SURIAH (Arrahmah.com) – Pada Rabu (27/5/2015) lalu, Amir Jabhah Nushrah, Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani mengungkap sejumlah fakta dan data seputar medan jihad di Bumi Syam melalui wawancara dalam program Bilaa Hudud, Al-Jazeera. Selama kurang lebih 50 menit, Syaikh Al-Jaulani juga menyampaikan beberapa pokok pikiran dan cita-cita kelompok jihad yang dipimpinnya.
Wawancara yang ditayangkan pukul 22.05 waktu setempat itu menjelaskan pola pandang Jabhah Nushrah yang mewakili Mujahidin Bumi Syam dalam melihat jihad di bumi Suriah sebagai jihad defensif, sehingga membutuhkan partisipasi seluruh elemen umat Islam dan sangat menghajatkan adanya manajemen medan tempur yang cerdas dalam menentukan prioritas musuh serta mengelola sumber daya yang dimiliki.
Selain itu, beliau juga menyampaikan pandangannya terkait “Hakikat peran Iran di wilayah Syam”, sebagaimana wawancaranya bersama Ahmad Mansur, jurnalis senior Al-Jazeera, yang Arrahmah terjemahkan dari bagian ke-2 video Bilaa Hudud.
Hakikat peran Iran di wilayah Syam
Ahmad Mansur: “Peran Iran di Suriah tidaklah sedikit, hal itu dianggap peran penting, dan kita tidak bisa memisahkannya dari peran Iran di Irak, dan bukan dari peran Iran yang muncul di Yaman, atau peran Iran tua di Lebanon dengan ‘Hizbullah’. Bagaimana Anda melihat hakikat peran Iran di Suriah? “
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Bismillah, Alhamdulillah, shalawat dan salaam atas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebagai pembukaan, peran Iran di kawasan itu, secara umum; ini wilayah konflik, dimulai dari Yaman dan melewati semenanjung Arab, melalui Sinai, melalui Bumi Syam (Suriah, Palestina, Yordania dan Libanon, red.), dan melalui Irak. Wilayah ini pada umumnya, selama ribuan tahun, adalah ambisi Kekaisaran Persia. Mereka datang ke Palestina pada satu waktu, dan mengambil tahanan dari orang-orang Yahudi, ini adalah sebelum kelahiran Isa, ‘alaihi salaam. Persia menganggap bangsanya memiliki hak atas Palestina. Palestina adalah bagian dari bekas kerajaan pendahulunya, Persia menguasai Palestina di bawah komandan militer Nebukadnezar.
Setelah itu dalam sengketa dengan Roma, setelah mereka mendirikan Kekaisaran Romawi di Bumi Syam, konflik ini juga terus berlanjut sampai umat Islam datang dan memrangi keduanya, dan Allah subhanahu wata’ala memberi mereka kemenangan di masa Umar, radhiallahu ‘anhu. Ia mengambil rampasan dari mereka, ia mengambil Irak dari mereka dan Babilonia, dan seluruh negara Khurasan, dan Kekaisaran Persia pun berakhir. Umat Islam juga mengusir Roma dari Bumi Syam.
Begitu pula Yaman; pada masa awalnya diisi penganut paganisme, lalu mereka pindah keyakinan menjadi Yudaisme melalui (Raja Yaman) Tub’a, kemudian setelah itu datang Negus dari Kristen Abyssinian dan merebutnya dari orang-orang Yahudi, kemudian setelah itu Kisra (Khosrow) mengirimkan sejumlah tentara, mereka berasal dari tahanannya, sejumlah kecil dari mereka mencapai kesana dan melawan orang-orang Kristen di Yaman, sehingga Yaman kemudian dimiliki Kekaisaran Persia. Sampai pemimpin terakhir mereka adalah Badhan, gubernurnya raja Persia, dan ia masuk Islam secara sukarela. Itu sebabnya setelah Islam muncul, orang-orang Yahudi di Al-Marina pergi. Kekaisaran Romawi juga meninggalkan Bumi Syam dan Mesir. Begitu pula Kekaisaran Persia juga meninggalkan Bumi Syam, dan tidak akan kembali insyaAllah, termasuk Yaman.”
Ahmad Mansur: “Jadi kehadiran Persia di wilayah ini, tentang yang Iran persengketakan pada saat ini, sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Mereka sudah hadir sejak dahulu kala.”
