Weekly Report Pekan Ke-2, Februari 2012 kali ini membahas Revolusi Suriah yang memasuki fase genting. Sejak kerusuhan bermula pada pertengahan Maret 2011, tensinya terus naik, hinga detik per detik berita dan analisa tentang Revolusi Suriah selalu menghiasi pelbagai media. Seruan jihad pun dikumandangkan dari seluruh penjuru dunia agar rakyat Suriah atau penduduk Syam menurunkan Bashar Assad, sang diktaktor rezim Suriah. Kinikah saatnya kehancuran rezim Suriah?
Suriah, Negeri yang Terbelah
Semuanya berawal dari Perjanjian (Kesepakatan) Sykes – Picot, antara Inggris dan Perancis. Kesepakatan Sykes – Picot adalah sebuah kesepakatan rahasia yang berlangsung pada tahun 1334 Hijriyyah, ketika Perang Dunia I antara Inggris dan Perancis, atas persetujuan Rusia untuk memecah-belah Daulah ‘Ustmaniyah dan membagi daerah-daerah yang tunduk di bawah kekuasaan ‘Ustmaniyah, yaitu Suriah, Irak, Libanon, dan Palestina ke daerah-daerah yang tunduk kepada kekuasaan Perancis, sedangkan yang lainnya tunduk kepada kekuasaan Inggris. Nama kesepakatan ini diambil dari nama para pelakunya, Marlk Sykes (Inggris) dan George Piccot (Perancis).
Setelah berhasil menguasai Suriah, Perancis melaksanakan politik divide et impera. Perancis membelah Suriah menjadi empat bagian, yaitu Libanon Raya, negara Damaskus (meliputi Jabal Druze), Aleppo (termasuk Alexandretta), serta wilayah Lattakia (atau wilayah Alawi). Pada tanggal 1 Januari 1925, Aleppo dan Damaskus disatukan menjadi negara Suriah, di bawah koloni Perancis dan pengawasan LBB.
Pada hakikatnya, akibat Kesepakatan Sykes – Picot inilah dunia Islam dibagi-bagi menjadi potongan-potongan yang mudah diserang, ditumpahkan darahnya, sementara para kaki tangan pasukan salib masih berkuasa di dalamnya, hingga hari ini, khususnya Suriah di bawah rezim Nushairiyah yang didukung syi’ah dan komunis internasional.
Kekejaman rezim Diktaktor Suriah (Nushairiyah) bantai kaum Muslimin
Hampir setiap hari, sejak gelombang tsunami Revolusi menerjang Suriah, puluhan kaum Muslimin dibantai rezim diktaktor kejam Suriah. Diktaktor Suriah, menggunakan tentara rezim Alawite terus menerus menggempur para demonstran di kota Homs, Suriah. Bahkan di hari Kamis (9/2/2012) puluhan orang dilaporkan tewas, oleh para pembom yang berpusat di pemukiman Bab Amr, Khaldiyeh, dan al-Bayada.
Sadisnya, rezim Suriah dalam mempertahankan pemerintahan murtadnya juga membantai anak-anak dan kaum perempuan. Penduduk Suriah sudah mengatakan bahwa Bashar al Assad bukanlah manusia. Mereka telah mengemis pada dunia, untuk menolong mereka dengan melakukan sesuatu, untuk menghentikan kekejaman rezim Suriah.
Stasiun TV Al-Arabiya meliput serangan artileri yang gencar dilakukan rezim Suriah yang membuat runtuh rumah-rumah penduduk dan menimpa seluruh penghuninya. Sumber-sumber di kalangan aktivis kemanusiaan menyebutkan bahwa ketiga kawasan yang dihujani tembakan artileri tersebut tidak bisa dijangkau oleh pihak Bulan Sabit maupun Palang Merah. Mereka mendesak campur tangan dunia internasional mengingat pertolongan pertama semakin sulit dilakukan.
Sementara itu, Komite Umum Revolusi Suriah melaporkan sebanyak 8 warga sipil gugur oleh peluru militer rezim Nushairiyah Suriah dalam demonstrasi hari Senin (6/2/2012). Sebagian besar korban gugur dalam demonstrasi di propinsi Himsha.
