(Arrahmah.com) – Bulan suci Ramadhan 1434 H sudah hampir berakhir. Empat minggu di bulan suci ini berjalan begitu cepat, walau sejatinya ia merambat perlahan dan lembut. Kini kita dikejutkan dengan bulan suci Ramadhan yang bersiap untuk berpamitan kepada kita.
Sebagai seorang hamba yang begitu banyak kesalahan dan dosa, kita sudah seharusnya merenungi akan berakhirnya bulan suci Ramadhan ini. Kita sudah seharusnya berintrospeksi diri, apakah yang telah kita usahakan dan kita raih dari bulan suci yang penuh berkah ini?
Bulan suci Ramadhan adalah “pasar” amal hamba dan “pasar” ridha dan ampunan Allah. Allah Ta’ala mengarunikan bulan suci Ramadhan sebagai “pasar” bagi hamba-Nya untuk berjualan. Bukan berjualan makanan dan minuman untuk buka puasa dan sahur. Juga bukan “pasar” untuk berjualan pakaian untuk lebaran. Sama sekali bukan.
Bulan suci Ramadhan adalah “pasar” untuk meraih ridha Allah dan ampunan-Nya. Selama satu bulan penuh, 29-30 hari dan malam, setiap muslim memiliki kesempatan untuk bertransaksi dengan Allah Ta’ala. Setiap muslim sebagai “penjual”nya dan Allah sebagai “pembeli”nya. Setiap muslim “menjual” amal-amal perbuatannya, dan Allah akan “membeli”nya dengan balasan yang setimpal.
Jika seorang muslim menjual barang dagangan menarik dan berharga dengan kwalitas terbaik, niscaya Allah rela membeli barang tersebut dengan ridha dan ampunan-Nya. Namun apabila seorang muslim menjual barang dagangan yang kurang menarik, tidak berharga dan dengan kwalitas ala kadarnya, bahkan kwalitas buruk, niscaya muslim tersebut harus rela ber”lebaran” dengan tangan hampa dan kerugian.
Barang dagangan yang menarik dan berharga di bulan suci Ramadhan ini sudah sangat dikenal oleh setiap muslim. Mari kita mengingat-ingat sebagiannya; shalat wajib lima waktu secara berjama’ah di masjid, puasa di siang hari Ramadhan, shalat tarawih dan witir, tilawah Al-Qur’an, sedekah dan infak sunnah, zakat harta, memberi makan orang miskin, mengucapkan kalimat yang baik dan banyak lainnya.
Barang dagangan yang kurang menarik, tidak berharga, dan berkwalitas buruk juga sudah sangat dikenal oleh setiap muslim. Mari kita mengingat-ingat sebagiannya; shalat wajib lima waktu yang “bolong-bolong“, tidak berpuasa di siang bulan Ramadhan, malas shalat tarawih dan witir, tidak mengeluarkan zakat harta, enggan bersedekah dan berinfak sunnah, mengucapkan kalimat yang kotor dan tak bermanfaat, banyak tidur namun malas ibadah, melakukan dosa-dosa dan banyak lainnya.
Lalu mari kita ingat-ingat dan renungkan kembali apa yang telah kita lakukan selama empat pekan di bulan suci Ramadhan ini. Berapa menit dan jam dalam setiap harinya yang kita isi dengan amal-amal kebajikan? Berapa menit dan jam pula dalam setiap harinya yang kita isi dengan amal-amal keburukan? Lalu mari kita mengkalkulasi dan membandingkan, mana yang lebih dominan; amal kebaikan ataukah amal keburukan?
Jika kita berani jujur, insya Allah kita bisa mengira diri kita sendiri; apakah termasuk golongan “pedagang” yang meraih “laba” ampunan dan ridha Allah di bulan suci Ramadhan ini? Ataukah kita justru termasuk golongan “pedagang” yang mengalami “kerugian” dan “jatuh pailit” di bulan penuh berkah ini?
Ya Allah, ampunilah kesalahan dan dosa kami semuanya, yang besar maupun yang kecil, yang kami ketahui maupun tidak kami ketahui, yang kami sengaja maupun tidak kami sengaja, yang nampak maupun yang tersembunyi.
Ya Allah, terimalah amal-amal kebaikan kami dan ampunilah amal-amal keburukan kami.
Ya Allah, ampunilah kemalasan, kelesuan dan keteledoran kami dalam beramal kebajikan secara maksimal di bulan suci Ramadhan ini.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan dan ridha-Mu kepada kami walau amal-amal perbuatan kami tak layak untuk mendapatkan balasan seindah itu.
Ya Allah, jadikanlah kami manusia muslim yang lebih baik setelah bulan Ramadhan nanti.
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dengan kezaliman yang banyak dan tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasih sayangilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan senang memberi maaf, maka maafkanlah (dosa-dosa) aku.” (HR. Ahmad no. 25384, Tirmidzi no. 3513, An-Nasai dalam As-Sunan al-Kubra no. 10708, Ibnu Majah no. 3850 dan Al-Hakim no. 1942, hadits shahih)
Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)