(Arrahmah.com) – Penjara seharusnya digunakan untuk menahan orang-orang yang berbuat kejahatan. Tetapi penjara telah berubah menjadi kurungan bagi mereka yang benar-benar tidak sepantasnya ditahan. Ditahan tanpa pengadilan dan tuduhan yang sah. Yazid Sufaat, Mujahid asal Malaysia, yang dituduh ikut membantu serangan 9/11 dan beberapa tuduhan lainnya, adalah salah satu saksi mata yang hidup yang ditahan dengan tuduhan yang tidak sah dan tanpa pengadilan.
Berikut ini, adalah Wawancara Malaysiakini dengan Yazid Sufaat fokus pada ISA pada (20/3/2012) oleh Fathi Aris Omar, Aidila Razak dan Salhan K Ahmad, menjelang pencabutannya, yang diperkirakan akan diajukan dalam sidang sedang berlangsung Parlemen. Sebelumnya, yang kedua, telah dibahas mengenai Wawancara eksklusif dengan Yazid Sufaat, serangan 9/11 meningkatkan pemeluk Islam. Dalam bahasan yang ketiga ini, Yazid bercerita pengalamannya ditahan di penjara thaghut di bawah Internal Secuirty Act (ISA).
***
“Suatu hari di penjara, saya merasa seperti melihat bintang-bintang bersinar. Saya tidak pernah melihatnya selama tiga tahun pada saat itu, karena saya tidak dapat melihat langit dari sel saya. Melihat bintang-bintang adalah sebuah hadiah,” kata Yazid.
“Saya berdo’a, ‘Ya Allah, biarkan saya melihat beberapa bintang’. Terkadang kita harus menerima beberapa hal agar do’a dikabulkan,” katanya, mengingat tujuh tahun masa tahanannya di kamp Kamunting di Perak, di bawah Internal Security Act 1968.
Yazid Sufaat dikirim ke balik jeruji tanpa pengadilan karena ia terlibat dalam kegiatan jihad pada bulan Desember 2001, termasuk dakwaan terlibat serangan 9/11 di New York, Yazid ditahan di dalam kurungan isolasi selama lima tahun.
Di sana, ia biasa menggunakan darah dari sekawanan nyamuk yang menyerangnya di sel untuk menulis ayat-ayat Al-Quran di dinding-dinding, di mana ia merasa kepanasan pada malam hari, membuat ia basah kuyup setelah melakukan sholat.
Itulah sedikit pengalaman Yazid di Kamunting. Yazid ragu janji pemerintah mengenai pencabutan ISA.
“Jika ini (ISA) bekerja dengan baik untuk mereka (pemerintah), mengapa mereka harus menghapuskannya? Mungkin mereka akan mengubah namanya, tetapi isi dari yang baru (hukum pengganti) akan sama saja, atau bahkan lebih buruk,” katanya.
Program senjata biologis
Di antara tahanan di bawah ISA yang paling lama, Yazid, yang diberi sangsi oleh PBB telah melakukan perjalanan, aset dan kesepakatan senjata, meyakini bahwa penahanannya ada hubungannya dengan keahliannya.
Dilatih sebagai seorang ahli biokimia dengan beasiswa pemerintah di Amerika Serikat, mahasiswa top dari Royal Military College ini yang sekaligus pensiunan kapten Angkatan Darat pernah jadi bagian dari program senjata biologis Departemen Pertahanan.
Berbeda ketika menceritakan pengalamannya bersama Syaikh Usamah bin Laden (rahimahullah), Yazid ragu-ragu untuk mengungkapkan rincian tentang “program rahasia pemerintah”, dan menggambarkannya sebagai “cerita yang panjang”.
“Ketika mereka (polisi) pertama membawa saya, saya tidak memberitahu mereka tentang program pemerintah. Saya tidak ingin mereka tahu, saya tidak ingin pertanggungjawaban jatuh ke pemerintah, untuk mengeluarkan uang untuk orang lain.”