Human Right Watch Suriah melaporkan bahwa pasca pembantaian keji di Himsha, tentara rezim Suriah yang dperkuat ratusan tank militer rezim Suriah menyerbu distrik Zabadan. Mereka memasuki distrik tersebut dengan perlindungan tembakan gencar tank dan artileri, Senin (6/2/2012).
Tentara rezim Suriah menyerbu kota dari empat jurusan sambil terus menembak. Saksi mata dar Aliansi Revolusi Lokal menyebutkan sampai saat ini tiga orang warga sipil muslim gugur dan puluhan lainnya terluka parah.
Dari ibukota Human Right Watch Suriah juga melaporkan bahwa militer dan kepolisian rezim Suriah melancarkan serangan gabungan ke distrik Daria, pinggiran ibukota Damaskus. Belum diketahui jumlah korban gugur dan terluka akibat serangan brutal tersebut.
Bukti kekejaman rezim diktaktor Suriah (Nushairiyah) dalam membantai kaum Muslimin, rakyatnya sendiri, sudah tak terhitung lagi. Sebuah video yang dikeluarkan oleh izharudeen.com memperlihatkan bagaimana rezim keji Suriah membantai rakyatnya sendiri secara sadis tak terperi.
Korban pembantaian biadab yang dilakukan oleh tentara rezim Nushairiyah Suriah di propinsi Himsha pada Jum’at malam (3/2/2012) telah mencapai angka 337 warga sipil muslim gugur dan 1300 warga terluka.
Liputan khusus TV telah menampilkan rumah-rumah penduduk yang hancur dan mayat-mayat warga yang bergelimpangan di dalam rumah akibat tembakan tank dan artileri berat. Tentara rezim Suriah melancarkan serangan pada Jum’at malam hingga Sabtu hari ini.
Anggota Dewan Revolusi Umum Suriah, Hadi Abdullah, melaporkan secara langsung dari Himsha via telepon satelit kepada stasiun TV Al-Jazera bahwa tentara rezim Suriah melancarkan pembantaian biadab di Himsha. Banyak keluarga yang gugur seluruh anggotanya dalam penyerbuan tak berperi kemanusiaan tersebut. Selain di reruntuhan bangunan, mayat-mayat warga juga bergelimpangan di jalanan distrik Al-Khalidiyah.
Para saksi mata di distrik Al-Khalidiyah melaporkan bahwa tentara rezim Suriah menembakkan lebih dari 300 mortar dengan meriam Houwen ke distrik tersebut. Distrik-distrik lain di propins Himsha juga tidak selamat dari tembakan meriam dan tank rezim Suriah.
Sadisnya lagi, milisi syi’ah Suriah juga melakukan penculikan wanita sipil untuk mengintimidasi keluarganya. Perwira militer Suriah, kolonel Abdul Karim Nabhan mengakui bahwa milisi Syi’ah Shabihah pro rezim Suriah menculik para wanita sipil untuk memberikan tekanan terhadap keluarga mereka yang pro-revolusi.
Pengakuan perwira militer Suriah ini diambil dengan video yang beredar luas di internet. Dalam video tersebut, Nabhan mengangkat kartu identitasnya dan seseorang yang berada di belakang kamera video mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya.
Dalam keterangannya, Nabhan mengatakan: Milisi Shabihah menculik para gadis saat mereka bekerja di ladang, karena mereka mengetahui rakyat Suriah sangat kuat menjaga kehormatannya. Milisi Shabihah berusaha mengintimidasi penduduk sipil dengan cara menculik anak-anak perempuan mereka.”
Selama wawancara singkat berlangsung, sesekali terdengar suara rentetan tembakan. Ketika ditanya, Nabhan menjawab: “Ini adalah tembakan milisi Shabihah.”
Kantor berita resmi Suriah pada bulan lalu memberitakan bahwa sekelompok pria bersenjata menculik pensiunan perwira militer, Abdul Karim Nabhan, saat ia berada di distrik Bab Hud, propinsi Himsa.
