SAN’A (Arrahmah.com) – Seorang pejabat tinggi pemerintah Yaman memperingatkan diplomat AS bahwa buruknya keamanan di gudang radioaktif milik negaranya memiliki peluang yang cukup besar untuk jatuh ke tangan ‘teroris’, menurut telegram kedutaan AS yang dibocorkan oleh Wikileaks, dilaporkan oleh Guardian pada Minggu (19/12/2010).
Pejabat itu mengatakan kepada Amerika bahwa satu-satunya penjaga keamanan di fasilitas Komisi Energi Atom Nasional Yaman (NAEC) telah ditarik dari jabatannya dan hanya terdapat sejumlah CCTV tersembunyi yang telah rusak enam bulan sebelumnya dan tidak pernah diperbaiki.
“Saat ini sangat sedikit yang menghalangi orang-orang jahat dan bahan nuklir Yaman,” kata pejabat itu, dalam telegram bertanggal 9 Januari tahun ini dan dikirim dari kedutaan Sana’a ke CIA, FBI dan departemen keamanan dalam negeri serta luar negeri Amerika Serikat di Washington dan lain-lain.
Yaman, sebagai negara termiskin dunia Arab, telah muncul sebagai basis al Qaeda yang dinilai paling aktif, setelah Irak dan Afghanistan. Negara ini dilansir sebagai markas bagi Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Telegram yang diklasifikasikan bersifat rahasia oleh Duta Besar AS Stephen Seche, dan dikirim sesaat setelah bom Hari Natal, menggambarkan kekhawatiran pejabat sehingga memohon Amerika untuk membantu meyakinkan pemerintah Yaman agar memindahkan semua bahan-bahan dari negara tersebut sampai situasi lebih aman, atau segera meningkatkan tindakan keamanan di fasilitas NAEC.
Dalam telegram itu pun, diungkapkan bahwa fasilitas tersebut memiliki jumlah besar bahan radioaktif yang digunakan oleh rumah sakit, universitas lokal untuk penelitian pertanian, dan di ladang minyak. Masyarakat internasional ketakutan bahwa isotop radioaktif ini dapat digunakan untuk membuat bom kotor perangkat yang menggabungkan bahan peledak sederhana dengan bahan radioaktif, yang memiliki daya ledak yang luar biasa.
Pakar internasional mengatakan pada Minggu (19/12) bahwa kurangnya keamanan di fasilitas Yaman akan menjadi “prioritas tinggi” bagi pemerintah AS. Menanggapi kabar mengenai jenis bahan dan jumlah yang disimpan dalam fasilitas NAEC Yaman, Matthew Bunn, mantan penasehat Gedung Putih yang mengkhususkan diri dalam ancaman nuklir dan terorisme, mengatakan: “Itu adalah sumber yang besar..”
“Jika direbut oleh teroris, radioaktif itu bisa membuat bom yang sangat jahat mampu mengancam wilayah yang luas,” kata Bunn, yang juga merupakan seorang profesor di Universitas Harvard.
“Radioaktif yang berlokasi di Yaman ini jelas mengkhawatirkan, mengingat terorisme, mengingat Al Qaeda di Semenanjung Arab bermarkas di sana.”
“Saya akan berpikir hal itu akan menjadi prioritas utama untuk melakukan sesuatu.”
Sementara, dalam telegram itupun diungkap bahwa dalam beberapa hari setelah peringatan pejabat atas keamanan dan mungkin sebagai akibat dari tekanan diplomatik AS, bahan radioaktif akhirnya dipindahkan ke fasilitas yang lebih aman dan sisanya diantar kemudian.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan: “Kami menolak untuk mengomentari telegram apapun. Tim dari departemen energi AS mengunjungi Yaman pada bulan Februari dan terus bekerja dengan pemerintah Yaman untuk meningkatkan keamanan di beberapa tmpat yang cukup relevan untuk mengurangi ancaman global.”
Pemerintah keamanan nuklir nasional AS pun menolak berkomentar.
Juru bicara Gedung Putih menambahkan: “Saya tidak akan mengomentari peningkatan keamanan untuk tempat tertentu.Saya dapat mengatakan bahwa kita memiliki program-program untuk bekerja sama dengan lebih dari 100 negara di seluruh dunia dalam rangka mengamankan bahan nuklir yang cukup rentan, meningkatkan keamanan di fasilitas nuklir, dan mencegah penyelundupan nuklir. Kami bekerja siang dan malam untuk mencegah ‘teroris’ agar tidak merebut bahan nuklir.” (althaf/arrahmah.com)