Heboh isu Wahabi ternyata tidak terlepas dari sebuah konspirasi menyudutkan Islam dan kaum Muslimin. Salah satu penumpang gelap isu Wahabi adalah BNPT dengan seluruh antek-anteknya yang sengaja menggiring isu Wahabi dan mengklaim bahwa Wahabi adalah sumber terorisme. Terlalu! Berikut Wawancara Eksklusif Arrahmah.com dengan Ustadz AM Waskito, penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi”, Kamis (24/11/2011). Selamat menikmati!
Arrahmah.com (AR) : Assalamu’alaikum.wr.wb! Bagaimana kabarnya Ustadz ?
Ustadz AM (AM) : Alhamdulillah, baik.
AR : Mengapa menulis buku Bersikap Adil Kepada Wahabi (BAKW) ?
AM : Ada tiga alasan. Pertama, karena munculnya buku karya Syaikh Idahram yang bersifat propaganda hitam. Dari sisi etika perbukuan dan syarat ilmiah sebuah buku, buku Idahram ini jauh. Apa yang dilakukan oleh penulis ini (Idahram) sangat tidak pantas. Orientalis saja yang nota bene bukan Muslim, ketika menulis buku yang menghujat Islam, tidak seperti itu. Kedua, tema pembahasan Wahabi sebenarnya sudah cukup lama, hanya saja perbincangan seputar Wahabi rata-rata berputar di tema-tema itu saja. Saya tertarik untuk masuk ke tema ini dengan semangat dan perspektif baru. Ketiga, propaganda Anti Wahabi ini sangat potensial nanti terus menggelinding menjadi propaganda anti Syariat Islam. Itu sangat berbahaya!
AR : Sebelumnya kenal dengan orang yang mengaku bernama Syaikh Idahram? Siapa sebenarna dia?
AM : Saya tidak kenal. Kami yang terlibat di bidang perbukuan tidak mengenal siapa Idahram ini. Sampai ada yang menebak-nebak dengan membalik-balik namanya, menjadi Marhadi. Apalagi dia menggunakan kata “Syaikh” seolah-olah dia seorang ulama dari Timur Tengah. Di Negara kita tidak lazim ada penulis menggunakan sebutan “Syaikh”. Pernah ada istilah “Hadratus Syaikh” untuk KH. Hasyim Asy’ari. Itu pun yang memberi gelar para pengikutnya, bukan dirinya sendiri. Buya Hamka dan lain-lain tidak menggunakan gelar Syaikh ketika menulis buku. Jadi saya terus terang tidak tahu banyak tentang Idahram ini.
AR : Menurut Ustadz, mengapa belakangan ini bermunculan buku-buku yang menghujat salafi wahabi?
AM : Dalam pandangan saya, semua ini tampaknya masih satu paketan dengan kampanye anti terorisme yang dipropagandakan BNPT. Berkali-kali Ansyad Mbai, AM Hendropriyono, atau Suryadarma Nasution, membuat pernyataan bahwa sumber terorisme adalah kalangan Wahabi. Kalau ada stigma seperti ini, jelas sulit. Apalagi kalau aparat dan birokrasi sudah membuat kesimpulan-kesimpulan seperti itu. Mereka memiliki biaya, institusi dan seterusnya yang bisa melakukan tindakan-tindakan hukum yang merugikan Ummat Islam. Padahal sebagaimana pernah disampaikan oleh Ustadz Syuhada Bahri, Ketua DDII, bahwa Wahabi bukanlah sumber terorisme. Juga pernah disampaikan Ketua PP Muhamadiyah, KH. Yunahar Ilyas bahwa Wahabi bukanlah sumber terorisme. Istilah Wahabi itu sudah lama ada, sedangkan istilah terorisme baru muncul dalam rentang 10 tahun terakhir. Aneh sekali, Wahabi sudah ada sejak abad 18, dikaitkan dengan terorisme yang baru muncul 10 tahun lalu. Ini tidak nyambung.
AR : Ada konspirasi besar di balik itu semua?
AM : Mungkin saja ada. Dalam isu ini tampak jelas ada kepentingan-kepentingan tertentu, ya misalnya agar dana terus mengalir dari negara donor. Tentu hal ini sangat disayangkan sekali. Hanya karena mengharapkan anggaran-anggaran dari pemerintah asing, kita rela menghancurkan ummat Islam. Antara yang didapat dengan korban penghancuran ummat ini, jelas tidak sebanding!
AR : Siapa penumpang gelapnya?
