WASHINGTON (Arrahmah.com) – Situs pembongkar dokumen-dokumen penting AS selama ini, kembali mempublikasikan sebuah dokumen kontroversial mengenai rahasia keamanan AS. Dalam laporannya, Wikileaks mengungkapkan bahwa AS menggunakan kantor kedutaannya untuk melakukan aksi spionase.
Laporan ini dipublikasikan oleh Guardian, New York Times, dan Der Spiegel kemarin (28/11/2010). Dilansir media tersebut, AS seringkali menggunakan diplomatnya untuk memata-matai sejumlah pemimpin politik dan orang-orang yang dicurigai.
Sementara itu harian Guardian memperlihatkan hasil bocoran Wikileaks mengenai dokumen rahasia antara pemerintah Rusia dan kejahatan yang terorganisasi, operasi militer di Afghanistan, serta sejumlah kriminalitas yang dilakukan oleh sebuah keluarga kaya Inggris.
Wikileaks mengungkapkan pada hari yang sama bahwa situsnya menjadi sasaran cyber attack tak lama setelah pihaknya membocorkan dokumen-dokumen tersebut.
AS tetap bersikukuh agar Wikileaks menghentikan aksi untuk membocorkan dokumen-dokumen rahasia AS dan juru bicara Pentagon, David J. Crowley, menyatakan tindakan Wikileaks merupakan tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab karena kan membahayakan banyak kehidupan, terutama pasukan AS yang sedang ditempatkan di Afghanistan. (althaf/arrahmah.com)