(Arrahmah.id) – Dalam sebuah wawancara eksklusif yang berlangsung di jantung ibu kota Damaskus, Ahmed Asy Syaraa, pemimpin administrasi transisi Suriah, berbicara blak-blakan kepada stasiun televisi Al-Arabia. Wawancara ini mengupas perjalanan dramatis Suriah pasca kejatuhan rezim, strategi membangun kembali negara yang porak-poranda, hingga visi besar untuk masa depan kawasan.
Diterjemahkan dan disusun oleh Arrahmah Media untuk pembaca setia Arrahmah.id.
Pembukaan Wawancara:
Selamat datang, pemirsa yang terhormat. Saya Thaher Barakah menyapa Anda dari ibu kota Suriah, Damaskus. Ini adalah wawancara eksklusif dengan Ahmed Asy-Syaraa, pemimpin administrasi transisi baru di Suriah.
Selamat datang, Tuan Ahmad Asy-Syaraa, di saluran Al-Arabia. Terima kasih telah memilih jaringan ini untuk wawancara televisi pertama Anda dalam bahasa Arab.
Thaher Barakah:
Bagaimana Anda menilai pengalaman sejarah yang dijalani Suriah dalam 20 hari terakhir setelah kejatuhan rezim?
Asy Syaraa:
Bismillah. Periode ini sebenarnya 20 hari, tetapi sebelumnya ada 14 tahun penderitaan. Banyak orang yang harus meninggalkan rumah mereka, menjadi pengungsi, tenggelam di laut, atau terpaksa pindah ke negara baru. Sebagian menghirup gas kimia, dan banyak yang mengalami penyiksaan serta kehilangan orang-orang terkasih. Penderitaan ini sangat besar.
Selain itu, rezim sebelumnya tidak memberikan solusi politik meskipun ada banyak kesempatan yang menguntungkan mereka. Kompleksitas konflik di Suriah menjadi sangat rumit. Kita berbicara tentang wilayah geografis kecil yang menjadi tempat bertemunya kepentingan banyak kekuatan besar, seperti Rusia dan Amerika Serikat, yang juga terlibat di timur laut Suriah. Ada juga negara-negara kawasan seperti Iran, Turki, dan Israel yang turut campur tangan, serta kepentingan negara-negara Teluk yang terlibat secara tidak langsung.
Konflik ini menyebabkan kebuntuan politik. Akibatnya, rakyat Suriah tidak punya pilihan selain mengambil solusi militer. Dalam operasi militer, kami berusaha mempertimbangkan beberapa hal, seperti mengembalikan pengungsi ke rumah mereka dan memastikan tidak ada kerusakan besar di kota-kota besar saat pasukan kami masuk.
Kami berhasil memasuki kota-kota besar tanpa menghancurkannya. Meski melalui operasi militer, kami menjaga agar kerusakan infrastruktur seminimal mungkin. Alhamdulillah, kami mampu menjalankan operasi ini secara efektif. Tidak hanya dengan kekuatan militer, tetapi juga didukung oleh berbagai institusi sipil seperti kebersihan, pendidikan, kesehatan, dan sektor energi. Dengan demikian, transisi kekuasaan dari pemerintah sebelumnya ke pemerintah saat ini berjalan lancar.
Thaher Barakah:
Bagaimana Anda melihat tahap ini dalam konteks sejarah?
Asy Syaraa:
Ini adalah momen bersejarah yang penting di wilayah kami. Kawasan ini hampir memasuki perang regional besar. Ada pembicaraan tentang kemungkinan intervensi militer Israel di Suriah, yang digadang-gadang sebagai perang terbesar setelah konflik Gaza dan Lebanon. Jika ini terjadi, akan memicu kekhawatiran besar di kawasan dan memengaruhi hubungan internasional, termasuk meningkatkan ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia.