“Akhirnya mereka berhasil mendapatkan laporan dari ‘teman’ mereka dan mereka menginginkan saya untuk memperjelas segala sesuatu. Saya tidak ingin memperjelas apapun, maka mereka membawa istri saya,” ujar Yazid.
Istrinya, Sejahratul Dursina, ditahan dibahwa ISA selama dua bulan dan setelah itu ia dipindahkan dibawah pengawasan gerak-gerik yang ketat selama enam tahun.
“Jika kalian ingin bebas dari ISA, ikuti saja apa yang mereka katakan dan mengakui semua tuduhan, saya menolak untuk melakukan itu dan mereka menahan saya selama tujuh tahun, karena saya tidak ingin bernyanyi (Negara-ku).
“Saya tidak ingin bernyanyi. Mengapa saya harus bernyanyi ketika negara ini mengkhianati saya?” kata Yazid.
Para pembantu Thaghut (Setan)
Yazid bangun pada jam 4 pagi setiap hari untuk membaca Al-Quran, dan tentu saja dengan cahaya yang sangat minim, hanya 15 watt bohlam lampu yang kemudian hanya diganti dengan sebuah lampu neon di luar sel, setelah para tahanan banyak yang mengeluh.
Ketika sel-sel penjara dibuka pada jam 8 pagi, Yazid mengatakan bahwa ia berlari di daerah kurungan, yang ia katakan hanya boleh di antara 80 hingga 90 langkah selama satu jam sebelum melihat tanaman sayurannya di sebuah bidang kecil tanah.
“Pada jam 11 pagi, kami akan dikunci di sel lagi, jadi saya membaca koran, yang penuh lubang karena semua ‘isu sensitif’ dipotong,” katanya.
Yazid tidak hanya diinterogasi oleh para penyelidik Malaysia, tetapi ia berkata bahwa ia menerima kunjungan dari polisi Indonesia dan FBI (Federal Bureau of Investigation), dan ia tetap menutup mulutnya.
“Saya akan pergi ke sana, setor muka, dan saya tidak akan mengatakan apa-apa. Saya katakan, ‘jika kalian ingin mengetahui apapun, kalian tanya saja ke cabang khusus’,” katanya.
Yazid bercerita bahwa beberapa tahanan disiksa ketika diinterogasi, namun Yazid mengatakan dirinya tidak menderita penyiksaan seperti itu.
“Al-Quran mengatakan bahwa siapa yang beriman harus berjihad di jalan Allah, sementara orang-orang kafir di jalan thaghut (setan), jadi melakukan perang melawan mereka yang membantu setan. Saya menganggap semua yang memiliki andil dalam penahanan saya sebagai para pembantu thaghut (setan),” katanya.
Yazid tidak mengerti bagaimana para Ulama yang mengunjungi Kamunting dapat menggunakan Al-Quran untuk membenarkan ISA.
“Di dalam Islam, jika kalian berniat akan melakukan hal yang baik, Allah memberikan kalian satu pahala. Bahkan jika kalian tidak melakukannya, tetapi jika kalian berniat melakukan hal yang buruk, Allah tidak akan menghukum kalian jika kalian tidak melakukannya,” kata Yazid.
“Jadi bagaimana ISA dapat dibenarkan? ini menghukum orang-orang bahkan karena niat mereka melakukan hal yang buruk. Menggunakan Al-Quran untuk membenarkan ISA, tidakkah ini bahlul (bodoh)? Seorang mufti, yang masih hidup, telah menulis buku yang membenarkan ISA,” katanya.
Masih berhubungan dengan Jemaah Islamiyah
Saat ini, Yazid masih mengaku masih berhubungan dan membantu kawan-kawan lama yang terhubung dengan Jemaah Islamiyah dengan kebutuhan hidup mereka sehari-hari, membantah semua tiduhan ISA yang dilontarkan terhadapnya.
Ketika ditanya apakah ia masih merupakan “ancaman”?
