(Arrahmah.com) – Kantor berita Yafa melakukan wawancara dengan komandan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) atau Ansar Al-Shariah, Abu Hafsah Al-Daudi yang berperang di provinsi Sa’dah, Yaman dengan kelompok Syi’ah Houthi. Dalam wawancara ini, Abu Hafsah menjelaskan tentang beberapa kenyataan lapangan perang melawan Houthi yang telah menyerang kaum Muslimin Ahli Sunnah di Sa’dah.
Sebagian besar media melaporkan tentang pertempuran di Sa’dah ini berbeda dengan kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, semoga penuturan Mujahid saudara kita ini dapat memberikan sebagian penjelasan tentang fakta pertempuran melawan para penganut Syi’ah Houthi.
***
Abu Hafsah Al-Daudi, salah satu Komandan lapangan di front Kitaf berbicara kepada kami dalam sebuah wawancara yang tidak kurang dari keterbukaan tentang jalannya perang di provinsi Sa’dah dan penangkapan para ahli Iran dan Libanon yang datang untuk melatih para Houthi dan masalah-masalah lainnya serta fakta-fakta menarik lainnya yang kami rangkum dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada dua bulan lalu setelah dua bulan dari janjinya, tetapi ia (Abu Hafsh) menjelaskan alasan-alasan khusus yang menyebabkan ia terlambat untuk diwawancara. Selamat datang Abu Hafsah dan terimakasih atas tanggapan anda, mari kita mulai wawancaranya:
Yafa News (Y.N): Ada bentrokan-bentrokan antara kalian dan suku-suku dari satu sisi, dan para Houthi di sisi lainnya, siapa yang bertanggungjawab atas perpecahan pertempuran ini?
Abu Hafsah Al-Daudi: Alasan utama adalah agresi Houthi terhadap para penuntut ilmu di Dammaj ketika agresi Houthi dimulai terhadap mereka (ahlul ilmi Dammaj) dan ini terjadi sebelum perang keenam, tetapi sekarang agresi itu kembali dan mereka mulai mengepung rakyat Dammaj sejak mereka melihat bahwa mereka (ahlul ilmi Dammaj) adalah ‘duri’ untuk sebuah ‘Negara Houthi dan kerajaan Imamah’ sehingga Houthi berusaha untuk menyingkirkan para penuntut ilmu dan para Syaikh di Dammaj dan sudah dimulai dengan mengepung mereka (ahlul ilmi) sehingga kondisi pertama mereka adalah terhadap para pelajar (yang tinggal di Dammaj –red) sebelum pengepungan terhadap orang yang ingin pergi keluar, ia bebas untuk melakukan demikian tetapi ia tidak dapat kembali ke Dammaj, kemudian pengepungan final dimulai dan tidak ada yang diizinkan untuk memasuki atau meninggalkan (Dammaj), maka ketika para Houthi melihat kesabaran dari bani Dammaj terhadap pengepungan, mereka memulai agresi militer dan kemudian masalah tersebut meningkat.
Alhamdulillah, beberapa bentrokan dimulai dan beberapa suku menanggapi dengan dukungan finansial kemudian berkembang menjadi sebuah pertempuran.
Y.N: Anda bilang bahwa para Houthi ingin mendirikan sebuah Negara Syi’ah Imamah, apa bukti anda mengenai itu?
Abu Hafsah: Ada pernyataan audio dan video dari pendiri kelompok Hussein Badar Al-Houthi yang ditemukan di situs-situs internet dan pada beberapa jaringan Salafi yang mengekspos Rafidhah di Yaman, dan rencana-rencana mereka.
Y.N: Anda memimpin sebuah kelompok di Kitaf, apakah anda mengatur kondisi untuk yang ingin bergabung dengan kalian dalam pertempuran dan adakah lokasi pertempuran selain Kitaf?
Abu Hafsah: Tidak ada pertempuran apapun seperti konfrontasi teratur selain di Kitaf, adapun untuk konfrontasi tidak teratur dalam perang gerilya, tersebar di daerah-daerah yang dikuasai Houthi. Di Kitaf, kami menerima semua Mujahidin secara umum. Disana hampir ada sembilan front dari semua kalangan seperti para pelajar Abu Al-Hassan, orang-orang dari kalangan masyarakat, para pelajar dari Al-Hajuri, Syaikh Al-Mari’ dan Ansar Al-Shariah dan lainnya. Contohnya front Marib, kebanyakan mereka adalah dari suku dan para pelajar Abu Al-Hassan dan juga ada front Al-Awlaki yang dipimpin oleh Hamza Al-Awlaki dan kebanyakan mereka adalah Hajuri (murid-murdi Syaikh Al-Hajuri –red) dan juga ada front Ansar Al-Shariah yang dipimpin oleh saya.
