(Arrahmah.com) – Pasca teror bom Sarinah banyak oknum mengambil keuntungan ditengah kegaduhan “terbatas”.
Alih alih menjadi momok menakutkan, teror justru menjadi bahan candaan kelas “menengah kritis”.
Ada semacam desakralisasi teror yang natural direkam oleh banyak “media alternatif” yang sampai di gadget ratusan juta penduduk Indonesia.
Celakanya teror menjadi semacam panggung parodi bagi para pelaku teror maupun state sebgai provider keamanan.
Indonesia yang populasinya tengah menunggu bonus demografi dan kelas menegah yang paling besar porsinya kelak memegang peran dalam berbagai kebijakan strategis di Indonesia.
Kelas menengah ini punya ciri khas kritis yang melekat. Mereka punya firewall dalam menilai gaya hidup maupun informasi media.
Teror bom sarinah telah menjadi panggung yg sempurna bagi kelas menengah menilai bahwa teror yang hari ini dihadirkan baik oleh pelaku teror maupun invisible hand yang mengcreate teror benar-benar sebuah parodi semata.
Puncaknya adalah trading topic dengan macam-macam hastag di twitter yang berupaya menentang teror, melawan tesis bahwa teror yang dicreate mengeksploitaai ketakutan masyarakat. Faktanya masyarakat tidak takut.
Artinya teror tidak ideologis, targetnya tidak strategis (lawan ideologis, aset strategis, pejabat pemerintah, bahkan aliran agama tertentu).
Lalu teror jenis apa yang terjadi di Sarinah? Paul Wilkinson (1974) membedakan teror menjadi 4 jenis : 1) kriminal 2) psikis 3) perang dan 4) politik.
Sarinah relevan dikatakan sebagai “teror politik” karena secara umum pasca teror muncul ide ide lawas bahwa intelijen diberikan kewenangan menangkap, revisi UU teror, dll.
Masih menurut Wilkinson, jadi terorisme politik ini adalah upaya untuk mendorong suatu kebijakan yang berkelanjutan dengan penggunaan teror yang terencana.
So, jadi siapa pengepul wacana kebijakan disektor keamanan? Dialah dalang teror sesungguhnya.
Kok bisa boros pengantin sampai lebih dari 3 yang tewas? Pengantin bisa dicreate siapa saja. Metodologi ilmu umum pun bisa melakukannya. (Kelas Khusus)
Demikan sekelumit dari kisah aksi teror bom Sarinah. Masih ada beebrapa penggalan lainnya.
Jaka Setiawan
Pengamat Intelijen Independen
(*/arrahmah.com)