Namun, dengan operasi militer kami yang cepat, kami mampu mencegah risiko besar ini. Kami berhasil mengamankan kawasan, termasuk keamanan Teluk Arab, untuk 50 tahun ke depan. Kami juga menjamin keamanan nasional Suriah dan kawasan sekitarnya.
Thaher Barakah:
Anda menyebut bahwa operasi ini telah mengamankan keamanan kawasan, termasuk Teluk, hingga 50 tahun ke depan. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini secara logis?
Asy Syaraa:
Proyek ekspansi revolusi Iran ke negara-negara Arab, dengan dalih mendukung Palestina, telah membawa dampak besar pada kawasan. Dimanapun Iran hadir—seperti di Irak, Lebanon, atau Suriah—selalu diiringi oleh konflik sektarian, korupsi administratif, dan maraknya produksi serta penyebaran narkotika, seperti captagon.
Damaskus, kota bersejarah dan salah satu kota tertua di dunia, telah berubah menjadi pusat produksi captagon terbesar di dunia di bawah pengaruh rezim sebelumnya. Keamanan Suriah sangat memengaruhi stabilitas kawasan. Ketika Suriah aman, kawasan akan stabil. Namun, jika Suriah tidak aman, seluruh kawasan akan terpengaruh negatif.
Apa yang telah kami lakukan adalah mengakhiri “penyakit” ini yang melanda negara-negara Arab selama lebih dari 40 tahun. Kami tidak menyerang Iran atau Lebanon Selatan. Kami hanya membebaskan desa-desa dan kota-kota kami sendiri, yang sebelumnya dihancurkan oleh rezim. Inilah sebabnya rakyat bersuka cita atas pembebasan wilayah-wilayah ini.
Thaher Barakah:
Apakah Anda dianggap sebagai pembebas Suriah oleh rakyat?
Asy Syaraa:
Pembebasan Suriah adalah hasil kerja keras banyak pihak. Setiap orang yang meninggalkan rumahnya, yang berkorban, yang terbunuh, yang disiksa, dan yang bekerja dalam organisasi amal atau mendukung revolusi Suriah, semuanya berperan dalam pembebasan ini. Saya hanya alat yang Allah Subhanahu wataa’ala gunakan untuk melayani rakyat dan mengelola situasi ini.
Tanpa kesabaran mereka yang hidup di pengungsian selama 14 tahun, yang menahan dingin, panas, dan bahkan kehilangan segalanya, kami tidak akan mencapai apa yang telah kami capai hari ini.
Thaher Barakah:
Apakah Ahmed Asy Syaraa akan menjadi presiden berikutnya di Suriah?
Asy Syaraa:
Saat ini ada beberapa tahap yang harus dilalui Suriah. Tahap pertama adalah transisi langsung untuk mengelola negara agar institusi-institusinya tidak runtuh. Tahap kedua adalah periode transisi, yang memerlukan kriteria khusus bagi siapa saja yang ingin memimpin Suriah di masa depan.
Kami membutuhkan penulisan ulang konstitusi atau revisi konstitusi lama. Ini adalah proses panjang yang mungkin memakan waktu dua hingga tiga tahun, melibatkan pakar hukum dan internasional untuk memastikan konstitusi baru tersebut sesuai dengan aspirasi rakyat Suriah dan mampu bertahan lama.
Proses ini bukan sesuatu yang dapat diselesaikan dengan cepat karena kami sedang membangun kembali negara dari awal, bukan hanya melanjutkan sistem yang ada sebelumnya. Ada banyak kerusakan pada infrastruktur, pendidikan, ekonomi, dan masyarakat yang disebabkan oleh rezim sebelumnya selama lebih dari 50 tahun.
Asy Syaraa:
Momen ini adalah kesempatan besar, mungkin hanya datang sekali dalam 60 tahun. Oleh karena itu, kita harus membangun sistem hukum dan konstitusi yang kuat agar pengalaman buruk selama 60 tahun terakhir tidak terulang lagi.