Ahmad Mansur: “Apakah maksud Anda berarti Iran saat ini memperbaharui ambisi Persianya atau kepemilikan Persia, bahkan Yaman dan Bumi Syam?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Ya ya, ini adalah persis seperti apa yang sedang terjadi pada saat ini.”
Ahmad Mansur: “Apakah ini seperti Anda menghapus Iran dari dimensi Islam, itu adalah negara (Islam) yang mereka bentuk melalui revolusi Islam tahun 1979?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Ini tidak ada hubungannya dengan itu, apa yang kita bicarakan, ambisi ini yang mereka ingin perbaharui, tidak dimulai pada tahun 1979. Ini dimulai sejak lama, sejak Umar radhiallahu ‘anhu dibunuh oleh Abu Al-Lu’lu’ah (Fairuz Nahavandi), seorang Majusi (penyembah api). Juga pada masa perselisihan yang terjadi antara Ali dan Muawiyah, radhiallahu ‘anhuma, yang sangat dieksploitasi oleh Persia.”
Ahmad Mansur: “Abu Muhammad, Iran meninggalkan kedalaman Persia dan menyusupi Islam. Apakah ini adalah negara Syiah Itsna Asyariah (12 Imam)?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Tidak, tidak, bukan. Mereka menggunakan Syiah sebagai kendaraannya untuk naik mencapai kembalinya kemuliaan kerajaan mereka. Jika mereka ingin memasuki wilayah atas nama Kekaisaran Persia, ini tidak akan mungkin bagi mereka, tidak rasional, tidak realistis, tidak secara militer, tidak secara politis, atau apa pun. Mereka masuk dengan nama Syiah, dan mereka menabur benih ini bertahun-tahun yang silam, dan dari generasi ke generasi, panjinya diestafetkan dari satu ke yang lain. Jadi mereka mengambil Syiah sebagai kendraan untuk mencapai ini, dan mereka memiliki jalur untuk ini, mereka tidak tampil secara langsung dalam nama Syiah, misalnya.
Misalnya mereka datang ke daerah di mana Syiah telah ada, dan mereka mencoba untuk mendekatkan diri kepada mereka, dan menabur ide-ide mereka di dalamnya, sampai Syiah yang ada saat ini, misalnya yang di Irak, menjadi taat kepada Iran. Setelah itu mereka memiliki kekuatan politik dan kekuatan militer, mereka memasok mereka dengan keahlian dan sejenisnya. Mereka menjadi tentara wilayahnya, yang bertanggung jawab atas pemulihan daerah ini (kepada Kekaisaran Persia) dan memiliki hubungan langsung dengan Iran.
Begitu juga “Hizbullah”, Hassan Nasrallah tidak menyangkal masalah ini, katanya kita tidak ingin menjadi negara Islam merdeka tetapi negara Islam di bawah perwalian Ulama ahli hukum (Wilayat Al-Faqih), di bawah Imam Khomeini, pada waktu itu. Dia mengatakan hal ini secara terbuka. Mereka juga datang ke sekte Zaidi, sebuah sekte Syiah (di Yaman) yang berbeda dari Syiah Itsna Asyari, mereka berbeda dari Syiah Itsna Asyari tetapi mereka menggunakan sekte Zaidi dan menyeretnya kepada apa yang telah menyeret Syiah Itsna Asyari. Seperti Hautsi di Yaman misalnya.
Adapun Nushairiyah, terdapat aliansi antara mereka (Iran) dan Nushairiyah. Hal ini berbeda dengan kenyataan di Irak dan itu berbeda dari realitas di Libanon dan Yaman; semua dari mereka adalah produk dari Iran. Saat ini Iran tidak memiliki Suriah. Ketika Hafid Al-Asad berkuasa, dia melakukannya di bawah perwalian Perancis dan bukan perwalian Iran. Dia mencapai kekuasaan sebelum 1979, jadi ini sebelum apa yang mereka (Iran) telah capai, namun (saat ini) mereka mencoba untuk menarik diri lebih dekat (ke Suriah) daripada waktu Hafid Al-Asad (berkuasa).”
