WASHINGTON (Arrahmah.com) – Wikileaks berencana untuk membocorkan lebih 400.000 dokumen rahasia militer AS pada Perang Irak melalui sejumlah surat kabar besar dunia (New York Times, Guardian, dan Der Spiegel), sehingga hal itu menjadi kebocoran militer terbesar sepanjang sejarah AS.
Menanggapi hal ini, Pentagon langsung membentuk satuan tugas yang terdiri dari 120 orang sejak beberapa minggu lalu untuk menangani dan menganalisis dokumen-dokumen mereka serta dampak yang diberikan akibat bocornya dokumen tersebut.
Kolonel David Lapan, juru bicara Pentagon, mengatakan dokumen, yang diperoleh dari database di Irak, terdiri dari laporan operasi, pelaporan unit, laporan taktis, dan lain-lain, lapor AFP. “Aktivitas signifikan” (SIGACTS), yang di dalamnya mencakup informasi mengenai serangan yang menargetkan pasukan koalisi, pasukan keamanan Irak, penduduk sipil dan infrastruktur, Departemen Pertahanan AS mengumumkan.
Sementara itu, Gloria La Riva dari ANSWER Coalition mengatakan bahwa Amerika Serikat selalu berdalih bahwa dengan bocornya hal ini akan memperburuk kondisi keamanan nasional. Padahal, menurut La Riva, yang AS benar-benar takutkan saat ini adalah terbongkarnya peran militer dan dominasi AS di Timur Tengah, termasuk aksi pembunuhan, pembantaian, serta pengeboman warga sipil dari Irak, hingga Afghanistan, hingga Pakistan.
Ia pun dengan lantang mengatakan bahwa pembocoran dokumen yang telah dan akan dilakukan oleh Wikileaks tidak terkait sama sekali dengan keamanan warga negara Amerika, tetapi keamanan para penghasut perang, kontraktor militer, serta 70.000 korporasi di Amerika Serikat yang mengambil keuntungan dari penjualan bom dan senjata militer, juga aksi pembunuhan.
Pentagon telah berulang kali meminta Wikileaks untuk mengembalikan dokumen-dokumen rahasia itu kepada militer Amerika.
Wikileaks pun disinyalir akan membongar skandal kekerasan yang terjadi di penjara Abu Ghraib Irak, jumlah korban sipil, serta pembersihan etnis yang dilakukan di bawah komando militer Amerika Serikat.
Sebelumnya pada pada bulan Juli, Wikileaks telah menerbitkan 77.000 dokumen rahasia pada perang di Afghanistan. (althaf/arrahmah.com)