Mengenai pemilu, infrastrukturnya saat ini sangat tidak memadai. Kami membutuhkan waktu untuk membangun kembali sistem ini. Ada lebih dari 15 juta orang Suriah yang menjadi pengungsi atau kehilangan tempat tinggal, dan sebagian besar dari mereka tidak memiliki catatan administratif yang stabil.
Proses penghitungan populasi akan memakan waktu lama. Misalnya, banyak yang pergi saat mereka masih anak-anak dan sekarang sudah dewasa. Semua itu harus dicatat dengan akurat, termasuk kelahiran dan kematian. Tanpa data ini, pemilu akan menjadi tidak valid. Kami memerlukan waktu untuk mempersiapkan sistem pemilu yang transparan dan akurat.
Thaher Barakah:
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali infrastruktur dasar seperti listrik, air, dan sistem mata uang?
Asy Syaraa:
Saya yakin dalam waktu satu tahun, perubahan besar akan terlihat dalam hal layanan dasar ini. Kami bekerja keras untuk memastikan bahwa kebutuhan mendesak rakyat dapat terpenuhi secepat mungkin.
Thaher Barakah:
Beberapa pihak khawatir akan adanya dominasi satu kelompok dalam pengangkatan pejabat saat ini. Bagaimana Anda merespons hal ini?
Asy Syaraa:
Saat ini, kami membutuhkan tim yang terintegrasi dan solid untuk bekerja sama dalam periode transisi. Namun, kami tidak ingin mendistribusikan jabatan seperti hadiah berdasarkan etnis, sekte, atau partai, yang hanya akan melumpuhkan institusi negara seperti yang terjadi di beberapa negara tetangga.
Kami lebih memilih pendekatan berdasarkan kompetensi, memastikan bahwa orang-orang yang mengelola tahap ini memiliki kemampuan yang sesuai. Ketika kita mencapai fase pemerintahan sementara yang lebih stabil, partisipasi dari berbagai pihak akan lebih terbuka.
Thaher Barakah:
Apakah Anda menolak model pembagian kekuasaan yang berdasarkan sekte atau kelompok?
Asy Syaraa:
Benar, pembagian kekuasaan seperti itu hanya akan menghancurkan Suriah. Sebaliknya, kami ingin membangun negara berdasarkan hukum dan kompetensi, bukan sekte atau kepentingan pribadi.
Thaher Barakah:
Apakah ini berarti tidak akan ada tempat bagi mereka yang selama ini disebut sebagai oposisi?
Asy Syaraa:
Kami tidak bisa membandingkan oposisi dengan rezim sebelumnya. Mereka adalah orang-orang yang berkorban untuk revolusi ini, meninggalkan rumah mereka, dan menjadi pengungsi di negara-negara tetangga. Namun, dengan kejatuhan rezim, alasan keberadaan institusi oposisi tersebut juga ikut hilang.
Hari ini, kita membutuhkan persatuan di bawah naungan negara, membangun hukum, konstitusi, dan strategi pembangunan besar untuk Suriah.
Thaher Barakah:
Apakah ini berarti bahwa koalisi oposisi yang ada sekarang harus membubarkan diri?
Asy Syaraa:
Tidak, itu tidak berarti mereka harus pergi begitu saja. Sebaliknya, mereka dapat berkontribusi dalam membangun negara baru Suriah, seperti warga negara lainnya. Mereka memiliki pengalaman yang sangat penting, dan prioritas mereka adalah membantu negosiasi dan berkomunikasi dengan masyarakat internasional.
Thaher Barakah:
Apakah keputusan internasional seperti Resolusi 2254 masih relevan di kondisi saat ini?
Asy Syaraa:
Ketika kami melancarkan operasi militer, kami memperhitungkan inti dari Resolusi 2254, seperti memastikan kembalinya pengungsi dan pembebasan para tahanan. Kami telah mengamankan ini melalui tindakan nyata.