Ahmad Mansur: “Apakah mungkin bagi mereka untuk memperbaharui ambisi ribuan tahun yang lalu, dan mengatakan bahwa Yaman adalah milik kita sejak ribuan tahun lalu?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: [seperti] “Orang-orang Yahudi (kembali) ada di Palestina saat ini, atas dasar argumen apa? Mereka mengatakan bahwa mereka telah ada di Palestina sejak 3500 tahun yang lalu, dan mereka kembali kesana setelah 3500 tahun.”
Ahmad Mansur: “Jadi argumen dari Iran sesuai dengan argumen orang Yahudi?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Tentu saja, mereka mengatakan bahwa ini adalah tanah orang Yahudi dan Tanah yang Dijanjikan, dan sejenisnya. Iran juga serupa, mereka mengatakan ini adalah kerajaan kami, dan Anda mengambilnya dari kami. Itulah mengapa mereka melabuhkan dendam sedemikian besar terhadap Umar bin Khattab. Orang yang mencintai Ali tidak perlu harus memfitnah Umar bin Khattab. Tapi Umar bin Khattab merebut kerajaan mereka dari mereka, dan ia mengambil orang tua mereka sebagai tawanan. Itulah sebabnya mereka labuhkan kebencian ini terhadap dirinya, dan mereka telah bersama-sama mengutuki dan memfitnahnya, dan sebagainya. Tapi ini bukan masalah, persoalannya adalah bahwa Iran bersekutu dengan rezim Hafid Al-Asad dan berpengaruh terhadap pemerintahan Bashar Al-Asad.
Aliansi dibangun dengan cara menyebarkan dakwah di Suriah. Sekte Syiah atau Rafidhan di Suriah sangat sangat sangat sedikit, dan orang-orang yang menganut Madzhab ini tidak diketahui. Jadi Iran datang dan menyebarkan pusat kebudayaannya dan mendirikan sekolah mereka sendiri dan mulai memasuki lingkungan Damaskus, dan [menyusupi] pedagang dari Damaskus. Dengan cara yang sama Abbasiyah masuk dalam dinasti Ummayyah, dan menyebarnya dakwah melalui pedagang dan sejenisnya, sampai posisi mereka matang. Dan otoritas Iran meningkat di wilayah itu [dan berpengaruh] pada masa pemerintahan Bashar Al-Asad, tapi itu bukan otoritas yang memerintah Bashar Al-Asad seperti itu dikabarkan di media. Agar adil dalam menggambarkan realitas, kita harus menilai realitas dengan benar, sehingga akan memberikan hasil yang benar dan pemahaman yang benar.”
Ahmad Mansur: “Maafkan saya, penilaian yang ada cukup berbeda dari banyak pemahaman?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Ya.”
Ahmad Mansur: “Sekarang Anda mengatakan bahwa Iran ,meski berpengaruh besar, mereka tidak mengontrol Bashar Al-Asad dan tidak memerintah dia?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Mereka tidak mengontrol dia tapi mereka mendukung dia, Bashar Al-Asad dan rezimnya.”
Ahmad Mansur: “Semua informasi seputar Bashar Al-Asad adalah bahwa Iran melindungi dia dengan pagar penjaga Iran.”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Ya, mungkin. Tapi ini bukan masalahnya, saya hanya ingin menunjukkan fakta bahwa ada perbedaan antara hakikat hubungan dengan rezim Bashar Al-Asad, dan hakikat hubungan dengan Hizbullah dan hakikat hubungan dengan Rafidhah di Irak, dan itu adalah berbeda dari hubungan dengan Hautsi, semua ini adalah produk dari Iran. Namun, diia menciptakan kerajaannya sendiri, Hafid Al-Asad dan Bashar Al-Asad, kemudian setelah itu datang Iran untuk bersekutu dengan dia, dan itu mengeksploitasi situasi revolusi dan kelemahan yang disebabkan rezim itu.”
Ahmad Mansur: “Apa kepentingan yang sama di antara mereka?”
Abu Muhammad Al-Jaulani: “Palestina adalah jantung dunia, dan sayapnya adalah Mesir dan Suriah, sehingga siapa pun yang mengontrol lokasi ini akan memegang tampuk banyak hal di dunia. Itulah mengapa wilayah ini didominasi oleh kekuatan tertentu.”
Lihat video wawancara selengkapnya: Terjemah wawancara Amir Jabhah Nushrah Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani dengan Al-Jazeera (2)
(adibahasan/arrahmah.com)