Halaman rumah di Sussex Barat yang dihiasi rumput yang tertata rapi juga jalinan mawar yang ada di tepi-tepi pintu gerbang taman itu adalah sebuah jalan panjang dari perbatasan Afghanistan dan Pakistan.
Di sana, seorang laki-laki yang menghabiskan dua tahunnya untuk mengomandoi 1.000 prajurit Khassadars-Waziri, antara tahun 1946 hingga 1948.
Saat ini, Waziristan telah menjadi medan utama dalam apa yang dinamakan perang melawan teror dan dianggap sebagai wilayah paling berbahaya di dunia.
Serangan lintas batas AS, yang kebanyakan dilakukan dengan pesawat tak berawak, di beberapa titik di wilayah perbatasan antara Afghanistan dengan Pakistan.
Dan memburuknya sistem keamanan Afghanistan telah menimbulkan banyak aksi agresif AS yang dilancarkan di beberapa tempat yang dicurigai sebagai tempat persembunyian para mujahidin.
Frank Leeson (82), saat ini hidup sebagai seorang pensiunan, menyaksikan banyak kejadian yang menarik yang terungkap di Waziristan. Ia merupakan satu-satunya perwira militer Inggris yang menangani Waziristan Selatan.
Selama di sana, Leeson menyimpan buku harian dan mengambil ratusan foto, yang saat ini sudah diserahkannya ke Museum Tentara Nasional. Informasi yang dikumpulkannya itu menjadi bahan buruan bagi para pejabat pertahanan negara Inggris dan AS hingga saat ini.
Pada 1944, Leeson ditugaskan ke India, menjadi seorang letnan di resimen Sikh. Pada 1946, saat itu usianya masih 19 tahun, ia menjadi sukarelawan dalam sebuah misi istimewa di Waziristan. Ia harus menanggungjawabi 1.000 prajurit Khassadars atau Waziri. Ia mengetahui betul prajuritnya dan daerah yang ia tempati dengan mempelajari Pashtu, sistem adat-istiadat dan kekerabatan lokal.
Ia menulis dalam buku hariannya bahwa tidak mudah untuk menyukai dan memahami orang-orang Wazir.
“Mereka pintar. Kaum mudanya gemar mengenakan bunga yang diselipkan di telinga mereka, meskipun negara mereka adalah negara yang dikelilingi padang pasir. Mereka juga suka sekali memakai coryllum di mata mereka.”
“Mereka suka berkelahi dan berperang namun enggan untuk menjadi prajurit, mencintai musik dan selalu meremehkan para musisi profesional.”
Selama tinggal di Waziristan, Leeson harus menghadapi perlawanan/pemberontakan yang dipimpin oleh Fakir Ipi, sebuah kelompok militan Islami yang menyerukan jihad.
Lebih dari 40.000 pasukan dan £ 1,5 miliar ia habiskan untuk menghabiskan satu tahun pertamanya untuk menelikung kelompok mujahidin ini. Ribuan warga dan pasukannya tewas, namun kelompok ini tak kunjung bisa ditemukan.
Leeson mengatakan mereka (para mujahidin) terkait dengan kelompok yang dipimpin oleh Shaikh Usamah bin Ladin, meskipun jihad yang dilakukan oleh Fakir Ipi bukanlah gerakan internasional dan mereka tidak pernah membunuh siapapun di luar Pakistan atau Afghanistan.
Ia mengatakan Fakir yang memiliki jaringan mata-mata yang kuat, para pelindung yang loyal dan tak pernah surut menjalankan aksinya, benar-benar pandai memanfaatkan kondisi medan yang bertanah kasar, dengan gua, jurang, dan pegunungan sebagai tempat persembunyian dan rute pelariannya.
“Bukit-bukit ini sulit sekali dilalui namun mudah untuk menjadi tempat pertahanan,” tulisnya.
“Seseorang menceritakan pada saya bahwa bagi mereka, sebagaimana bukit yang sulit dilalui oleh tangki dan kavaleri, yang paling berarti bagi mereka adalah menaklukkan kondisi pegunungan yang membahayakan, tebing curam, juga lembah berkelok-kelok sebagai tempat strategis untuk perlindungan dan rute pelarian.”
Pada 1938, Inggris menawari Fakir Ipi perdamaian, tetapi mereka menolaknya.
Orang-orang yang bisa bertahan dan tinggal di daerah Waziristan tersebut memang terkenal akan menjadi pejuang yang handal, kata Mr Leeson.
Selama ia bertugas di sana, pertempuran pun biasa terjadi antara berbagai suku di sana. Kental sekali dendam di antara suku-suku tersebut, sehingga karena hal yang remeh pun pertempuran selama bertahun-tahun bisa terjadi.
Waziristan terletak di perbatasan Afghanistan, dan merupakan wilayah yang diselimuti oleh pegunungan yang sangat luas. Waziristan pun dianggap sebagai salah satu wilayah paling berbahaya secara geografis di seluruh dunia.
Benteng Thal di gerbang masuk menuju Lembah Kurram ada di bawah pengawasan pasukan pemerintah Afghanistan selama perang Afghanistan ketiga.
Pengawasan ketat lainnya pun terdapat di Benteng Datta Khel yang letaknya berdekatan dengan basis Faqir Ipo di Gorwekht. (Althaf/arrahmah.com)