Yazid menjawab,”Saya tidak berbahaya. Saya tidak pernah berbahya sejak dulu.”
Setelah kembali dari California, Amerika Serikat, dimana ia dilatih sebagai seorang ahli biokimia dengan beasiswa dari pemerintah, Yazid memulai untuk mendalami agamanya.
Beberapa waktu kemudian, ia bergabung dengan Persatuan Al-Ehsan, sebuah organisasi Islam yang resmi terdaftar, dan mendonasikan kondomoniumnya (apartemen) di Sungai Long, Selangor.
“Saya memberikan kondomonium, kepada orang-orang ini untuk apa saja mereka ingin gunakan. Jia seorang musafir membutuhkan penginapan, mereka dapat menggunakannya,” katanya.
Tiga dari orang-orang yang tinggal di kondomonium itu, adalah mereka yang terkait serangan 9/11, salah satunya adalah , Zakaria Mousaoui, yang kemudian dipekerjakan oleh Yazid untuk memasarkan produk software yang dikembangkan oleh perusahaan Yazid, Infocus Tech.
“Waktu itu, komputer dan telepon tidak berbicara satu sama lain, jadi kami mengembangkan software untuk mengintegrasikannya, kami mengembangkannya untuk call centre. Semacam itu..”
“Jadi, jika kalian bertanya apakah Saya mendanai Mousaoui untuk 9/11, saya tidak akan mengatakan ya atau tidak. Dia adalah karyawan saya. Biarlah para pembaca berpikir,” kata Yazid.
Yazid mengatakan bahwa ia mengajak Mousaoui bekerjasama karena latar belakangnya dari teknik komputer, Mousaoui hanya meminta bantuan dan mengatakan kepada Yazid bahwa ia membutuhkan visa untuk ke Amerika Serikat.
Namun, Yazid mengatakan bahwa Mousaoui tidak pernah bercerita kepadanya bahwa ia ingin belajar menerbangkan pesawat.
“Dia bertanya apakah saya dapat membantunya mendapatkan visa untuk AS. Saya katakan, ‘kenapa tidak? Kau ambil lah software saya di sana’. Jadi saya menulis semuanya, bahwa ia mewakili kami, dan lain-lain,” kata Yazid.
Dua Inividu lainnya yang terkait 9/11, yang tinggal di kondomonium Sungai Long adalah Khalid al-Midhar dan Nawaf al-Hazmi.
Keduanya, berdasarkan PBB, telah tinggal di kondomonium Yazid pada bulan Januari 2000 untuk merencanakan serangan 9/11, apa yang PBB sebut sebagai “Konferensi Al-Qaeda 2000” di Kuala Lumpur.
“Saya tidak berada di sana. Pada saat itu saya berada di Pakistan dan Afghanistan, membangung sebuah rumah sakit di sana,” kata Yazid.
Wabah Favorit
Yazid dituduh mengembangkan senjata biologis dan disebut oleh para penuduh sebagai “CEO Anthrax”. Meski intelijen AS ragu bahwa Yazid mampu mengembangkan senjata biologis.
Yazid memang telah berhasil sukses mengembangkan beberapa wabah di Laboratatoriumnya di Kandahar, tetapi kemudian laboratoriumnya dihancurkan oleh NATO.
“Saya masih bisa menemukan Anthrax jika saya menginginkannya, tetapi buat apa? Itu tidak memiliki nilai komersil. Anthrax hanya bagus untuk menyabotase, tidak dapat membunuh,” kata Yazid.
“Lagipula ini bukan wabah Favorit saya. Saya lebih suka menggunakan bakteri atau virus yang betul-betul menghantam kalian dan memberikan kalian satu atau dua jam sebelum kalian meninggal”.
“Karya siapa menurut kalian flu burung itu? Para ilmuwan, yang kemudian tidak dapat mengendalikannya,” ungkap Yazid.