Dewan Umum Revolusi Suriah dalam laporan terakhirnya menyebutkan berdasarkan pendataan sejak awal revolusi Suriah sampai tanggal 14 Januari 2012, jumlah korban syuhada’ sipil yang gugur oleh peluru rezim Suriah sebanyak 6275 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 286 gugur akibat penyiksaan keji aparat rezim. Jumlah korban gugur di kalangan anak-anak mencapai angka 419 orang, dengan perincian 73 anak perempuan dan 346 anak laki-laki. Sebanyak 107 korban gugur berusia kurang dari sepuluh tahun.
Lebih biadab lagi, tentara rezim Suriah juga memenggal kepala bayi yang berusia 7 bulan di depan ibunya. Tentara rezim Suriah tersebut memenggal kepala bayi berusia tujuh bulan di depan ibunya setelah menemukan “pemberontak” tidak ada di rumahnya.
Tentara biadab itu meraih anak tersebut, memenggal kepalanya dan mengancam akan membunuh anak-anak lainnya jika “pemberontak” tidak menyerahkan diri.
Seorang wartawan menceritakan kejadian mengerikan tersebut, tentara rezim Suriah memerintahkan untuk menindak orang yang diduga pemberontak yang berlindung di sebuah rumah, namun tidak mendapatkannya, dan memotong kepala bayi berusia tujuh bulan di rumah tersebut. Astaghfirullah!
Konspirasi komunis, syiah dan salibis zionis bantu rezim Suriah
Konflik dan revolusi Rusiah semakin meluas mengingat banyak kepentingan terhadapnya. Sebagaimana dituturkan oleh koresponden forum al-Anshar di Suriah, Qa’idi Mauqut, dalam analisanya yang bertajuk : ‘Ats-Tsaurah as-Suriyah: Sinariyuhat al-harb al-murtaqabah’ (Revolusi Suriah: Beberapa Kemungkinan Skenario Perang).
Menurut Qa’idi Mauqut pihak rezim Nushairiyah Suriah, mendapatkan dukungan yang terus mengalir dari para sekutunya. Rusia, Cina, dan Iran memberikan dukungan secara politik. Dukungan militer juga diperoleh dari Rusia, Iran, milisi Syiah HIzbul Lata Lebanon, dan milisi Syiah al-Mahdi Irak. Dukungan ekonomi juga digelontorkan oleh Iran.
Sementara itu, di pihak para pejuang Revolusi, secara ideologi rakyat Muslim seluruh dunia mendukung revolusi Suriah. Secara politik, negara-negara Arab dan Barat berlagak ‘mengecam’ Suriah meski sejatinya hanya ‘bersandiwara’. Bagi mereka, rezim Suriah diperlukan untuk menjaga eksistensi Israel dan menghalangi jihad umat Islam dari negara-negara tetangga. Secara ekonomi dan militer, tidak ada bantuan apapun dari dunia internasional untuk rakyat Suriah.
Analisa dari Qa’idi Mauqut terbukti dari beberapa kejadian yang mengiringi konflik dan revolusi Suriah.
Stasiun TV Al-Arabiya melaporkan bahwa Mentri Luar Negeri Inggris, William Hague, telah memanggil duta besarnya di Suriah untuk membicarakan hubungan antara kedua negara.
Sementara itu Kementrian Luar Negeri penjajah salibis Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan resmi penutupan kedutaan besar AS di Damaskus mulai hari Senin kemarin. Duta besar AS untuk Suriah, Robert Ford dan seluruh warga negara AS di Suriah juga telah ditarik pulang ke Washington.
Sementara itu, presiden Turki Abdullah Gul menyatakan keprihatinannya atas sikap Cina dan Rusia yang menggunakan hak veto untuk menggagalkan sanksi PBB terhadap rezim Suriah. Dalam pernyataan persnya bersama presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, presiden Turki menegaskan bahwa pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan penggunaan kekuatan senjata untuk menindas rakyat tidak memiliki tempat lagi di dunia. Ia mengingatkan bahwa kondisi Suriah saat ini terus mengarah kepada skenario terburuk.
Dari Suriah sendiri, Ketua Dewan Tertinggi Revolusi Militer, Brigadir Jendral Musthafa Ahmad Syaikh, menuding Cina dan Rusia memberi peluang kepada rezim Nushairiyah Bashar Asad untuk membantai rakyat muslim Suriah secara gratis.
