IDLIB (Arrahmah.id) – Kelompok penyelamat White Helmets menuduh PBB pada Jumat (10/2/2023) mengabaikan korban gempa di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah barat laut.
Memanfaatkan pengalaman bertahun-tahun yang diperoleh selama perang saudara Suriah selama lebih dari satu dekade, White Helmets telah mempelopori upaya penyelamatan di daerah pemberontak tanpa bantuan dari luar.
“PBB telah melakukan kejahatan terhadap rakyat Suriah di barat laut,” kata ketua kelompok itu Raed Saleh kepada AFP, mencatat bahwa badan-badan PBB belum mengirimkan bantuan khusus gempa kepada para penyintas sejak bencana melanda sebelum fajar pada Senin (6/2).
“PBB harus meminta maaf kepada rakyat Suriah”.
Saleh mengatakan prioritas utama White Helmets adalah “tempat berlindung bagi puluhan ribu keluarga yang kehilangan rumah”, serta pemanas, perlengkapan kebersihan pribadi, dan akses ke air bersih.
Para penyelamat telah mencari di lebih dari 300 bangunan yang rusak berat, dengan enam hingga 12 lokasi lagi yang belum mereka sapu, katanya.
Para penyintas gempa berbondong-bondong ke kamp-kamp yang didirikan untuk orang-orang yang terlantar akibat perang dari bagian lain Suriah. Banyak yang kehilangan rumah atau terlalu takut untuk kembali ke rumah mereka yang rusak.
Konvoi bantuan PBB menyeberang ke Suriah yang dikuasai pemberontak dari Turki pada Jumat (10/2), pengiriman kedua sejak gempa, kata seorang pejabat perbatasan kepada AFP.
Konvoi 14 truk itu membawa barang-barang non-pangan seperti “peralatan kemanusiaan, lampu surya, selimut, dan bantuan lainnya”, kata juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Paul Dillon kepada wartawan di Jenewa.
Bantuan itu “akan cukup untuk sekitar 1.100 keluarga di daerah yang dilanda gempa di provinsi Idlib”, tambahnya.
Pada Kamis (9/2), konvoi pertama memasuki daerah yang dikuasai pemberontak membawa barang-barang bantuan dasar untuk 5.000 orang, kata IOM.
Rezim Suriah mengatakan Jumat malam (10/2) bahwa pihaknya telah menyetujui pengiriman bantuan kemanusiaan langsung dari wilayah yang dikuasai pemerintah ke daerah pemberontak.
Sedikitnya 284.000 orang menjadi pengungsi baru akibat gempa tersebut, Program Pangan Dunia mengatakan pada Jumat (10/2), dengan direktur regional Timur Tengah Corinne Fleischer menambahkan bahwa tidak ada truk WFP yang “melintasi perbatasan”.
“Jalan rusak dan hal itu memperlambat pengiriman kami,” katanya kepada wartawan di Jenewa.
Saat ini, hanya satu penyeberangan di perbatasan Suriah-Turki yang terbuka untuk pengiriman bantuan PBB.
Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak Dewan Keamanan pada Kamis (9/2) untuk mengesahkan pembukaan penyeberangan tambahan untuk pengiriman bantuan gempa. (zarahamala/arrahmah.id)