Ormas Islam kembali diobok-obok oleh tangan-tangan jahil yang membenci tegaknya syariat Islam. Kali ini Front Pembela Islam (FPI) yang menjadi sasaran tembak. Mengutip seorang pejabat senior BIN, Yahya Assegaf, Wikileaks mengumbar telegram rahasia yang mengungkapkan pemanfaatan FPI yang dianggap sebagai ‘attack dog’ Polri. Ada apa di balik ini semua? Berikut wawancana eksklusif dengan Munarman, SH., selaku Ketua Dewan Pengurus Pusat Front Pembela Islam (FPI) di kantor beliau, Senin (5/09/2011).
Arrahmah.com (AR) : Assalamu’alaikum.wr.wb!
Munarman (MR) : Wa’alaikumussalam.wr.wb!
AR : Sebelumnya Taqabbalallahu minna wa minkum, Bang!
MR : Taqabbal Ya Kariem…!
AR: Wikileaks membocorkan kawat diplomatik kedubes AS tertanggal 19 Februari 2006 yang mengutip pernyataan anggota BIN, Yahya Assegaf bahwa FPI adalah “attack dog” bagi kepolisian. Bagaimana menurut Abang?
MR : Pertama, penggunaan pilihan-pilihan kata yang digunakan oleh diplomat Amerika menurut saya adalah pilihan-pilihan kata yang sangat kasar, dengan “attack dog” tadi misalnya. Jadi, ini memang gaya Amerika, gaya koboi Amerika, yang memandang rendah semua yang di luar kelompok mereka. Kedua, yang perlu ditelusuri adalah sumber dari diplomat Amerika, karena Wikileaks mendapat sumber dari diplomat Amerika. Nah, diplomat Amerika ini mendapat sumber dari mana. Ternyata diplomat Amerika ini mendapat sumber dari orang BIN (Badan Intelejen Negara) yang bernama Yahya Assegaf. Itu disebut dalam kawat rahasia tersebut. Saya perhatikan, paling tidak ada dua kali, nama Yahya Assegaf ini keluar dari Wikileaks dan disebut sebagai orang BIN, yang pertama dokumen tentang FPI ini, dan yang sebelumnya adalah dokumen bahwa di lingkungan istana penasehat utamanya adalah istri presiden, itu sumbernya juga Yahya Assegaf. Ini artinya, sumber informasi ini adalah dari orang Indonesia juga,dan celakanya, dia adalah orang BIN. Nah, yang perlu kita perhatikan adalah, kalau di Amerika, identitas anggota CIA tidak bisa dibuka, bahkan para aparat pemerintah yang ada di Amerika, kecuali direktur CIA, dan menteri pertahanan, dan presiden, tidak tahu siapa agen CIA itu. Nah, di Indonesia ini aneh, agen BIN, jelas-jelas menyatakan dirinya sebagai agen, itu diketahui oleh kedutaan asing. Jadi artinya apa, fungsi-fungsi kontra intelejen tidak bisa dilakukan lagi oleh BIN ini, karena agen-agennya sudah diketahui orangnya siapa saja. Justru yang sekarang ini terjadi, agen BIN membocorkan atau lebih tepatnya menjual informasi kepada diplomat Amerika. Ini sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan. Karena jika agen BIN telah menjual informasi kepada pihak asing, apalagi Amerika, maka ini sudah masuk kategori pengkhianatan, apalagi kalau dijual ke pihak AS yang dikenal selalu memiliki agenda untuk intervensi. Inilah kondisi Negara ini, agen-agen intelejennya dikuasai oleh pihak-pihak asing. Ketiga, yang perlu dikritisi adalah akurasi berita yang disampaikan oleh Yahya Assegaf. Kenapa, Yahya ini dulu pernah mencoba menyusup kepada FPI untuk mengendalikan FPI tentunya, bahkan untuk mengaborsi FPI sebagai sebuah gerakan. Dengan cara apa, yakni dengan cara memprovokasi FPI supaya melakukan tindakan keras melawan polisi dengan cara zero sum game, mati atau hidup. Inikan provokasi yang dilakukan ketika FPI saat itu masih belum siap, baik dari sisi organisasi maupun segala macam, dan FPI tidak disiapkan untuk berkonfrontasi seperti itu. Karena dia gagal memprovokasi, maka kemudian dia mengatakan bahwa FPI adalah ‘attack dog’ polisi, karena tidak mau diprovokasi untuk melawan polisi. Itu sebetulnya kesimpulan Yahya Assegaf yang dijual kepada diplomat Amerika. Jadi bahasa bahwa FPI adalah ‘attack dog’ itu analisa Yahya Assegaf yang tidak bisa memprovokasi FPI untuk melawan polisi. Bahkan di dalam dokumen Wikileak disebut FPI akhirnya menjadi ‘monster’, ini artinya FPI tidak ada yang bisa mengendalikan, dan itu artinya kegagalan. Itu yang harus dilihat, jadi tidak ada yang bisa mengendalikan FPI!