Brigjen Ahmad Syaikh menegaskan hal itu Senin (6/2/2012) menyusul veto yang dikeluarkan oleh Cina dan Rusia sehingga menggagalkan keluarnya Resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap rezim Suriah. Cina dan Rusia sampai saat ini setia mendukung rezim Suriah secara politik, ekonomi, dan militer.
Dalam keterangan persnya, Dewan Tertinggi Revolusi Militer juga menuding rezim Syiah Iran dan Hizbul Lata Lebanon terlibat secara langsung dalam pembantaian yang dilakukan oleh rezim Suriah terhadap anak-anak, orang tua, dan wanita muslim Suriah.
Selama ini intelijen Iran dan Garda Revolusi Iran menjadi instruktur langsung atas aksi kebiadaban militer dan kepolisian rezim Suriah terhadap para demonstran sipil. Para perwira dan pasukan khusus rezim Suriah juga mendapat pelatihan khusus di Iran untuk menumpas para demonstran sipil Suriah.
Presiden Syiah Iran Mahmud Ahmadinejad menegaskan kembali dukungan Iran sepenuhnya kepada rezim Nushairiyah Suriah sampai konflik berakhir. Hal itu dikemukakannya dalam pertemuan dengan mufti rezim Nushairiyah, Badrudin Hasun, di Teheran, Kamis (9/2/2012).
Mufti Bashar Asad terbang ke Teheran untuk menghadiri pertemuan nasional dengan presiden Syiah Iran. Seperti dilansir oleh situs pemerintah Syiah Iran, dalam pertemuan itu Ahmadinejad menjustifikasi dukungan Syiah Iran kepada rezim Nushairiyah Suriah dengan mengatakan kepada mufti rezim Suriah, “Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya berusaha untuk menyalakan api peperangan di kawasan ini untuk menghancurkan garis perlawanan terhadap Israel yang dipimpin oleh Iran dan Suriah, serta berusaha untuk menyelamatkan pemerintahan zionis. Namun kita yakin mampu menghadapi mereka dengan persatuan dan kebijaksanaan.”
Dalam kesempatan itu mufti rezim Suriah menyampaikan ungkapan terima kasih rezim Suriah atas dukungan Iran yang terus-menerus. Selama ini Iran selalu menjustifikasi dukungannya terhadap kebiadaban rezim Suriah dengan alasan ‘membendung bahaya zionis’.
Namun semua Muslim mengetahui dalih tersebut adalah kebohongan besar belaka. Iran dan Suriah disatukan oleh agama Syiah ekstrim dan memiliki tujuan sama yaitu mendirikan imperium Syiah di kawasan Timur Tengah.
Konspirasi syiah dalam konflik Suriah ini juga ditunjukkan dengan pengiriman pasukan khusus Iran ke Suriah untuk membela kepentingan Iran di kawasan tersebut. Anggota Partai Solidaritas Ahwaz dan pengamat militer Iran, Nahi Sa’idi, tidak merasa heran dengan pengiriman 15.000 pasukan khusus brigade Al-Quds Iran ke Suriah untuk memperkuat rezim jagal Bashar Asad.
Kepada stasiun TV Al-Arabiya, Selasa (7/2/2012) Sa’idi menyatakan, “Kemungkinannya bahkan lebih besar lagi. Iran akan mengerahkan seluruh kekuatan militer, kepolisian, dan ekonominya untuk mendukung rezim Suriah, apapun resiko yang akan dihadapi. Bagi Iran, pergolakan di Suriah adalah peperangan yang sangat menentukan nasib. Bukan hanya menentukan nasib rezim Suriah, namun juga nasib Iran sendiri.”
Sebagian pengamat Iran berpendapat pengerahan pasukan khusus Iran di Suriah adalah demi mendukung rezim Suriah, karena kedua Negara terlibat aliansi anti-Israel.
