OSLO (Arrahmah.com) – Jerman dan Amerika Serikat tengah membangun satelit mata-mata gabungan di bawah program komersial samaran, meskipun hal tersebut ditentang mentah-mentah oleh Perancis, sebagaimana diungkapkan Wikileaks dari telegram diplomatis AS pada Senin (3/1/2011).
Menurut telegram tersebut, proyek dengan nama HiROS ini merupakan satelit dengan observasi beresolusi tinggi yang memiliki kemampuan untuk menangkap objek setinggi 50 cm (1,5 kaki) di atas sebuah planet.
Satelit ini pun akan memiliki kemampuan untuk mengambil gambar pencitraan infrared pada malam hari dan mengirim gambar tersebut dua kali lebih cepat ke planet bumi daripada satelit yang sudah ada sebelumnya.
Berkaitan dengan dengan program yang kontroversial ini, pejabat AS dan Jerman telah memutuskan bahwa pihaknya harus menunjukkannya ke publik sebagai sebuah program sipil yang ramah lingkungan. Meskipun pada kenyataannya program tersebut ada di bawah kontrol badan intelejen Jerman (BND) dan pusat luar angkasa Jerman (DLR).
“Tujuan dari HiROS adalah untuk mentransmisi data bagi kepentingan publik, sebagai contoh untuk manajemen krisis dalam bencana alam,” dalih Andreas Schuetz pada AFP melalui surat elektronik.
“HiROS bukan satelit mata-mata dan bukan pula proyek rahasia,” lanjutnya.
Telegram kedutaan AS ini dikutip oleh harian Norwegia, Aftenposten, dalam edisi bundel dari Februari 2009 hingga Februari 2010.
Dalam bundek itu pun dibeberkan bahwa beberapa negara, terutama Perancis, telah mencoba menghentikan proyek besar ini dengan mengajukan sejumlah kemungkinan.
Namun pihak oposisi dari Paris tampaknya telah berhasil ditepis oleh para pejabat Jerman, yang menurut telegram, mengatakan bahwa mereka telah merasa disakiti oleh manufer berlebihan Perancis.
“Sama sekali tidak ada kerjasama direncanakan dengan Perancis atau negara Uni Eropa lainnya dalam proyek HiROS ini,” eksekutif DLR, Andreas Eckart.
Menurut Aftenposten, satelit ini akan menghabiskan biaya sekitar 1,6 miliar kroner (205 juta euro atau 274 juta dolar) dan dijadwalkan secara resmi difungsikan pada tahun 2012 atau 2013.
Secara resmi, Perancis dan Jerman yang terlibat kerja sama dalam Ruang Angkasa Multinasional Berbasis Sistem Pencitraan Jarak (MUSIS), bersama dengan Belgia, Spanyol, Yunani, dan Italia.
Sementara itu, saat dihubungi oleh AFP, kedutaan AS di Oslo menolak memberikan komentar pada setiap informasi yang muncul dari 250.000 kabel diplomatik AS yang bocor ke situs WikiLeaks.
Pemerintah Jerman dan Perancis juga menolak memberikan komentar.
WikiLeaks sejauh ini hanya mempublikasikan sekitar 2.000 dari telegram yang dimilikinya, bekerja sama dengan publikasi El Pais, Guardian, New York Times, Le Monde, dan Der Spiegel.
Harian Norwegia Aftenposten menyatakan bulan lalu bahwa pihaknya telah memperoleh semua dokumen diplomatik dan akan mempublikasikannya berdasarkan rilisan dari WikiLeaks. (althaf/arrahmah.com)