ICELAND (Arrahmah.com) – WikiLeaks menutup rapat cara menjebol pengacak video serangan tentara AS yang menghebohkan dunia. Tapi tiga bulan lalu situs ini mengeluarkan panggilan mendesak di Twitter.
“Punya video terenkripsi serangan bom AS pada warga sipil. Kita perlu super komputer,” sebut situs itu.
Entah bagaimana WikiLeaks akhirnya menemukan komputer super yang diperlukannya untuk mendekripsi video militer AS itu, karena situs tersebut tak pernah mengungkapkannya.
Namun video serangan Angkatan Darat AS di Irak pada tahun 2007 itu akhirnya muncul pada Senin (5/4). Serangan itu menewaskan 12 orang warga sipil itu, termasuk dua karyawan kantor berita Reuters.
Video itu telah dilihat lebih dari 4 juta kali di YouTube dan diputar ratusan kali di laporan televisi.
Assange, seorang aktivis dan jurnalis Australia adalah yang mendirikan situs itu tiga tahun lalu bersama dengan kelompok aktivis dan ahli komputer.
WikiLeaks telah menerbitkan dokumen mengenai pembuangan bahan beracun di Afrika, protokol dari Guantánamo Bay, e-mail dari akun pribadi Sarah Palin dan pesan pager 9/11.
Situs web itu hanya memiliki lima relawan penuh waktu, menurut juru bicaranya Daniel Schmitt dan grup itu dapat memanggil 800 sampai 1.000 orang pakar.
Situs ini tidak malu menyangkut niatnya untuk mendapat liputan media. WikiLeaks tidak hanya memposting video 38 menit itu, tapi juga menggunakan judul bombatis dan menggunakan kata semacam pembunuhan “sembarangan” dan “tak beralasan”.
“Dari sudut pandang manusia saya, saya tidak bisa begitu mudah untuk melampiaskan jenis malapetaka di kota ketika mereka tidak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana,” kata Schmitt dari Jerman.
Pentagon membela pembunuhan itu dan berkata tidak ada tindakan disiplin yang diambil pada saat kejadian.
Namun, juru bicara Pusat Komando Angkatan Darat AS Kapten Jack Hanzlik mengatakan militer belum dapat menemukan video dalam filenya saat diminta untuk menjelaskan apakah video itu asli.
Situs itu juga memposting versi yang telah diedit sepanjang 17-menit yang banyak dilihat di YouTube.
Namun pengkritik menyebut video pendek itu menyesatkan, karena tidak membuat jelas apakah serangan terjadi di tengah bentrokan dan apakah salah satu orang membawa granat roket. (ini/arrahmah.com)