Bekasi (Arrahmah.Com) – Ahad, 26 Oktober 2008 Tim Ar Rahmah Media berhasil menemui Ustadzah Paridah Abbas, istri Syekh Mukhlas alias Ali Ghufron, selepas kunjungan menjenguk suaminya di Nusa Kambangan. Berikut ‘ole-ole’ dari beliau, sekaligus curahan hatinya selama ini dan wasiat sang suami tercinta untuk anak-anaknya.
Ar Rahmah Media (AM) : Assalamu’alaikum. Wr. Wb! Ustadzah, apa kabar ?
Ustadzah Paridah Abbas (UPA): Alhamdulillah, baik-baik.
AM : 6 tahun sudah berlalu dari peristiwa Bom Bali, bagaimana kondisi Ustadzah dan keluarga ?
UPA : Alhamdulillah, baik-baik juga.
AM : Anak-anak nampak sudah besar-besar, bagaimana dengan pendidikan mereka ? Semua Ustadzah sendiri yang menangani ?
UPA : Untuk akademik kita serahkan ke pihak sekolah, sekolah biasa saja mereka semua. Untuk urusan dinniyah (agama) juga Al Qur’an, itu semua saya yang menanganinya.
AM : Keputusan hukuman (eksekusi) terhadap Syekh Muhklas, suami Ustadzah kian mendekati waktu, bagaimana perasaan ustadzah ?
UPA : Sebenarnya biasa-biasa saja. Karena selama ini kami tidak pernah memikirkan eksekusi. Eksekusi itu khan cuma rekayasa manusia, dan mati itu bukan di tangan mereka.
AM : Ustazah tetap mensupport suami dalam hal ini ?
UPA : Ya, Insya Allah, Alhamdulillah.
AM : Ustadzah kelahiran Singapura dan sudah pasti pernah tinggal di sana. Juga di Malaysia, serta di Indonesia. Bagaimana Ustadzah memandang masing-masing negara serumpun Melayu ini ?
UPA : Sebentar, itu maksudnya apa ? (UPA agak kaget dan terkejut). Tetapi saya tidak besar di Singapura. Ketiga-tiga negara ini pada prinsipnya sama saja, yakni negara sekuler. Sekalipun Malaysia mengklaim negaranya negara Islam, tapi sebenarnya tidak, cuma agama resminya saja yang Islam. Tapi terhadap saya sendiri secara pribadi karena saya tidak pernah bekerjasama dengan pemerintah, jadi tidak pernah merasakan diskriminasi sebagaimana yang dialami oleh saudara-saudara kita muslimat yang memakai hijab yang dduduk di pemerintahan di jabatan-jabatan tersebut.
AM : Artinya Ustadzah tidak pernah mengalami diskriminasi sama sekali di Malaysia:
UPA : Sepanjang ini kepada saya secara pribadi tidak ada, kecuali dalam masalah imigrasi.
AM : Apakah di Malaysia gejala Islamophobia lebih parah daripada di Indonesia atau Singapura ?
UPA : Mungkin kondisnya bisa disamakan seperti Indonesia pada masa berlakunya undang-undang subversif. Kini kondisi di Malaysia seperti itu.
AM : Kini di Malaysia seperti itu ? Ceramah-ceramah agama, majalah-majalah Islam, jihad, dan sejenisnya tidak bisa beredar ?
UPA : Seperti itu kira-kira. Ada majalah yang seperti itu dan sejenisnya tapi mereka belum berani secara terang-terangan untuk muncul kecuali orang-orang yang memang sudah siap dengan segala resiko termasuk ditahan dengan undang-undang ISA (undang-undang subversif Malaysia, red).
AM : Ustadzah, banyak orang meneteskan air mata karena terharu sewaktu membaca buku Ustadzah “Orang Bilang Ayah Teroris” bisa diceritakan bagaimana sampai menulis buku tersebut ?