Sebagaimana untuk kondisi tersebut, tidak ada front lain, setahu saya. Adapun front yang saya pimpin, saya mengatur kondisi untuk mendiskusikan ide-ide dari kelompok-kelompok dan kalangan di front saya karena itulah yang menyebabkan divisi kami gagal karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.” (Al-Anfal: 46), di front lainnya ada banyak diskusi di medan ini, salah satunya menjadi fanatik tentang Syaikh dan terhadap kelompoknya.
Y.N: Mereka yang datang adalah mereka yang siap berperang atau mereka perlu dilatih?
Abu Hafsah: Kesalahan dari saudara-saudara disini adalah adanya diskualifikasi, terkadang mereka mengambil seseorang yang tidak memiliki senjata dan menempatkannya di garis depan dengan dalih untuk membangun barikade dan itu adalah salah. Allahu Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi” (Al-Anfal: 60), dan terkadang mereka mengambil seseorang dengan senjata tua – bukan otomatis – dalam pertempuran dan itu tidak sesuai dengan pertempuran semacam ini.
Y.N: Apakah kasus para pejuang masuk tanpa kualifikasi atau pelatihan masih ada?
Abu Hafsah: Ini terus menggelepar untuk sementara dan belakangan ini ada kualifikasi dan pelatihan di semua front pertempuran.
Y.N: Apakah ada peran dari Wesal channel dalam dukungan media untuk pertempuran ini?
Abu Hafsah: Ya, itu memiliki peran, tetapi sederhana saja tidak pada tingkat diwajibkan.
Y.N: Apakah dalam berbagai front ini memiliki seorang Komandan Jenderal atau setiap orang yang mengatur frontnya?
Abu Hafsah: Ya, kami memiliki komando bersatu. Kami dipimpin oleh seseorang yang bernama Nassir Ubada yang memimpin pertempuran front-front di Kitaf dan beliau yang memberikan perintah di semua front, kemudian setiap kelompok atau front mengambil orang yang dekat dengan ideologi beliau, tetapi pada akhirnya kepemimpinan dan keputusan pada satu orang saja.
Y.N: Apa tujuan kalian, apakah untuk melanjutkan perang dan memukul mundur para Houthi dan akankah kalian setuju jika mereka meminta untuk damai?
Abu Hafsah: Kami sempat terkejut atas permintaan pimpinan Houthi untuk gencatan senjata. Kami semua tahu bahwa kami memerangi mereka untuk mempertahankan kehormatan ibunda kami Aisyah radhiallahu’anhu, tetapi kami terkejut bahwa saudara kami para Hajuri berperang hanya untuk menghentikan pengepungan dan itu membuat kami bingung! Kami berperang karena Allah, maka kami terkejut bahwa para Hajuri, mereka menghentikan pengepungan dan mengakhiri perang, adapun tujuan kami adalah untuk melanjutkan pertempuran dan mempertahankan kehormatan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.
Y.N: Apakah para Houthi terkejut dengan konfrontasi ini dan melihat bahwa mereka merasa kesulitan ketika Dammaj dikepung dan suku-suku bersatu melawan mereka atau mereka berpikir bahwa mereka akan menghadapi kalian sebagaimana mereka menghadapi militer ini dalam enam perang?
Abu Hafsah: Kebingungan besar terjadi di jajaran Houthi karena kampanye ganas melawan mereka oleh saudara-saudara dan rakyat dari suku-suku, dan awalnya kami merasa kebingungan ini pada dua minggu pertama di Dammaj ketika mereka menarik semua pasukan mereka, hampir empat perlima dari pasukan mereka di Dammaj, dan mereka mulai untuk mengarahkan pasukannya ke Kitaf kemudian mereka meminta pertolongan dari semua suku yang mendukung mereka di Al-Malahiz, Sufyan dan dan seluruh daerah yang berada di bawah kendali mereka dan mereka mulai meminta bantuan untuk pasukan mereka dalam memerangai “wahabi” – seperti yang mereka katakan – dan mereka kepanikan bahkan saat di dalam rumah sakit, salah satu perempuan berkata kepada mereka: “Para wahabi telah datang dan mereka memakan segala sesuatu dan setiap orang”, bahkan semua penjaga toko mulai menyingkirkan poster-poster yang berisi slogan-slogan Houthi yang ditemukan di kota Sada’a, Kitaf, Hamzat dan lainnya. Semua itu karena ketakutan akan kemungkinan pasukan “wahabi” (seperti yang mereka katakan) masuk ke Sa’dah.
Y.N: Apa hubungannya antara Dammaj dan Kitaf? Dalam arti lain pengepungan di Dammaj dan konfrontasi di Kitaf khususnya?
