WASHINGTON (Arrahmah.com) – Situs kontroversial WikiLeaks dikabarkan tengah menyusun dokumen untuk merilis “penyimpanan raksasa” dokumen rahasia milik militer AS mengenai konflik panjang di Irak, Majalah Newsweek memberitakan.
Newsweek menutip Ian Overton, editor The Bureau of Investigative Journalism, kelompok jurnalis non-profit yang berbasis di London, mengatakan bahwa materi yang akan segera dirilis ini merupakan “kebocoran terbesar intelijensi militer” sepanjang sejarah.
Newsweek menambahkan bahwa dokumen rahasia Irak yang dirilis oleh WikiLeaks diyakini tiga kali lebih besar dari dokumen perang Afghanistan yang dirilis pada awal tahun ini.
WikiLeaks, bekerjasama dengan agensi berita The New York Times, Guardian dari Inggris, serta Der Spiegel dari Jerman, sejauh ini telah merilis sebanyak 77.000 dokuken perang Afghanistan pada Juli lalu, dan mengatakan akan segera merilis 15.200 dokumen lainnya dalam waktu dekat.
Overton memberitahu Newsweek jika organisasinya telah bekerja sama dengan WikiLeaks and jaringan televisi serta media cetak di beberapa negara dalam beragam kisah dan berita berdasarkan dokumen-dokumen Irak.
Overton menolak membeberkan nama media-media yang terlibat namun mengatakan bahwa mereka akan merilis dokumen-dokumen itu secara rutin beberapa minggu dari sekarang.
Overton juga menambahkan bahwa organisasinya sadar bahwa informasi dalam dokumen-dokumen itu dapat membahayakan nyawa mereka dengan sangat serius.
Newsweek mengatakan mereka masih belum tahu secara jelas apa peran sang pendiri WikiLeaks, Julian Assange, dalam proyek terbaru itu.
Assange sebelumnya dituding melakukan perkosaan, namun Assange menolak tuduhan itu dan menyebutnya “cara kotor” untuk menggulingkannya.
Marianne Ny, jaksa senior Swedia, mengatakan keputusannya untuk membuka kembali penyelidikan tuduhan itu, yang dijatuhkan oleh pejabat yang lebih rendah dua minggu yang lalu, diambil setelah penelaahan lebih lanjut ke dalam kasus ini.
“Ada alasan untuk percaya bahwa kejahatan tersebut telah dilakukan,” kata kepala jaksa pada hari Rabu waktu setempat (1/9).
Perkembangan ini adalah episode terbaru dalam kasus di mana jaksa dari peringkat yang berbeda telah saling melampaui.
Tuduhan perkosaan itu ditolak segera setelahnya, tapi jaksa terus menyelidiki ke dalam tuduhan tindakan pelecehan seksual tersebut, yang tidak dianggap sebagai pelanggaran seks di bawah hukum Swedia. (sm/arrahmah.com)