UPA : Saya perlu terangkan bahwa pada asalnya buku tersebut bukan untuk diterbitkan. Saya sama Ustadz (Ustadz Ali Ghufron alias Mukhlas) biasa saling berkomunikasi sebagaimana pasangan lain, dan alhamdulillah, ustadz adalah seorang pendengar yang setia. Jadi, sewaktu saya di Klaten dan beliau sudah ditahan, tidak ada teman khan disana, otomatis saya menumpahkannya di atas tulisan. Nah buku itu kemudian saya serahkan ke Ustadz, dan Ustadz teryata memandang maslahatnya baik jika buku itu di kongsi (share) untuk muslimah yang lain. Jadi sepenuhnya kemudian saya serahkan ke Ustadz, hingga kemudian jadilah buku itu. Saya secara pribadi malu, soalnya gini, teryata setelah orang membaca orang kemudian memandang tinggi, padahal saya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari segala kesalahan. .
AM : Tidak banyak orang yang mampu bertahan ketika dilanda ujian dan cobaan yang berat dari Allah SWT. Apa rahasia dan kiat Ustadzah menghadapi kondisi ini ?
UPA : Begini. Saya sendiri merasa kalau tidak ada pertolongan Allah SWT, wallahu’alam, saya tidak tahu akan jadi bagaimana. Besar kemungkinan di sekeliling saya ini masih ada muslimah-muslimah lain yang menghadapi cabaran (cobaan) lebih besar dan lebih berat tekanannya dari yang saya alami. Karena saya merasa alhamdulillah, selalu dibantu Allah, yaitu dari segi material maupun dari segi moral.
AM : Tentang Syekh Mukhlas, suami Ustadzah. Bagaimana pandangan Ustadzah tentang beliau saat ini ? Apakah sama ketika di masa awal-awal dulu ?
UPA : Yang nampak beda adalah ilmu dan penghayatan beliau, lebih bagus sekarang dan semangatnya juga menyala-nyala. Sebenarnya sejak dahulu beliau bersemangat, tetapi karena kita masing-masing sibuk, jadi ekspresinya tidak seperti yang kita lihat sekarang ini.
AM : Ustadzah kini bermukim di Malaysia ? Bagaimana tanggapan dan sikap masyarakat sekitar terhadap Ustadzah ?
UPA : Alhamdulillah, sementara ini semuanya baik dan respon yang mereka berikan positif. Mereka juga memberikan bantuan moril dan materil terutama dari pihak sekolah, dan ketua kampung (semisal lurah disini, red). dan Alhamdulillah atas karunia Allah banyak dari mereka adalah teman-teman saya juga ustadz, jadi mereka banyak memberikan bantuan kepada kami dan tidak ada masalah. Mereka tahu siapa kita dan mereka menerima kita apa adanya. Alhamdulillah! .
AM : Apa rencana Ustadzah ke depan jika eksekusi jadi dilakukan ? Bagaimana dengan anak-anak ?
UPA : (Ustadzah Ummu Asma’ nampak berfikir serius) Ya…belum terfikir. Ya, saya belum memikirkan. Seperti biasalah…!Mungkin berjalan dengan sendirinya.
AM : Ustadzah, selama ini apakah Ustadzah mendukung dan membenarkan apa yang telah dilakukan oleh suami Ustadzah, Syekh Mukhlas ?
UPA : Selama yang saya tahu dan selama dia masih menjalankan itu atas tanggung jawabnya sebagai mukmin yang berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah maka Insya Allah saya mendukungnya.
AM : Ustadzah tidak takut di cap juga sebagai teroris ? Istri teroris ?
UPA : Ya memang selama ini saya di cap seperti itu. Saya tidak kaget lagi. Khususnya di negeri ini (Indonesia, red) saya di cap sebagai istri teroris. Kalau di tempat tinggal saya, di Malaysia saya dikenal sebagai istri Ustadz Mukhlas.
AM : Apakah Syekh Muhlas sudah meninggalkan wasiat untuk Ustadzah ? Apa isi wasaiatnya ?
UPA : Kalau seandainya eksekusi terjadi, maka setelah berlakunya hukuman maka dia tidak mau badannya itu disentuh oleh tangan-tangan thagut. Artinyanya nanti untuk menentukan kematian pun itu nantinya khan haruslah seorang dokter, maka dokter tersebut harus dari kalangan mukmin, dan seandainya harus otopsi, meskipun sebenarnya tidak perlu, maka itu pun harus dari kalangan dokter mukmin. Kemudian harus dipastikan di jenazah beliau sebelum dikebumikan tidak ada barang-barang yang dari thagut. Selembar kain atau secarik pun tidak mau ada. Dan seandainya nanti dari pihak lapas sudah memandikan, maka dia minta dari kalangan orang-orang mukmin untuk memandikan beliau sekali lagi. Karena dia mau itu betul-betul dari orang-orang mukmin, termasuk harus diteliti biayanya, biaya pengangkutannya, dan lain-lain. Dia tidak mau sedikit pun dari thagut. Kemudian tentang menshalatkan jenazah beliau atau tidak, karena ada dua pendapat yang berbeda maka dia menyerahkan kepada Ahlul Ilmi mana yang paling baik maslahatnya dan paling banyak manfaatnya .
