WASHINGTON (Arrahmah.com) – Rahasia umum bahwa Amerika Serikat menahan ratusan narapidana yang tidak bersalah bersalah atau berisiko rendah selama bertahun-tahun akhirnya dikuak oleh Wikileaks, lapor AFP pada Senin (25/4/2011).
Kebocoran terbaru mengungkapkan bahwa tahanan ditahan tanpa proses pengadilan langsung menderita cacat, seperti sakit mental atau mengalami penyiksaan, New York Times melaporkan.
Dalam bocoran lainnya, Wikileaks mengklaim bahwa seorang tahanan kelas atas menyatakan bahwa sebuah bom nuklir disembunyikan di suatu tempat di Eropa yang akan meledak jika pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, tertangkap atau terbunuh.
Times merupakan media partner di antara sekelompok media AS dan Eropa yang juga termasuk Daily Telegraph, NPR, El Pais, Le Monde, Der Spiegel, dan La Repubblica akan menerima 779 dokumen rahasia terkait dengan kasus Guantanamo dari situs WikiLeaks.
Setidaknya terdapat 150 tahanan asal Afghanistan atau Pakistan yang mendekam di Guantanamo, termasuk pengemudi biasa, petani, dan koki, menurut Telegraph.
Mereka ditangkap berdasarkan pengumpulan intelijen AS di zona perang dan kemudian ditahan di pangkalan angkatan laut AS di Kuba tenggara selama bertahun-tahun karena kesalahan identitas, harian Inggris mengatakan.
Para analis militer AS dianggap hanya 220 dari semua tersangka pada perang melawan teror era George W. Bush yang ditahan di Guantanamo yang dinilai ‘berbahaya’.
Sementara 380 lainnya dianggap masih pejuang kelas rendah yang melakukan perjalanan ke Afghanistan atau merupakan bagian dari Taliban, Telegraph melaporkan.
Times mengatakan file, yang merinci latar belakang masing-masing dari 779 orang yang telah bebas dari fasilitas penjara sejak mereka ditahan tahun 2002, mengungkapkan sebagian kecil saja dari taktik interogasi yang digunakan di Guantanamo yang menyulut kecaman luas di seluruh dunia.
Menurut harian itu, kasus terbaik didokumentasikan dari interogasi Mohammed Qahtani tahun 2002 dan 2003. Qahtani merupakan warga negara Saudi diyakini telah mengambil bagian dalam merencanakan serangan 11 September.
Qahtani diperlakukan seperti anjing, dihina secara seksual, dan dipaksa untuk buang air kecil pada dirinya sendiri, kutip harian itu. (althaf/arrahmah.com)