LONDON (Arrahmah.com) – Pendiri WikiLeaks Julian Assange telah membuat klaim yang mengejutkan bahwa mesin pencari internet Google bekerja seperti sebuah badan intelijen, dengan cara mengumpulkan, menyimpan dan mengindeks data penggunanya, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Jum’at (19/9/2014).
Berbicara kepada BBC dan Sky News, Assange menyamakan cara kerja Google dengan “versi privatisasi dari NSA,” mengacu pada Badan Keamanan Nasional AS yang terungkap telah memata-matai jutaan orang di seluruh dunia oleh pengungkap Edward Snowden tahun lalu.
“Model bisnis Google adalah mata-mata. Itu yang membuat lebih dari 80 persen uangnya didapat dengan cara mengumpulkan informasi tentang orang-orang, mengelompokkannya, menyimpannya, mengindeksnya, membangun profil tiap individu untuk memprediksi minat dan perilaku mereka, dan kemudian menjual profil tersebut terutama untuk para pengiklan, atau bahkan juga kepada pihak lain,” kata Assange kepada BBC.
Jadi hasilnya adalah bahwa Google, dalam hal cara kerjanya, praktek sebenarnya, hampir sama dengan Badan Keamanan Nasional atau GCHQ,” katanya.
Assange juga melanjutkan bahwa Google telah bekerja sama dengan NSA sejak tahun 2002, dan dimasukkan sebagai bagian dari basis pertahanan industri pada 2009.
“Mereka telah terlibat dengan sistem Prism, di mana hampir semua informasi yang dikumpulkan oleh Google tersedia untuk NSA,” kata Assange.
Dia juga menambahkan bahwa “pada tingkat kelembagaan, Google sangat terlibat dalam kebijakan luar negeri AS.”
Assange menambahkan, Google telah berhasil menipu banyak orang untuk percaya bahwa semua aktivitasnya itu adalah main-main, bahwa organisasinya murni manusiawi dan tanpa ada konspirasi besar di dalamnya, apalagi dianggap perusahaan Amerika yang menyimpan niat buruk. Padahal pada kenyataannya adalah seperti itu. Ini sebabnya mengapa sekarang Google bisa dibilang organisasi komersial yang paling berpengaruh.
“Google sekarang telah menyebar ke setiap negara, menjangkau setiap orang, asal mereka punya akses ke internet. Untuk itu tetap berhati-hatilah,” kata Assange mengingatkan.
Assange, yang telah terperangkap dalam kedutaan Ekuador di London sejak Juni 2012 setelah diberikan suaka, berisiko ditangkap segera oleh polisi Inggris yang berjaga-jaga di luar kedutaan.
Dia juga berisiko di deportasi ke Swedia untuk menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap dua perempuan pada tahun 2010, tuduhan yang Assange dan pendukungnya mengklaim itu bermotif politik sebagai akibat dari bocornya dokumen-dokumen rahasia melalui situs WikiLeaks-nya.
Kemungkinan besar setelah dia diekstradisi ke Swedia, ia kemudian bisa diekstradisi ke Amerika Serikat di mana ia bisa menghadapi hukuman mati.
(ameera/arrahmah.com)