Oleh Henny Ummu Ghiyas Faris
(Arrahmah.com) – Februari bulan yang dinanti-nanti para remaja dan orang dewasa, mereka menyebutnya sebagai “hari kasih sayang”. Kehebohan hari kasih sayang ini semakin menyeruak di berbagai tempat menjelang tanggal 14 Februari. Mall dan pusat perbelanjaan pun menjadi pusat perhatian dalam merayakannya. Tayangan layar kacapun tak mau ketinggalan menampilkan tema-tema seputar Valentine’s Day.
Banyak orang tidak mengetahui sejarah dari Valentine’s Day yang dibalut dengan bahasa “hari kasih sayang”. Mereka mengenal Valentine’s Day melalui ungkapan perasaan sayang dan cinta pada orang terdekatnya dengan berbagai atribut seperti greeting card, hadiah coklat, bahkan perayaan pesta hura-hura. Seolah menjadi keharusan bagi remaja untuk mengikuti acara tersebut, bahkan ada sebuah pandangan tidak mengikutinya adalah “kuper“. Dan ada pula orang tua yang justru mendukung putra-putrinya untuk mengikuti acara tersebut dengan alasan supaya mereka lebih bergaul dengan sesamanya. Dan menganggap Valentine’s Day sama dengan hari besar nasional.
Banyak umat Islam pun turut serta dan latah mengikuti acara tradisi Valentine’s ini. Padahal jelas-jelas sejarah perayaan Valentine’s itu sendiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam, bahkan sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka terbawa arus Barat yang kita tahu mereka adalah pemuja kebebasan, apapun hanya dilihat dari kacamata kenikmatan duniawi. Hal ini kita bisa lihat menjelang Valentine’s Day media sosial sedang gempar dengan penyebaran foto penjualan coklat. Di mana beli dua coklat mendapat hadiah kondom dalam rangka menyambut hari Valentine. Tidak hanya itu laris manisnya tempat-tempat penginapan, sontak hal ini membuat membludaknya penjualan kondom.
Melihat fakta di atas masyarakat digiring untuk konsumtif. Lewat kekuatan promosi dan marketingnya yang merambah semua media baik cetak, elektronik, maupun internet, Hari Valentine dibuat segemerlap mungkin dan dikampanyekan sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi. Dan tentulah para pengusaha yang hanya berorientasi materi tanpa memperdulikan tanggung jawab moral, aqidah umat, hanya berpikir agar dagangan mereka laku terjual. Sehingga terjadilah apa yang disebut perayaan bisnis.
Dari paparan di atas membuka mata kita bahwa Valentine’s Day adalah sarana kampanye seks bebas pada generasi muda. Kampanye seks bebas ini sudah lama terjadi, betapa mengerikannya kampanye seks bebas ini untuk generasi muda. Generasi yang seharusnya menjadi pribadi yang berkosentrasi pada pendidikan tapi dicekokan dengan tradisi Barat yang sarat akan kemaksiatan dan kehancuran akhlak.
Tradisi liberal yang semakin merajalela di negeri yang mayoritas muslim ini, hal ini merupakan motif penjajahan yang diusung Barat kepada umat muslim di seluruh dunia. Ironis umat muslim ikut merayakan tradisi Barat, apapaun yang asalnya dari Barat akan ditiru tanpa memperhatikan lagi hukum syara’ – halal dan haram.
Terlepas dari sejarah Valentine’s Day yang nyata-nyata bukan dari Islam, bila kita telaah perayaan Valentine’s Day, tidak ada sedikitpun nilai kebaikan dari perayaan tersebut. Meskipun dengan alasan mengungkapkan kasih-sayang kepada sesama, tetap bukan alasan pembenaran bagi perayaan Hari Valentine.
Sebagai seorang Muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontoh begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
Mari kita renungkan Firman Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2): 120
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR Tirmidzi).
Sudah seharusnya umat Islam tidak latah (ikut-ikutan) merayakan Valentine dengan alasan apapun. Tradisi liberal hanya menimbulkan persoalan dan kerusakan atas umat manusia. Maka untuk menyelamatkan aqidah umat, hendaklah kita kembali pada ajaran Islam secara kaafah.
Hendaklah remaja muslim menghindari dan menolak tradisi Valentine yang jelas-jelas merupakan tradisi kaum kafir serta bagian dari konspirasi mereka. Mari kita katakan “We are muslim, say no to Valentine’s Day!”
Wallahu A’lam bish-Shawaab
(*/arrahmah.com)