Namun Sa’idi tidak sependapat dengan mereka. “Hari ini kita melihat Teheran mulai mengerahkan secara penuh kekuatan militernya untuk mendukung rezim Suriah, karena Teheran memandang saat ini pemerintah Suriah menghadapi bahaya yang sebenarnya. Teheran melihat Bashar Asad sudah kehilangan kekuasaannya. Jika pemerintah Suriah jatuh, maka Teheran akan kehilangan dominasinya atas kawasan Timur Tengah. Dengan begitu, Teheran akan kehilangan kendalinya untuk membuat konflik di kawasan Timur Tengah dengan dalih membendung Israel.”
Pemerintah Syiah Teheran juga telah mengirimkan 15.000 anggota brigade Al-Quds yang merupakan salah satu pasukan khusus dalam Garda Revolusi Iran, Selasa (7/2/2012).
Laporan itu mengutip dari seorang tokoh Dewan Nasional Suriah yang tidak ingin diungkapkan identitasnya bahwa komandan brigade Al-Quds Iran, Brigadir Jendral Qasim Sulaimani sejak beberapa waktu terakhir telah berkantor di Damaskus dan menjadi instruktur lapangan bagi tentara rezim Suriah, milisi Syi’ah Shabihah dan pasukan khusus Iran dalam membantai para demonstran sipil.
Sementara itu situs Ash-Shahafiyin al-Akhdhar Iran menulis, “Apa yang hari ini ramai dibicarakan tentang pengiriman pasukan khusus brigade Al-Quds sebenarnya telah berlangsung sejak sembilan bulan yang lalu. Kami telah mengisyaratkan hal itu dalam laporan kami dari para ahli pada tanggal 17 Mei 2011 dan kami telah membongkar fakta pemindahan salah satu markas Garda Revolusi ke Damaskus.”
Brigade Al-Quds Iran dilengkapi dengan persenjataan lengkap. Mereka diangkut dengan pesawat sipil Iran sesuai jadwal penerbangan rutin Teheran-Damaskus, untuk mengelabui para wartawan dan dunia internasional.
Di pihak AS, sebagai komandan perang salib baru, terus berupaya mengambil keuntungan dari konflik Suriah demi kepentingan koalisi salibis zionis dan sekutu-sekutunya. Salah seorang penulis buku Amerika menyatakan bahwa AS saat ini tengah mencari rezim pengganti Bashar Al Assad di Suriah yang akan menjadi kliennya dalam melayani kepentingan Washington, seperti dikutip Press TV pada Kamis (9/2/2012).
Stephen Lendman mengatakan dalam wawancaranya bersama Press TV pada Rabu (8/2) bahwa Washington berencana untuk mengubah rezim di Suriah dalam rangka menegakkan pemerintahan pro-Barat di negara tersebut.
Lendman juga mengatakan kejadian di Suriah merupakan replikasi dari yang pernah terjadi di Libya sebelumnya, namun minus pemboman NATO.
“Jangan salah. Jika semua langkah ini gagal, Anda dapat memperkirakan bahwa akan ada bombardir di sana-sini,” tambahnya.
“Kita tahu di Libya, kita lihat NTC (Dewan Transisi Nasional) didirikan – sebuah kelompok ilegal yang berubah menjadi pemerintahan Libya yang sah. Hukum internasional melarang hal seperti itu seharusnya.”
“Kita melihat hal yang sama sekarang (di Suriah). Anda sudah mendapat Dewan Nasional Suriah yang berbasis di Turki. Anda sudah mendapat Angkatan Darat yang disebut Bebaskan Suriah. Ini adalah militan. Ini adalah gerilyawan. Mereka tidak memiliki legitimasi. Mereka adalah geng operasi nakal,” kata Lendman.
Pernyataan Lendman itu muncul pada saat Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mengatakan sekjen Liga Arab (AL), Nabil al-Arabi, telah mengusulkan tim pengawas gabungan PBB-LA, termasuk utusan khusus bersama, untuk melanjutkan upaya pemantauan situasi di Suriah.
Pada tanggal 28 Januari sekjen Liga Arab mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa organisasi telah memutuskan untuk “segera menghentikan misi Liga Arab ke Suriah” karena memburuknya situasi kritis di negara ini.
Tim ini telah berada di Suriah sejak 26 Desember 2011 dan ditugasi memantau pelaksanaan rencana Liga Arab selama kerusuhan berlangsung. Barat dan oposisi Suriah menuduh pemerintah berada di balik kerusuhan yang dimulai pada pertengahan Maret 2011.
