dan ekonomi, sebagaimana dilansir oleh The Palestinian Information Center, Sabtu (21/2/2015).
Yahudi Eropa menganggap bahwa negara-negara Barat tempat yang lebih aman dari “Israel”, menurut laporan tersebut.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa seruan Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu agar warga Eropa berimigrasi ke “Israel” setelah serangan teror di Paris dan Kopenhagen ditolak oleh banyak orang Yahudi Eropa. Mereka menyatakan penolakan mereka untuk menjadi bagian dari kampanye pemilihan Netanyahu.
“Lebih dari 7.200 orang Yahudi Perancis berimigrasi ke “Israel” tahun lalu, menurut Badan Yahudi, yang mengelola migrasi – yang jumlahnya dua kali lipat dari pada tahun 2013 – dan setelah adanya serangan [agresi Israel ke Palestina], Yahudi yang lain mempertimbangkan langkah tersebut.”
“Di sebagian besar negara-negara, jumlah tersebut adalah minoritas yang jauh lebih kecil. Sekitar 9.000 dari Yahudi di Eropa Barat sebanyak 1,1 juta orang Yahudi berimigrasi ke “Israel” tahun lalu, sementara hanya 627 dari Yahudi Inggris dari 290.000 orang Yahudi di sana – atau hanya 0,2 persen- yang bermigrasi. Dan hanya 103 Yahudi Jerman yang bermigrasi, atau kurang dari 0,1 persen dari 120.000 penduduk Yahudi di negara itu.”
Bloomberg mengutip perkataan Emilie Dahan, (40), ibu dari 3 orang anak, “Ketika serangan [Israel] terjadi, saya merasa inilah saat-saat kami semua merasa takut. Kemudian sesuatu terjadi pada saya. Meninggalkan rumah saya, hidup saya, negara saya? Tiba-tiba tampak tidak masuk akal. Jauh di lubuk hati, saya mengatakan bahwa saya adalah Perancis, dan serangan-serangan ini membuatnya jelas bagi saya. “
“Kami melihat sangat banyak orang Yahudi yang meninggalkan Perancis, dengan beberapa motivasi, setidaknya sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya anti-Semitisme, dan juga karena kendala ekonomi,” kata Sergio Della Pergola, seorang ahli demografi di Universitas Ibrani Yerusalem. Namun “di Perancis, di mana dapat dikatakan bahwa situasi sangat sulit, itu hanya minoritas.”
William Glucroft, (29), seorang editor dan penerjemah dari Connecticut, yang tiba di Berlin lima tahun yang lalu dari “Israel”, mengatakan bahwa “satu-satunya orang yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi harus meninggalkan Eropa adalah Netanyahu.”
“Berintegrasi secara sosial dan ekonomi di “Israel” tidak mudah,” kata Jacques Bloch, (35), “Rasa takut tidak cukup. Seseorang harus memiliki keyakinan yang kuat untuk pindah.”
(ameera/arrahmah.com)