Salah satu tuduhan terhadap Yazid adalah menyuplai amonium nitrat untuk membangun bom utnuk sebuah serangan di Ambon, Indonesia. Yazid mengatakan itu adalah murni transaksi bisnis antara perusahaannya, Green Laboratory Medicine dengan sebuah perusahaan Yaman.
“Perusahaan Yaman memesan 40 ton dari itu (Amonium nitrat), tetapi hanya berhasi mengirim empat ton. Keuntungannya 1.600 RM per ton, jadi bayangkan berapa banyak saya akan dapatkan dengan 40 ton! Bukan urusan saya untuk tahu apa yang mereka ingin lakukan untuk itu.”
“Saya memeriksa pemerintah apakah ada pembatasan untuk mengekspor item ini, tetapi tidak ada. Sekarang, mereka lebih ‘pintar’ dan telah menetapkan pembatasan dari itu (ammonium nitrat),” kata Yazid.
Dalam tuduhan kedua, Yazid dituduh telah mendanai kerusuhan di Ambon dan mempersenjatai perjuangan Mujahidin di selatan Philiphina. Namun, Yazid mengatakan itu hanyalah bantuan kemanusiaan.
Yazid berkata bahwa selama interogasinya, ia ditanya apakah dana yang ia kirim untuk medis, makanan, dan pakaian dapat digunakan membeli senjata, ia mengatakan bahwa ada kemungkinan.
“Mungkin, bagaimana saya tahu?,” tanya Yazid.
Pernyataan resmi yang beredar menyatakan bahwa Yazid mengakui mendanai pembelian persenjataan di selatan Philiphina, dan bahwa senjata-senjata tersebut dibawa dibawa kembali ke Malaysia untuk menjatuhkan pemerintah.
Terkait pernyataan tesebut Yazid berkomentar, “Mereka dapat menulis apa saja, karena di bawah ISA, tak seorang pun akan menantang apa yang mereka katakan. Ini adalah ISA,” katanya, ia menambahkan bahwa yang ia tahu bahwa ia hanya dikaitkan dengan Jemaah Islamiyah ketika ia membaca lembar tuduhannya.
Setelah dibebaskan ia berusaha menyesuaikan diri kembali dengan kehidupanya dahulu bersama istrinya yang juga pernah menjadi tahanan.
“Mereka memindahkan saya kembali untuk tinggal dengan tahanan lainnya. Di sana ada sebuah kipas angin, saya sakit selama seminggu, sedang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan yang disebut kemewahan,” katanya.
Tidak ada lagi ketakutan sekarang
Sebelum ia dibebaskan, Yazid memohon dua do’a, yaitu agar Allah menghancurkan para interogatornya jika mereka tidak bertaubat. Dan yang satunya lagi do’a untuk dirinya sendiri.
“Saya berdoa, ‘Ya Allah, berikan saya sebuah tanda untuk menunjukkan apakah apa yang saya lakukan benar atau salah. Tunjukkanlah ketika saya bebas’. Jadi saya begitu gugup,” katanya.
“Sholat pertama yang saya laksanakan setelah saya bebas adalah sholat ashar. Saya takut. Siapa tahu, mungkin saya benar-benar melakukan hal yang salah? Orang-orang bisa meludahi saya atau melemparkan sepatu mereka ke arah saya,” katanya.
Akan tetapi sebaliknya, ia justru menerima sebuah sambutan yang hangat dari Masjid di lingkungan dan ketika ia kembali pada hari selanjutnya, ia diminta untuk memimpin sholat maghrib. Jama’ah meminta Yazid menjadi imam mereka.
“Sekarang saya hampir 50 tahun, saya telah menyia-nyiakan tujuh tahun hidup saya, tetapi tidak, saya tidak akan mengatakan itu sia-sia. Saya menjadi dewasa di tempat paling bodoh, Amerika Serikat, tetapi saya didewasakan di penjara, Allah menghilangkan ketakutan saya di penjara,” kata Yazid.
***
(siraaj/arrahmah.com)