Sementara itu, zionis Israel masih wait and see sambil harap-harap cemas atas konflik yang semakin memanas di Suriah. Para pemimpin Israel waspada terhadap kemungkinan yang muncul pasca jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Antara Israel dan Suriah masih terdapat sengketa soal Dataran Tinggi Golan, sebuah wilayah perbatasan yang direbut Israel selama perang Enam Hari pada 1967 dan kemudian dianeksasi oleh negara Yahudi itu, namun Israel-Suriah telah banyak diam sejak perang Yom Kippur tahun 1973.
Meski Israel dan Suriah tidak pernah secara resmi berdamai, para pejabat Israel telah banyak mendiamkan sikap Assad yang otoriter, seperti perlakuan negara zionis itu terhadap ayah Assad. Hal ini dilakukan karena pemimpin Suriah merupakan penjamin status quo bagi Israel di wilayah perbatasan.
Sementara kekerasan di Suriah telah memicu kecaman internasional, para pemimpin Israel lebih memilih diam dan enggan menyerang Assad secara langsung.
“Kami melihat pembantaian tentara Suriah terhadap rakyatnya sendiri,” kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada pertemuan kabinet pada hari Minggu lalu. “Kami juga telah melihat peristiwa berdarah serupa di wilayah kami. Banyak pemimpin yang tidak punya rasa bersalah karena membunuh tetangga mereka dan juga membunuh rakyat mereka sendiri.”
Sementara itu, Liga Arab yang dimaksudkan mampu meredam gelombang tsunami revolusi di Suriah malah tak berkutik dan bermaksud mundur. Lembaga Pengawas yang dikirim oleh Liga Arab sendiri telah meninggalkan Suriah. Mereka mencari selamat dan meninggalkan penduduk muslim Suriah dibantai begitu saja.
Salah seorang anggotanya, Ja’far Kabidah, menyatakan, “Liga Arab member kesempatan kepada anggota Lembaga Pengawas untuk mengambil cuti liburan sampai tanggal 14 bulan ini. Namun kemungkinan besar kami tidak akan kembali ke Suriah.” Jadi, akan kemana arah konflik dan revolusi Suriah berjalan?
Seruan Jihad Untuk Tumbangkan Rezim Murtad Suriah
Menurut analisa Qa’idi Mauqut, Koresponden forum al-Anshar di Suriah, dalam analisanya yang berjudul ‘Ats-Tsaurah as-Suriyah: Sinariyuhat al-harb al-murtaqabah’ (Revolusi Suriah: Beberapa Kemungkinan Skenario Perang), mujahidin memiliki peluang-peluang dalam beberapa skenario yang mungkin akan terjadi pada revolusi Suriah.
Di tulisan beliau tersebut juga dipaparkan sebagian tantangan dan rintangan yang akan dihadapi oleh ikhwah mujahidin, tentunya dengan menggunakan senjata yang tepat untuk medan tersebut, perangkat-perangkat kekuatan yang tepat dan tersedia, dan penggunaannya untuk memberi manfaat bagi proyek jihad.
Sementara itu, Mufti Jabal Lebanon, syaikh Muhammad Ali Al-Juzu mengajak kaum Muslimin untuk berjihad bersama rakyat Muslim Suriah dan menentang kebiadaban rezim Nushairiyah Bashar Assad terhadap rakyat muslim Suriah.
Kaum Muslimin Lebanon menggalang aksi solidaritas untuk rakyat Muslim Suriah di Lebanon, Ahad (5/2/2012). Dalam aksi tersebut, Syekh Al-Juzu mengungkapkan bahwa partai Ba’ts yang kini berkuasa di Suriah merupakan, “Musibah bagi kaum muslimin dan bangsa Arab. Mereka mengusung secara palsu bendera Arabisme. Arabisme yang tidak bersambung dengan Islam sama sekali tiada nilainya. Sebab, yang membentuk bangsa Arab dan umat ini adalah Rasulullah Muhammad SAW.”
Syekh Al-Juzu mengecam keras kebiadaban rezim Suriah terhadap kaum Muslimin. Menurutnya, rezim Suriah akan segera tumbang. Ia menyerukan kaum muslimin untuk mendukung jihad bangsa Muslim Suriah.