Abu Hafsah: Kami ingin membuka beberapa front melawan mereka untuk meringankan tekanan di Dammaj dan ingin untuk membuka sebuah front menuju Al-Hudaydah dan lainnya menuju Harf Sufyan, tetapi kami dikejutkan bahwa suku Hashid dan Al-Hudaydah dengan tegas menolak ini dan kami mendapatkan sambutan dari suku Wa’ila penduduk distrik Kitaf dan suku ini diketahui memiliki orientasi Jihad dan Kitaf adalah lokasi terbaik yang cocok dan kemudian kami mendapatkan sambutan suku dari daerah ini untuk menjadi tempat persiapan dan perbekalan (Jihad), dan suku ini adalah Sunni (Ahli Sunnah) dan mereka adalah yang paling terkena serangan Houthi sehingga mereka akan ‘memukul dua burung dengan satu batu’, karena pertama, mereka bersikap baik dan kaum Ahli Sunnah, kedua, mereka mengamankan daerah aman untuk suku Sunni mereka.
Y.N: Saya dengar bahwa Syaikh Al-Hajuri mengirim kembali beberapa pemuda (mujahid) dan menolak mereka untuk berpartisipasi dalam pertempuran (jihad), seberapa akurat berita ini, dan mengapa?
Abu Hafsah: Syaikh tersebut tidak menerima siapapun dari Ansar Al-Shariah jika dia menyatakan secara terbuka untuk berperang dengan nama Al-Qaeda, karena tekanan politik. Adapun saya, yang adalah panggilan khusus dari dalam Abyan meskipun saya dari Ansar Al-Shariah, saya dipanggil oleh Syaikh Al-Hajuri untuk memasuki Dammaj melalui Zain Al-Yafi, salah seorang komandan Jihad melawan Houthi, dan ia meminta saya untuk membawa sebanyak mungkin saudara-saudara (Mujahidin).
Dan ketika kami mengeluh kepada Syaikh bahwa beberapa muridnya di kamp menuduh kami adalah Khawarij dan para pengikutnya, kami memberitahu Zain Al-Yafi, yang pada gilirannya memberitahu Syaikh Al-Hajuri yang memarahi dan mengkritik beberapa muridnya dan memberitahu mereka untuk tidak berbicara tentang ‘keberpihakan’ karena ini bukan waktu yang tepat untuk konflik antara aliran Islam dan sekarang kita berada di depan musuh yang berusaha membahayakan kita. Syaikh mengirim kembali setiap orang yang melakukan secara terbuka ideologi Al-Qaeda, jika ia bergabung untuk berperang diantara orang-orang, bahkan jika para komandan mengetahui bahwa ia termasuk Al-Qaeda, ia diizinkan untuk berperang dengan syarat tidak menyatakan berperang dengan nama Al-Qaeda atau Ansar Al-Shariah.
Y.N: Apakah ada statistik atau perkiraan mereka yang terbunuh dari kalangan Houthi?
Abu Hafsah: Berdasarkan dari perkataan Houthi sendiri, mereka memperkirakan bahwa hampir 700 tewas dan mereka berkomentar yang saya kira disiarkan dari Jerman, sementara apa yang saya lihat dengan mata kepala sendiri jumlah kematian lebih dari itu.
Y.N: Mengapa kalian tidak mendokumentasikan beberapa pertempuran karena video lebih memiliki efek daripada hanya mendengar berita?
Abu Hafsh: Ini apa yang saya inginkan, tetapi kami menghadapi kesulitan pendapat Fiqh para Hajuri dimana mereka sepenuhnya melarang fotografi, dan kami telah melihat bagaimana rekaman-rekaman saudara-saudara kami Mujahidin di Afghanistan memiliki efek besar pada diri-diri kami, tetapi para pengikut Hajuri akhir-akhir ini menarik foto-foto yang gugur dari kalangan mereka di Dammaj seperti yang kalian lihat di channel Wesal. Adapun utnuk front yang berada di bawah pimpinan saya, saya memiliki kamera sendiri yang merekam pelatihan dan pertempuran, dan sekarang kami sedang mempersiapkan video dalam sebuah montase untuk dipublikasikan di Youtube, segera insya’Allah.
Y.N: Apa pengalaman posisi paling indah dan paling menyedihkan yang anda lihat selama pertempuran?
Abu Hafsh: Saya tidak dapat menceritakan kepada kalian posisi yang paling indah, tetapi saya akan menceritakan posisi yang paling aneh. Ketika kami menyerang beberapa tempat para Houthi selama pertempuran, kami menemukan seorang Houthi berteriak dan kacau balau menerima kami dengan mengatakan: “Salam dan selamat datang Ahli Sunnah, seranglah para Houthi itu, semoga Allah memberikan kalian kemenangan, kami berkata kepadanya: “Di kelompok manakah engkau terlibat?”, dia berkata: “saya bersama kalian dan senjata”, kemudian kami menangkapnya. Ketika dia melihat serangan itu berpihak kepada keuntungan kami, dia mengklaim bahwa dia bersama kami. Mereka tiba-tiba melakukan Taqiyya (berpura-pura) untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.