AM : Ada informasi, katanya Said Aqil Siradj baru pulang dari Amerika menemui pejabat Bank Dunia. Kabarnya disana ada komitmen dukungan dana “tak terbatas” untuk membendung radikalisme. Pihak asing tentu paling senang kalau ummat ini saling ribut satu sama lain dan melupakan problem-problem utama mereka. Maka dimunculkanlah konflik Wahabi dan Anti Wahabi. Bagi mereka tak masalah keluar modal sedikit, dengan hasil besar, ada konflik horizontal di tengah-tengah ummat Islam. Bukanlah kolonial Belanda dulu memakai strategi Devide Et Impera untuk memecah-belah bangsa Indonesia.
AR : Buku karya Ustadz ini membantah beberapa nama, bisa disebutkan ringkas dan padat bantahan kepada mereka?
AM : Ya, dalam buku BAKW ada bantahan kepada beberapa nama, seperti kepada Said Aqil Siradj. Dia ini mengklaim buku Idahram adalah buku ilmiah. Hal ini menunjukkan seolah-olah Said Aqil tidak pernah sekolah, sehingga tidak bisa membedakan antara buku ilmiah dan tidak ilmiah. Said Aqil berkali-kali memberi peringatan tentang bahaya Salafi-Wahabi. Kalau begitu, mengapa tidak sekalian saja dia larang jama’ah haji Indonesia datang ke tanah suci? Bukankah kalau dibiarkan ke tanah suci, nanti sepulangnya mereka bisa terpengaruh oleh Wahabi? Mengapa dia tidak jujur saja? Selain itu, dia menyesalkan dihancurkannya rumah paman Rasulullah di dekat Masjidil Haram. Lha, paman Rasulullah itu siapa? Dia adalah Abu Lahab. Mengapa menangisi rumah Abu Lahab? Begitu juga dia memprotes dihancurkannya “Darun Nadwah” (semacam Balai Pertemuan kaum Quraisy pada waktu itu). Sekarang kita tanya, Darun Nadwah itu untuk apa dulunya? Itu khan untuk pertemuan puak-puak Quraisy dalam rangka membunuh Rasulullah. Apa itu yang mau disesali? Jadi, pada dasarnya apa yang dikhawatirkan mereka kepada Wahabi menunjukkan bahwa mereka tidak sportif dan senang memprovokasi atau mengadu-domba.
AR : Mengapa Densus 88, 99, dan Ansyad Mbai ikut berkepentingan “menghabisi” wahabi? Apa bantahan kepada mereka?
AM : Kalau untuk mereka lebih ditekankan kepada penumpang gelap tadi. Jadi isu Wahabi ini sengaja digiring kepada isu terorisme. Mereka menuduh bahwa Wahabi adalah sumber terorisme. Menariknya, ketika Densus 99 diluncurkan, maka yang bereaksi hanya dari kalangan umat Islam, apa-apaan dibentuk Densus 99. Dari kalangan LSM-LSM sekuler-liberal, yang biasanya sangat anti dengan sipil yang dipersenjatai dan selalu berkoar-koar tidak merespon sama sekali. Ada apa ini? Begitulah orang-orang yang sedang mendapat ujian dari Allah, mereka berada di antara kondisi, antara iman dan kufur.
AR : Bersikap “adil” kepada Wahabi, itu harapan atau kesimpulan dari buku Ustadz?
AM : Itu memang harapan saya. Bagaimana kita bisa bersikap adil kepada Wahabi. Karena bersikap adil itu adalah amanat dari Allah SWT, sebagaimana yang saya cantumkan di awal buku saya.
AR : Apa saran Ustadz kepada umat Islam?
AM : Hendaknya ummat Islam lebih mengedepankan ukhuwah Islamiyyah. Hendaknya ummat lebih memikirkan bagaimana untuk mempersatukan ummat Islam ketimbang memperdebatkan Wahabi atau Anti Wahabi. Contoh dedikasi kaum Wahabi, saat negara-negara Muslim tertentu mendapatkan agresi dari negara-negara Barat, santri-santri Wahabi datang meninggalkan kampung halaman, demi membela tanah air kaum Muslimin. Sekalipun negeri-negeri itu bukan negeri mereka. Hal seperti ini menunjukkan mereka memiliki patriotisme nyata. Bukan omong kosong. Meskipun tentu sebagai manusia, mereka tak luput dari salah dan kekurangan juga. Yang jelas, kita harus adil dan proporsional!
AR: Jazakallah khairul jaza’ Ustadz atas waktunya!
AM : Wa Iyyakum, sama-sama.
(M Fachry/arrahmah.com).