Selain itu, syekh Al-Juzu juga mengecam keras sikap China dan Rusia yang senantiasa mendukung kebijakan rezim Suriah. Ia menyebut adanya aliansi setan dengan partai atheis. China dan Rusia, menurutnya, tengah memperdagangkan nyawa kaum muslimin Suriah demi kepentingan materi.
Syekh Al-Juzu juga mendesak pemerintah Lebanon untuk mengambil sikap tegas. Jika hendak bersikap netral, maka haruslah netral yang sebenarnya. Pemerintah Lebanon tidak boleh mengusik mujahidin Suriah dan penduduk sipil Suriah yang mengungsi ke Lebanon.
Aksi solidaritas untuk rakyat Suriah mengambil tema ‘pertemuan dengan para ulama’ dan digelar di serambi masjid As-Salam, distrik Jayah, Lebanon. Dalam aksi tersebut, syekh Abdul Halim Haj Syahadah membacakan pernyataan sikap kaum muslimin dan ulama Lebanon. Isinya adalah dukungan kepada mujahidin Suriah dan tentara kebebasan Suriah, ajakan kepada kaum Muslimin di seluruh dunia untuk mendukung rakyat Suriah, dan kecaman terhadap kebiadaban rezim Suriah khususnya dalam pembantaian di Himsha.
Syekh Umar Bakri Muhammad, ulama asal Suriah dan kini menetap di Libanon juga menyerukan kepada para penduduk Syam agar bangkit melawan dan menumbangkan rezim Suriah, dalam sebuah vide bertajuk An Address To The Muslims Of ‘As-Sham’ Syria by Sheikh Omar Bakri Mohammed
Sementara itu, seorang pengamat politik mengatakan bahwa Amerika Serikat dan NATO tengah mempersiapkan alasan untuk melancarkan intervensi militer lainnya di daratan kaum Muslimin di Suriah dengan dalih “kemanusiaan”.
“Intervensi AS-NATO yang pastinya akan melibatkan Israel, sudah siap digambarkan dalam papan Pentagon,” ujar Michel Choussudovsky dalam artikelnya yang dipublikasikan Global Research seperti yang dilaporkan Press TV hari ini (6/2/2012).
Penulis mengatakan laporan yang diberikan oleh misi pengamat Liga Arab di Suriah yang dipublikasikan media mainstream, penuh kebohongan dan rekayasa, digunakan oleh Washington untuk “perubahan rezim” di negara tersebut.
Penulis mengklaim bahwa Liga Arab berada di bawah tekanan untuk menyebarluaskan kebohongan dan rekayasa kepada media-media internasinal yang digunakan untuk menjelekkan Bashar al Assad dan anteknya.
Sebuah nara sumber yang memiliki kedudukan tinggi dalam pihak keamanan penjajah zionis Yahudi menyebutkan bahwa si jagal Bashar Asad tidak akan mampu berperang sampai peluru yang terakhir. Menurutnya, sebentar lagi Asad akan tumbang.
Sebuah situs zionis mengutip dari sumber keamanan Zionis Yahudi, Ahad (5/2/2012) yang menyatakan pihak keamanan zionis Yahudi terus memantau dengan cemas perkembangan terakhir di Suriah dan perpecahan yang semakin melanda barisan militer Suriah.
Sampai saat ini rezim Suriah terus melancarkan serangan militer secara besar-besaran seperti pembantaian yang terjadi di propinsi Himsha hari Jum’at dan Sabtu. Meski demikian, sumber keamanan zionis Yahudi yakin sepenuhnya bahwa rezim Suriah pada akhirnya akan tumbang.
Sumber keamanan zionis Yahudi juga memprediksikan bahwa Bashar Asad tidak akan rela mengakhiri hidupnya seperti Moamar Qaddafi. Asad diperkirakan akan mencari suaka politik kepada salah satu negara dunia yang sampai saat ini terus mendukung dirinya.
Seruan jihad juga sudah dikumandangkan oleh Al Qaeda, melalui amirnya, Syekh Ayman Az-Zawahiri hafidzahullah. Beliau telah menyerukan elemen anti-pemerintah di Suriah untuk mendorong perubahan rezim di negara tersebut saat Liga Arab bersumpah akan meningkatkan dukungan bagi oposisi Suriah.