Misalnya, kami berhasil memulangkan pengungsi dan membebaskan tahanan dari seluruh cabang keamanan di Suriah, meskipun kondisi mereka sangat menyedihkan. Selain itu, transisi kekuasaan berlangsung secara damai. Rezim sebelumnya melarikan diri, dan pemerintahan baru mengambil alih tanpa konflik besar.
Namun, beberapa elemen dalam Resolusi 2254 sekarang tidak relevan, karena situasinya telah berubah sejak resolusi itu disahkan pada tahun 2015.
Thaher Barakah:
Bagaimana Anda melihat peran PBB dalam proses ini?
Asy Syaraa:
PBB memainkan peran penting dalam memberikan bantuan kemanusiaan, tetapi mereka gagal dalam hal lain. Mereka tidak mampu membebaskan satu tahanan pun selama 14 tahun atau mengembalikan satu pengungsi. Mereka juga tidak berhasil mencapai solusi politik dengan rezim sebelumnya.
Namun, kami tidak menolak kerja sama dengan PBB. Kami siap bekerja bersama mereka dalam kerangka baru yang lebih sesuai dengan realitas saat ini.
Thaher Barakah:
Bagaimana Anda menanggapi kekhawatiran beberapa pihak bahwa Suriah baru akan menjadi basis bagi kelompok-kelompok ekstremis?
Asy Syaraa:
Kami telah menyatakan dengan jelas bahwa Suriah tidak akan menjadi basis bagi kelompok ekstremis atau ancaman bagi negara tetangga. Kami berkomitmen untuk membangun hubungan strategis dengan semua pihak demi pembangunan ekonomi.
Kami ingin Suriah menjadi negara yang stabil, yang bekerja sama dengan semua negara di kawasan ini. Kami menolak gagasan ekspor revolusi atau dukungan terhadap kelompok yang dapat mengganggu stabilitas regional.
Thaher Barakah:
Apa pandangan Anda terhadap langkah dan pernyataan baru-baru ini dari Arab Saudi tentang Suriah?
Asy Syaraa:
Kami sangat menghargai langkah positif yang diambil Arab Saudi. Stabilitas Suriah secara langsung berdampak pada stabilitas Arab Saudi dan negara-negara Teluk. Kami percaya Arab Saudi akan menjadi mitra strategis dalam pembangunan kembali Suriah, dan kami berharap hubungan ini terus berkembang.
Thaher Barakah:
Bagaimana Suriah dapat memanfaatkan visi pembangunan ekonomi Arab Saudi, seperti Visi 2030?
Asy Syaraa:
Arab Saudi telah membangun infrastruktur besar dan bergerak dari ketergantungan penuh pada minyak menuju diversifikasi ekonomi. Saya mengikuti banyak proyek besar dan berani yang telah mereka lakukan, dan ini adalah contoh yang perlu diikuti oleh negara-negara kita.
Suriah memiliki peluang besar untuk belajar dari pengalaman ini, terutama dalam membangun kembali ekonominya yang hancur. Kita harus memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang beragam dan berkelanjutan, bukan hanya bergantung pada satu sektor saja.
Thaher Barakah:
Bagaimana Anda menanggapi pernyataan Iran yang mengatakan bahwa mereka tidak mengakui adanya kemenangan revolusi Suriah?
Asy Syaraa:
Saya berharap Iran mempertimbangkan kembali kebijakan mereka di kawasan ini. Campur tangan mereka telah menyebabkan luka mendalam di Suriah, terutama melalui dukungan mereka terhadap rezim sebelumnya dan membawa Rusia ke dalam konflik.
Kami ingin membangun hubungan dengan Iran berdasarkan prinsip diplomasi dan saling menghormati, tanpa campur tangan dalam urusan internal masing-masing negara. Namun, mereka harus mengakui bahwa rakyat Suriah adalah pemenang sejati dalam revolusi ini, dan keputusan mereka harus dihormati.
Thaher Barakah:
Apakah Anda berencana menuntut Iran atau Hizbullah atas kerusakan yang mereka sebabkan?