AM : Afwan, Ustadzah, Ustadz Mukhlas menikah lagi baru-baru ini, bagaimana pendapat Ustadzah :
UPA : Sebenarnya ceritanya panjang. Ustadz Mukhlas sudah saya suruh untuk menikah lagi sejak kami baru punya dua anak, belum enam. Tetapi ustadz selalu menolak, tidak mau, tidak mau, hingga anak kami enam dan beliau ditangkap. Saya menjadi tidak enak, ketika mendengar ada keluarga menjenguk, ada istri Imam Samudra menjenguk, Istri Amrozi menjenguk, sedangkan saya tidak bisa menjenguk kecuali setahun sekali bila Allah mengizinkan. Jadi saya selalu merasa walau pun Ustadz selalu bilang tidak menjadi masalah. Tetapi saya tetap merasa, sebagai seorang istri. Akhirnya saya katakan kepada beliau, sudahlah saya carikan. Saya carikan, dan kemudian ketika sudah mendapatkan izin dari Ustadz maka saya lamarkan muslimah ini, dan alhamdulillah dianya mau dan nikahlah mereka dan perasaan saya senang sekali karena saya merasa Allah SWT telah meringankan beban saya.
AM : Subhanallah…! Lalu apa nasihat Ustadzah kepada para muslimah yang sedang mendapatkan cobaan serupa.
UPA : Yang pertama ikhlas. Artinya kita tidak mengeluh dan kita tidak boleh menampakkan bahwa kita adalah perempuan yang paling malang di dunia, karena suaminya ditahan. Dan dalam waktu yang bersamaan kita juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki diri dan kehidupan kita terutama di hadapan mata anak-anak sehingga jangan sampai anak-anak mengatakan bahwa memang karena ditahan maka kehidupan kita menjadi seperti ini, serba kekurangan. Kalau pun memang kekurangan maka harus ditanamkan kepada anak-anak bahwa kita harus mandiri dan tidak membutuhkan belas kasihan orang-orang dan tidak cengeng.
AM : Apa yang difokuskan atau nasihat penting Ustadz untuk anak-anak ?
UPA : Nasihat Ustadz kepada anak-anak sama sebagaimana nasihat seorang mujahid kepada anaknya, yakni mengharapkan bagaimana anak-anaknya kelak bisa pula menjadi seorang muijahid. Meski pun demikian, beliau tidak ingin mengekang hal tersebut kepada anak-anaknya secara ketat. Jadi bisa jadi anaknya nanti menjadi seorang dokter tetapi mujahid, menjadi seorang ahli IT, tetapi juga seorang mujahid, menjadi seorang imam biasa, tetapi juga seorang mujahid. Jadi itu yang beliau harapkan. Jadi mereka harus bersungguh-sungguh, dimana pun mereka sekolah maka aqidah mereka harus diperkuat dan diperdalam. Karena sebagaimana seorang Ustadz mengatakan bahwa orang Islam lah yang lebih layak untuk bersungguh-sungguh dalam seluruh masalah. Jika orang kafir masuk kerja jam 8 dan pulang jam 5 maka orang Islam seharusnya bisa masuk jam 7 dan pulang jam 6. Lalu jika orang kafir bisa menginfakkan hartanya semilyar ringgit maka orang Islam bisa menginfakkan hartanya lebih dari itu. Jadi umat Islamlah yang paling layak untuk bersungguh-sungguh dalam kehidupan ini. Insya Allah.
AM : Jazakallah khairan katsiro. Mudah-mudahan Ustadzah sehat-sehat selalu. Assalamu’alaikum.wr.wb!
Interview by: Prince of Jihad, M. Fachry
Exclusive Interview
Arrahmah.Com, filter your mind, get the truth
http://www.arrahmah.com/