Dalam rekaman video terbaru yang disebarkan di internet pada Minggu (12/2/2012), amir kelompok Mujahidin global ini mendesak anti-rezim di Suriah untuk menekan maju pemberontakan mereka untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, seperti yang dilaporkan Press TV hari ini (13/2).
Ia juga meminta masyarakat di negara Arab lainnya untuk membantu elemen anti-rezim Suriah dengan apa saja yang mereka bisa, uang, kehidupan, opini juga informasi.
“Lanjutkan pemberontakan dan kemarahan kalian.” ujarnya dan mengatakan agar unjuk rasa tidak bergantung pada Barat atau Amerika Serikat atau negara Arab dan Turki dalam pemberontakan mereka terhadap rezim Assad.
Perjalanan dan Eksperimen Jihad Mujahidin Suriah
Sebagaimana dijelaskan oleh arsitek jihad Al Qaeda, Syekh Abu Mush’ab As-Suri dalam kitabnya ‘Da’wah Al-Muqawwamah’ eksperimen jihad di Suriah dilakukan sejak tahun 1965 hingga 1983, oleh Syekh Marwan Hadid, didikan Ikhwanul Muslimin.
Syekh Marwan Hadid, terpengaruh gagasan-gagasan Asy Syahid, Sayyid Quthb ketika kuliah di Fakultas Teknik Pertanian Mesir, dan kembali ke Suriah dengan penuh kegairahan dimana Partai Ba’ats Nasionalis Sosialis Sekuler telah mengambil alih kekuasaan.
Dalam buku tersebut, Syekh Abu Mush’ab As-Suri menceritakan secara ringkas bagaimana eksperiman jihad di Suriah muncul, berjalan, dan dinamikanya hingga akhirnya berhasil dibabat habis oleh konfrontasi berdarah di kota Hama pada tahun 1982. Dalam perang tersebut, sayap militer milik semua faksi jihad habis. Kaum Muslimin menderita kerugian lebih dari 50.000 korban tewas selama bulan-bulan operasi pemusnahan missal yang dilakukan oleh pemerintahan Arab pada abad ke-20.
Syekh Abu Mush’ab As-Suri juga telah menulis sebuah buku berjudul “Ats Tsaurah Al-Islamiyah Al-Jihadiyah fi Suriya : Alam wa Amal” yang menceritakan secara lebih detail lagi eksperimen jihad di Suriah selama periode 1975 – 1985, dimana buku tersebut beliau tulis selama tahun 1985 – 1987 dan diterbitkan di Peshawar pada akhir 1990. Buku itu bisa dikatakan sebagai rekaman menyeluruh tentang eksperimen jihad di Suriah.
Kini, sebagaimana disampaikan oleh Qa’idi Mauqut, dalam analisanya, Mujahidin Suriah dan sekitarnya memiliki peluang-peluang dalam beberapa skenario yang mungkin akan terjadi pada revolusi Suriah.
Di akhir analisanya, Qa’idi Mauqut menyampaikan bahwa beberapa skenario yang beliah sampaikan adalah sebagai bentuk usahanya untuk memahami garis besar keadaan yang mungkin akan terjadi di pentas Suriah. Sekaligus sebagai prediksi atas skenario-skenario yang paling mungkin akan terjadi, agar kita bisa mengantisipasi konspirasi musuh terhadap kita.
Dalam memaparkan poin-poinnya, beliau sengaja mengajukan beberapa pertanyaan yang jawabannya tidak disebutkan. Tujuannya adalah mengetahui pendapat ikhwan-ikhwan terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dan sebagai motivasi beliau kepada mereka agar mengikuti permasalahan yang genting ini dan mengajukan nasehat, musyawarah, dan pendapatnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Semoga seruan jihad yang sudah dikumandangkan tersebut dapat membangkitkan dan memotivasi para Mujahidin untuk menuntaskan revolusi Suriah, menumbangkan rezim diktaktor Suriah, dan akhirnya menegakkan syariat Islam secara kaffah. Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)