ALEPPO (Arrahmah.com) – Sesepuh mujahidin Aleppo dan pendiri Brigade Ahbab Al-Musthafa, Ali Sulaiman Abu Thayib telah gugur pada pekan keempat Oktober 2012 dalam pertempuran di desa Qal’at Halb. Sang “Umar Mukhtar” Suriah gugur dalam usia lebih dari 80 tahun.
Ali Sulaiman membentuk regu mujahidin sendiri bernama Brigade Ahbab Al-Musthafa, Brigade Para Pecinta Nabi, pada awal terjadinya revolusi bersenjata melawan rezim Nushairiyah Suriah. Regu tersebut beranggotakan anak-anak, cucu-cucu dan kerabat-kerabatnya sendiri. Regu jihad yang dibentuknya di desa Saifu Daulah, propinsi Aleppo tersebut menginduk kepada Liwaut Tauhid, koordinator sebagian besar brigade mujahidin FSA di Aleppo.
Untuk mengenang keteladanan dan kepahlawanannya, Persatuan Koordinator Aleppo mempublikasikan wawancara eksklusif kolonel Abdul Jabbar Al-Akidi, salah seorang anggota Dewan Pimpinan FSA di Aleppo dengan syaikh Ali Sulaiman di front terdepan desa Saifu Daulah pada (16/10).
Syaikh Ali Sulaiman duduk di kursi sofa, di sebelah kiri. Di sampingnya duduk kolonel Abdul Jabbar Al-Akidi dan di sebelah kanan seorang anak syaikh duduk mendampingi. Di dinding belakang mereka dipasang bendera hitam bertuliskan dua kalimat syahadat dan bendera putih bertuliskan nama Liwa’ Tauhid – Brigade Ahbab Al-Musthafa.
Dengan sorban merah di kepala dan rompi peluru di badan, syaikh Ali Nampak segar dan memberikan sejumlah nasehat dengan penuh semangat. Berikut terjemahan wawancara tersebut. Semoga para pemuda kaum muslimin di seluruh dunia bisa meneladani kesabaran, semangat dan jihad beliau. Amin.
Kolonel: Kami bahagia sekali bisa bertemu dengan syaikh mujahidin, anak-anaknya dan cucu-cucunya pada garis pertempuran terdepan di desa Saifu Daulah. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami bisa bertemu dengan syaikh mujahidin.
Sebenarnya, pertama saya katakan bahwa syaikh sebenarnya seorang (yang memiliki semangat seorang) pemuda. Masya Allah, pemuda yang usianya lebih tua dari kita semua. Sebenarnya ini adalah bukti atas eksistensi bangsa Suriah dan kebesaran bangsa Suriah dalam melawan penjajahan rezim Asad yang memerangi rakyat kita, menodai kehormatan rakyat kita dan menghancurkan negeri kita.
Syaikh adalah orang tua secara usia, namun beliau adalah seorang pemuda dari sisi hati, ruhani dan semangat. Beliau, anak-anaknya dan cucu-cucunya membentuk satu regu sendiri untuk memerangi rezim brutal ini. Saya sangat bangga bisa bertemu dengan beliau.”
Syaikh: Saya sangat bahagia dengan kedatangan Anda. Saya mengucapkan selamat datang kepada kalian semua. Saya mengucapkan selamat datang kepada setiap mujahid Arab warga Suriah atau selain warga Suriah yang berjihad di jalan Allah.
Kita keluar berperang di jalan Allah, semata-mata untuk meninggikan kalimat Allah. Karena penguasa kafir (Bashar Asad, pent) ini memerangi agama kita, negeri kita, kehormatan kita, dan harta kita. Ia membunuh kaum laki-laki, wanita dan anak-anak. Kebiadaban yang paling keji dalam sejarah manusia yang pernah terjadi sepanjang zaman. Tidak ada yang lebih biadab dari orang ini dan kelompok pendukungnya.
Oleh karena itu wajib atas seorang warga Arab Suriah yang mampu memanggul senjata untuk keluar berjihad, baik anak kecil maupun orang dewasa. Setiap warga muslim Suriah wajib untuk berangkat berperang, tidak boleh diam saja. Hari ini rezim membunuh anak tetangamu, besok pagi rezim akan membunuh anakmu. Hari ini rezim meruntuhkan rumah tetanggamu, besok pagi rezim akan meruntuhkan rumahmu.
Sebab rezim ini tidak segan untuk melakukan kebiadaban apapun. Kebiadabannya bahkan melanda semua orang dan negara tetangga kita. Kebiadabannya telah menjangkau Lebanon. Rezim mengerahkan pesawat tempur dan tank untuk memadamkan revolusi Suriah.
(Syaikh mengangkat tangan kirinya dan berkata dengan lantang):
Revolusi Suriah adalah kawah api yang selamanya tidak ada seorang pun di seluruh dunia ini yang mampu memadamkannya.
(Anak-anak dan cucu-cucu syaikh bertakbir: Allahu akbar…Allahu akbar).
Kita insya Allah adalah kawah api, hanya ada dua pilihan, kita semuanya mati syahid atau meraih kemenangan.
(Anak-anak dan cucu-cucu syaikh kembali bertakbir: Allahu akbar…Allahu akbar).
Kolonel: Kemenangan, insya Allah.
Syaikh: Insya Allah.
Kolonel: Kemenangan, insya Allah, dalam waktu yang dekat dan segera.
(muhib almajdi/arrahmah.com)