Ketika Israel terus melaksanakan aksinya, menghantam Gaza, pada hari Jumat (2/1) ratusan Warga Negara Asing (WNA) memilih meninggalkan Palestina untuk menghindari ancaman roket-roket Israel.
“Situasi kian memburuk. Kami mengkhawatirkan anak-anak kami,” ujar Ilona Hamdiya, seorang perempuan berasal dari Maldova yang menikah dengan warga Palestina.
“Kami berterimakasih terhadap kedutaan kami,” lanjutnya.
Sekitar 350-450 WNA menggunakan bus, di dalam kegelapan dini hari, melaju meninggalkan Palestina.
Mereka meninggalkan 1,6 juta penduduk Palestina yang hidup di bawah bayang-bayang kematian oleh kebrutalan Israel. Dalam sepekan, telah syahid (Insya Allah) 428 penduduk Gaza dan lebih dari 2.200 mengalami luka-luka yang cukup serius.
“Aku akan kembali jika situasi mulai mereda,” ujar Alla Semak, 34, perempuan asal Ukraina yang menikah dengan warga Palestina.
“Aku tidak memiliki apapun di Ukraina,” ungkap Alla Semak, ibu dari empat anak. “Anak-anakku terus-menerus mengkhawatirkan ayah mereka.”
Tiga anak dalam satu keluarga menjadi korban kebiadaban Israel dalam sebuah serangan udara di kota Khan Younis.
Seorang dokter mengatakan, ketiganya tewas akibat misil Israel yang menghantam mereka saat mereka tengah bermain di jalan.
Jalan-jalan di Gaza seperti tidak berpenghuni, hanya terdapat puing-puing bangunan yang hampir rata dengan tanah.
Di Jabaliya, seorang anak laki-laki termenung menatap sebuah mesjid yang telah hancur.
“Kini aku beribadah di dalam rumah. Kamu tidak pernah tahu, mereka membom mesjid dan menghancurkannya, hal itu terekam dalam kepala kami,” ungkapnya.
Hingga kini, Sembilan mesjid telah dihancurkan Israel. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)