Kemudian, pernyataan lainnya dari dia tentang FPI sudah jadi tradisi dibiaya oleh BIN dan polisi adalah hal yang tidak ada faktanya. Pernyataan itu keluar karena dia kecewa tidak bisa mengendalikan FPI dan dia ketahuan oleh para pengurus FPI bahwa dia adalah orang intelejen. Maka dia melakukan black propaganda, memfitnah FPI sebagai ‘attack dog’polisi. Jadi, ini poin penting dari dokumen yang telah dikeluarkan oleh Wikileaks.
AR : Apa motivasi Yahya Assegaf menyusup ke FPI?
MR : Sebetulnya dalam teori intelejen ada yang namanya aborsi gerakan, jadi yang dilakukan ke FPI dulu adalah menyusup lalu memprovokasi dan membunuh gerakan tersebut ketika sebelum waktunya, sebagaimana aborsi dalam pengertian medis, dikeluarkan sebelum waktunya. FPI diprovokasi untuk melakukan tindakan yang konfrontatif sebelum waktunya, jadi diharapkan, pada akhirnya tidak ada gerakan Islam di Indonesia yang mampu melakukan koreksi dan mampu menjalankan syariat Islam. Itu sebenarnya agenda utamanya.
AR : Apakah ada kaitan dengan Wikileaks yang selalu membocorkan informasi-informasi penting di negeri ini ?
MR : Saya kira begini, kalau kita lihat pola yang ada di Wikileaks maka mereka selalu mengambil sumbernya dari kawat diplomatik kedutaan Amerika di seluruh dunia, baik itu Indonesia, Malaysia, hampir semua Negara pernah dibocorkan oleh Wikileaks dan itu sumber satu-satunya adalah kawat diplomatik yang merupakan laporan diplomat-diplomat Amerika kepada Washington. Namun kita harus melihat dengan jernih, belum pernah ada bocoran kawat diplomatik oleh kedutaan Amerika di Tel Aviv, Israel. Jadi tidak pernah ada penilaian oleh diplomat Amerika terhadap kondisi Israel yang dibocorkan oleh Wikileaks. Ini adalah sebuah fakta yang harus menjadi perhatian. Dari sini sebetulnya kita bisa melihat sebetulnya fungsi dari Wikileaks adalah membuat destabilisasi di rezim-rezim dimana Negara yang rezimnya sudah tidak disukai Amerika, untuk menggoyang. Ini ada pemanfaatan. Jadi, bisa saja ketika pendiri Wikileaks Julian Assange didakwa memperkosa dan sebagainya itu adalah sebuah skenario, karena di dalam gerakan zionis internasional, para tokohnya diperankan diburu dan tertindas. Jadi, mereka ingin mengesankan kepada publik bahwa tokoh mereka ditindas, sebagaimana Julian Assange yang dikejar dan di cap sebagai orang yang ditindas karena telah membocorkan informasi. Itu agar Julian dan Wikileaks tidak lagi dicurigai. Terbukti Amerika sampai saat ini juga tidak melakukan apapun kepada Julian Assange. Jadi ini memang pola mereka. Ini taktik khas geraka zionisme internasional, yakni memberi kesan bahwa mereka adalah korban. Jadi, apa yang keluar dari Wikileaks langsung saja diterima dan tidak dipertanyakan lagi. Padahal, kalau kita perhatikan hingga saat ini Wikileaks tidak pernah membocorkan kawat rahasia tentang Israel! Ini khas betul sebagai sebuah gerakan zionis internasional.
