JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekretaris Jenderal Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Ahmad Muzani menilai, ada intelijen di seputar Presiden SBY terkait kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia yang dibocorkan Wikileaks. Sebabnya pihak kedutaan tidak membenarkan atau membantah kabar tersebut.
“Bagaimana ceritanya, kedutaan Amerika Serikat bisa mendapat info itu, pasti ada orang dalam lingkar satu SBY jadi informan,” kata Ahmad Muzani di Jakarta, Minggu (13/3/2011).
Muzani mencermati, pernyataan Duta Besar Amerika Serikat yang menyesalkan kebocoran kawat rahasia itu. “Dia tidak katakan substansinya,” kata dia.
Menurut Muzani, hal tersebut patut dipertanyakan oleh pemerintah Indonesia. “Presiden harus mencari siapa, mengamankan, siapa di antara mereka yang menjadi agen asing,” kata dia.
Bocoran WikiLeaks itu diberitakan The Age dalam edisi Jumat, 11 Maret 2011, dengan sebuah judul besar di halaman depan, “Yudhoyono ‘Abused Power’: Cables accuse Indonesian President of corruption.” Berita serupa juga dimuat harian Sydney Morning Herald.
Selain Presiden SBY, sejumlah pejabat dan mantan pejabat Indonesia turut disinggung. Diantaranya mantan Wapres Jusuf Kalla, Ketua MPR Taufiq Kiemas, hingga Ibu Negara Ani Yudhoyono. Kedubes AS pun menyebut penasihat presiden, TB Silalahi, sebagai salah satu informan mereka yang paling berharga. Tak cuma itu, pengusaha Tomi Winata juga disebut-sebut punya kaitan dengan pihak istana.
Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengatakan, semua kabar dari media massa Australia itu hanya gunjingan dan tidak berdasarkan fakta. Sementara Duta Besar AS, Scot Marciel, mengatakan, “Dokumen tersebut tidak mewakili sikap AS. WikiLeaks sangat tidak bertanggungjawab atas hal ini.” (viva/arrahmah.com)