SURIAH (Arrahmah.com) – Pertahanan Sipil Suriah atau White Helmets mengatakan bahwa tugas mereka di wilayah yang dikuasai oleh pejuang oposisi tidak terganggu dan masih bisa berjalan seperti biasa meski pun AS telah mengeluarkan laporan-laporan untuk membekukan dukungan dana bagi kelompok penyelamat korban di Suriah tersebut dan menempatkannya dalam daftar kelompok yang berada “di bawah tinjauan aktif”.
Kepala organisasi relawan kemanusiaan, yang anggotanya terdiri dari mantan guru, tukang roti, dan warga biasa, mengatakan bahwa “kami tidak menerima dana langsung dari AS atau negara lain”, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
“Relawan White Helmets menerima dana dari organisasi dan asosiasi,” ujar Raed Saleh kepada Al Jazeera. “Pekerjaan kami tidak terganggu dan semua proyek yang kami kerjakan tidak akan kami hentikan. Para sukarelawan kami akan senantiasa beroperasi di lapangan,” imbuhnya.
Pada Kamis (3/5/2018), CBS melaporkan bahwa departemen luar negeri, yang menyediakan sepertiga dari pendanaan White Helmets, telah menempatkannya “di bawah tinjauan aktif”.
Sebuah dokumen departemen negara bagian Biro Urusan Timur Tengah, yang memainkan peran penting luar negeri AS di Irak, Libya, dan Yaman, membutuhkan konfirmasi dari administrasi Trump pada 15 April yang berisi “untuk pendanaan lampu hijau White Helmets” atau akan memulai “prosedur shut-down”.
Bulan lalu, Gedung Putih menginstruksikan departemen negara untuk membekukan lebih dari $ 200 juta dana yang diperuntukkan bagi “upaya pemulihan”, sehari setelah Trump menyatakan bahwa AS akan “segera” berhenti dalam kasus Suriah.
Saleh mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ketika AS telah memutuskan untuk membekukan apa yang disebut proyek stabilisasi di Suriah, “Pertahanan Sipil Suriah belum diberi tahu mengenai pembekuan dana tersebut”.
Menurut situs web mereka, White Helmets mengungkapkan bahwa mereka didanai secara langsung oleh Mayday Rescue, sebuah perusahaan yang berbasis di Inggris, dan Chemonics, sebuah perusahaan kontraktor pemerintah AS yang beroperasi di Rwanda, Honduras, dan Maladewa, dan memiliki spesialisasi dalam pengembangan dan manajemen internasional.
“Pertahanan Sipil Suriah baru-baru ini telah menandatangani kontrak dengan organisasi Turki dan Qatar untuk melaksanakan proyek-proyek baru,” tambah Saleh.
Kami akan lanjutkan
Pada hari Jumat (4/5), seorang anggota White Helmets di Aleppo mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tekanan dana mungkin akan mempengaruhi proyek kemanusiaan yang sedang dikerjakan oleh kelompok tersebut.
“Ini bisa menjadi masalah besar bagi kami, operasi penyelamatan kami, serta pengadaan sarana (alat transportasi) dan peralatan kami,” kata Ismael Al-Abdullah, seorang petugas penyelamat yang berbasis di Aleppo. “Tapi semua relawan dan pengurus pusat kami akan terus bekerja untuk menyelamatkan orang-orang di penjuru Suriah,” tambahnya.
White Helmets menjadi terkenal sejak 2012 ketika mereka bekerja untuk menyelamatkan para korban yang terperangkap dalam puing-puing bangunan yang hancur karena serangan udara yang diluncurkan oleh Rezim Asad dan pesawat tempur Rusia.
Meskipun telah menyelamatkan sekitar 100.000 jiwa sejak meletusnya perang di Suriah tahun 2011, dan mendapat penghargaan Nobel Perdamaian, namun kelompok tersebut tetap menjadi target dari beberapa kampanye disinformasi yang dilakukan oleh wartawan pro-rezim dan media-media Rusia. (Rafa/arrahmah.com)