AR : Kembali ke Yahya Assegaf, pemberi informasi ke Wikileaks. Siapa dia sebenarnya? Ada informasi, anaknya ternyata juga anggota BIN dan ikut mendirikan organisasi zionis internsional.
MR : Informasi yang kita punya, dan ini sudah ditulis oleh bocoran Wikileaks bahwa kedubes Amerika mendapatkan informasi dari agen senior BIN yang bernama Yahya Assegaf. Jadi bukan kita yang menginformasikan bahwa Yahya ini agen BIN, melainkan Wikileaks sendiri. Informasi yang lain juga menyebutkan bahwa dia memang agen BIN, dan memang tugasnya dia adalah masuk ke berbagai pergerakan Islam, termasuk anaknya. Anaknya yang bernama Hani Yahya Assegaf, yang menggunakan nama Israel, Hansagov, bahkan mendirikan Indonesia Israel Public Affairs Comitte (IIPAC), sebuah LSM yang memiliki agenda untuk mempromosikan zionisme internasional. Itu ada di anggaran dasar IIPAC, tujuannya jelas adalah membangun hubungan dengan Israel dan pada tingkatan yang kongkrit secara politik sampai berdirinya kedutaan besar Israel di Indonesia. Bahkan dalam beberapa wawancara di media, orang-orang IIPAC menyatakan akan mempromosikan beberapa nama untuk menjadi presiden. Itu artinya, supaya ketika mereka memiliki pengaruh kepada kandidat presiden dan berhasil menjadikan kandidat tersebut presiden, maka harapan mereka akan terwujud, yakni mendirikan kedutaan Israel di Indonesia. Itulah agenda utamanya. Beberapa informasi lain bahkan menyebutkan bahwa Hani Yahya Assegaf ini juga menyusup ke berbagai aktivis Islam lainnya, termasuk aktivis-aktivis gerakan jihad, bahkan dikabarkan sempat tidur bersama, sempat membiayai. Bahkan dia sempat memberi uang sampai hampir 1.000 dollar kepada aktivis gerakan jihad, untuk mendapatkan informasi segala macam, membiayai keberangkatan ke luar negeri, membuatkan paspor palsu, kepada aktivis-aktivis gerakan Islam dan gerakan jihad, tujuan utamanya kembali kepada menggunakan taktik aborsi, agar ketika jaringannya diketahui lalu diprovokasi agar melakukan tindakan yang bisa dihukum, itu akan diserang dengan proses hukum agar gerakannya mati. Itu sebenarnya agenda mereka kepada gerakan Islam!
AR : Mengapa Wikileaks tiba-tiba keluarkan bocoran ini?
MR : Setelah beberapa waktu lalu media massa dipenuhi dengan agenda pembubaran ormas Islam, dan kini isu tersebut sudah menurun. Artinya mereka tidak berhasil menggunakan cara itu. Sekarang mereka mengubah taktik, dengan pembusukan. Oleh karena itu, mereka menyebarkan informasi yang kredibel tadi, yang orang tanpa reserve, yang orang tidak lagi kritis, dan akhirnya informasi tadi dikutip oleh pelbagai media, untuk menjatuhkan kredibilitas dengan menganggap gerakan-gerakan Islam adalah menjadi semata-mata alat suatu rezim tertentu saja, yang dalah hal ini adalah polisi. Itu yang mereka mau sebenarnya sekarang ini. Dan lagi-lagi cara-cara seperti ini, yakni menghancurkan kredibilitas gerakan Islam adalah ciri khas gerakan zionisme internasional.
AR : Kalau begitu FPI difitnah?