Asy Syaraa:
Kami belum memikirkan hal ini secara mendalam. Saya akan menyerahkan masalah ini kepada komite hukum. Fokus kami saat ini adalah menenangkan situasi dan membangun hubungan yang seimbang. Kami ingin menyembuhkan luka rakyat Suriah terlebih dahulu.
Thaher Barakah:
Bagaimana hubungan Anda dengan Rusia, terutama setelah tekanan yang mereka hadapi dari Barat?
Asy Syaraa:
Rusia adalah negara penting dan memiliki hubungan strategis yang dalam dengan Suriah. Sebagian besar peralatan militer dan infrastruktur energi kami berasal dari Rusia. Kami tidak ingin memutus hubungan ini atau terlibat dalam konflik antara Rusia dan Barat.
Kami percaya bahwa hubungan dengan Rusia harus tetap berlanjut dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat Suriah. Kami juga berharap perang di Ukraina segera berakhir karena dampaknya terasa di seluruh dunia, termasuk di Suriah.
Thaher Barakah:
Apakah Anda berkomunikasi dengan pemerintah Amerika Serikat saat ini, terutama dengan kemungkinan kembalinya Donald Trump?
Asy Syaraa:
Kami telah berkomunikasi dengan Departemen Luar Negeri AS, termasuk kunjungan dari Barbara Leaf ke Damaskus. Kami menekankan bahwa sanksi yang diberlakukan pada Suriah harus dicabut, karena alasan utama sanksi tersebut—yaitu kejahatan rezim sebelumnya—sudah tidak relevan lagi.
Jika Amerika ingin menunjukkan dukungan nyata kepada rakyat Suriah, mereka harus mencabut sanksi ini tanpa negosiasi atau persyaratan tambahan.
Thaher Barakah:
Bagaimana dengan masalah yang masih ada di timur laut Suriah, terutama terkait hubungan dengan Kurdi?
Asy Syaraa:
Kami ingin menyelesaikan masalah ini secara internal, dengan prinsip-prinsip utama seperti menolak pembagian wilayah Suriah dalam bentuk apa pun, termasuk federalisme. Suriah belum siap untuk sistem seperti itu, karena ini hanya akan mengarah pada perpecahan.
Kami juga menegaskan bahwa Suriah tidak akan menjadi basis bagi kelompok bersenjata yang menargetkan negara tetangga, seperti PKK yang telah menyebabkan ketidakstabilan di Turki.
Kurdi adalah bagian dari rakyat Suriah, dan mereka telah mengalami penderitaan yang sama seperti kami. Kami berkomitmen untuk melindungi mereka dan memastikan mereka dapat kembali ke desa-desa mereka yang sempat mereka tinggalkan.
Thaher Barakah:
Bagaimana jika terjadi demonstrasi menentang Anda di Damaskus?
Asy Syaraa:
Demonstrasi adalah hak rakyat, selama dilakukan dalam kerangka hukum dan tidak melanggar ketertiban umum. Jika terjadi pelanggaran, tentu aparat keamanan akan bertindak.
Namun, saya percaya bahwa perbedaan pendapat adalah bagian alami dari demokrasi, dan kami akan memanfaatkan perbedaan ini untuk memperkaya dialog nasional.
Thaher Barakah:
Anda dibesarkan di Riyadh. Apa yang Anda ingat dari masa kecil Anda di sana?
Asy Syaraa:
Saya merasa sangat terhubung dengan Arab Saudi. Meskipun masa kecil saya di Riyadh tidak lama, saya memiliki banyak kenangan indah tentang keramahan orang-orang di sana. Saya kembali ke Riyadh pada tahun 2000, dan setiap kali saya mengenang tempat itu, selalu ada perasaan hangat di hati saya.
Thaher Barakah:
Terima kasih, Ahmed Asy Syaraa, atas wawancara yang sangat informatif ini.
Asy Syaraa:
Terima kasih juga, dan semoga Allah memberkati Anda.
(Samirmusa/arrahmah.id)