MR : Dalam soal ini ya! Meski saya sendiri baru di FPI, tapi saya sudah klarifikasi ke pengurus-pengurus lama, dan mereka menyatakan bahwa tidak pernah ada itu, donator sebagaimana yang pernah mereka sebutkan, tidak pernah ada itu. Kalau benar ada, mungkin FPI gedungnya sudah 10 lantai. FPI juga tidak lagi repot minta sumbangan. Karena saat ini, kalau hendak mengadakan kegiatan tertentu, maka kita sumbangan, keluar dari kantong masing-masing, baik pengurus maupun jama’ah. Nah, itu yang coba mereka berangus, yakni eksistensi gerakan Islam, bukan cuma FPI saja.
AR : Kalau FPI sendiri memiliki prosedur standar operasional kalau ingin aksi?
MR : Jelas, ada di prosedur juang kita, ada 10 tahapan, 10 tahapan tersebut bisa memakan waktu sekitar 2 bulan sampai 1 tahun. Dimulai dengan berkirim surat terlebih dahulu, mengirimkan peringatan, mengirimkan surat protes kepada pejabat yang berwenang, sampai akhirnya demo dan aksi. Dalam setiap prosedur tersebut ada larangan melanggar hukum agama dan Negara. Jadi saya kira apa yang terjadi belakangan ini di berbagai tempat ada campur tangan dari agen-agen intelejen. Sebagaimana saya ceritakan tadi, dulu anaknya Yahya Assegaf, yakni Hani Assegaf, pernah menceritakan kepada seseorang bahwa dia pernah mencoba memprovokasi FPI agar melawan polisi dengan bambu runcing. Ini contoh dari penyusupan dan provokasi untuk melawan dengan membabi buta dan tanpa strategi.
AR : Melihat kondisi ini, apa pesan untuk ormas Islam dan kaum Muslimin?
MR : Saya kira yang penting untuk dibangun, baik itu aktivis Islam, maupun ormas Islam, adalah sense of intelegent, kemampuan atau daya sensitive untuk melakukan kontra terhadap intelejen. Saya kira ini yang masih lemah di pergerakan Islam. Karena saya kira aktivis pergerakan Islam ini berfikirnya husnudzon atau berprasangka baik, sebelum terbukti bersalah. Ini sah-sah saja dan juga tuntunan dari Rasulullah SAW. Hanya saja kita harus melihat kepada siapa kita harus su’udzon atau berprasangka buruk. Artinya kalau kepada fihak-fihak yang jelas-jelas memiliki agenda menentang penegakan syariat Islam, maka kita harus waspada betul. Hal ini juga dicontohkan sebagaimana dalam Al Qur’an Surat At Taubah, ayat 108 sampai 110.
AR : Terakhir bang, bagaimana dengan Ahmadiyyah, FPI masih terus upayakan pembubarannya?
MR : Terus, itu terus. FPI akan menggunakan mekanisme yang disediakan untuk membubarkan Ahmadiyyah, yakni wewenang presiden. Untuk ditingkat awam umat Islam, kita sudah berhasil dengan mensosialisasikan bahwa Ahmadiyyah itu sesat. Orang sekarang sudah tahu semua bahwa Amadiyyah itu sesat. Satu agenda itu sudah tercapai. Tinggal lagi secara hukum, dan itu kewenangan Negara, kewenangan presiden untuk membubarkan Ahmadiyyah, dan itu akan kita desak terus! Jangan lupa juga, FPI melihat, di belakang Ahmadiyyah ini dan merupakan perisai mereka adalah kaum liberal, baik yang ada di lingkungan kekuasaan, kalangan LSM, maupun media. Mereka inilah yang melindungi Ahmadiyyah sebetulnya, sehingga Negara ini tidak mampu menjalankan tugasnya. Mereka-mereka inilah yang sebenarnya melanggar hukum, menentang hukum yang mereka buat sendiri. Mereka ini khawatir dengan gerakan Islam dan kebangkitan Islam. Jadi, mereka menginginkan gerakan Islam hilang atau hancur. Sehingga mereka berupaya mengaborsi gerakan Islam atau menghancurkan kredibilitasnya.
AR : Jazakallah bang, Wassalamu’alaikum.wr.wb!
MR : Wa iyyakum, Wa’alaikumussalam.wr.wb!
(M Fachry/arrahmah.com)