Adapun posisi yang paling menyedihkan adalah kehilangan seseorang terdekat yang saya kenal di dunia ini, namanya adalah Ibrahimi Al-Basri. Dia dari suku saya, tetapi tinggal di Al-Bayda’. Kami menuntut ilmu bersama-sama karena saya belajar di Dammaj selama enam tahun dan kami bersama-sama setelah itu dengan Ansar Al-Shariah di Abyan kemudian kami hijrah ke Kitaf, dan di salah satu pertempuran kami terkena pecahan peluru dan luka dia lebih besar daripada saya dan ketika kami berusaha untuk membantunya, seorang penembak jitu menembak dia di kepala dan itu adalah saat yang menyedihkan bagi saya ketika ia meninggal di depan mata saya. Saya memohon kepada Allah untuk menerimanya sebagai seorang yang Syahid. Itu mengharukan jiwa saya ketika saya melihat teman saya menguburkannya, saya rasa saya merasa sedih untuknya lebih dari ibunya.
Y.N: Apakah kalian memiliki tawanan dari kalangan Houthi?
Abu Hafsah: Sebagian tawanan yang kami tangkap berpura-pura menjadi bodoh dan gila, beberapa mereka mengatakan “saya bersama kalian” dan melakukan Taqiyya, tetapi kami memiliki banyak tawanan.
Y.N: Apa sumber dukungan para Houthi?
Abu Hafsah: Kami menemukan sebagian besar dukungan untuk Houthi datang dari Iran. Ini kami temukan dengan menangkap para agen Iran dan kami menangkap para ahli Libanon dari Hizbullah Libanon yang dilatih oleh para Houthi dan kami juga menangkap seorang dokter perempuan dari Iran.
Y.N: Tipe senjata apa yang digunakan oleh para Houthi?
Abu Hafsah: Mereka menggunakan senjata yang sama dengan Republik Garda Yaman dan kami melihat bahwa itu diserahkan kepada mereka dengan keterlibatan Republik Garda dan kami menemukan pada mereka senapan sniper terbaik di dunia dari kaliber 20 dan 12,7. Senapan sniper kaliber 20 sama sekali tidak ditemukan di Yaman kecuali milik Republik Garda dan kami melihat bahwa ini hanya dikirim untuk Houthi melalui koordinasi dengan Republik Garda.
Y.N: Mengapa ada pemadaman media untuk apa yang terjadi di pengepungan Dammaj dan perluasan Houthi? Malahan semua media dimobilisasi untuk melawan Al-Qaeda di Abyan dan lainnya?
Abu Hafsah: Pemadaman ini tergantung kepada Amerika. Amerika tidak memandang para Houthi adalah sebuah kelompok teroris. Banyak politisi Yaman meminta Amerika untuk mendata mereka sebagai sebuah kelompok teroris dan Amerika menolak untuk melakukannya. Amerika mengatakan bahwa ini (Houthi) adalah sebuah kelompok yang hanya berperang untuk hak-haknya dan itu adalah alasan atas pemadaman media. Jika Amerika memandang Houthi sebagai sebuah kelompok teroris, maka Amerika akan membuat semua surat kabar, saluran Televisi, dan media memobilisasi dalam mengungkap “kriminalitas” Houthi.
Y.N: Ada sebuah Batalyon Houthi yang disebut ‘Al-Hussein Battalyon’, apa yang ketahui tentang mereka dan apakah kalian menghadapi mereka?
Abu Hafsah: Saya tahu bahwa Al-Houthi mendirikan sebuah batalyon yang dinamai “Batalyon Kematian”, yang merupakan batalyon Houthi yang paling kuat dan paling ganas dan itu ditandai dengan penyerahan total dan ketaatan terhadap perintah komandan Houthi yang memiliki pengalaman yang kuat. Ini telah jatuh dalam salah satu perangkap Mujahid muda dan 300 anggotanya (Houthi) tersingkir dari Batalyon ini, yang merupakan operasi syahid yang dilakukan oleh beberapa Mujahidin Ansar Al-Shariah terhadap markas batalyon tersebut di salah satu sekolahnya, dan saya pikir operasi ini direkam dan telah ada di Youtube dan situs-situs lainnya.
Y.N: Apakah ada perkembangan kalian dan kabar gembira yang ingin anda bagi kepada kami?
Abu Hafsah: Ya, banyak dari struktur militer Houthi telah dihancurkan dan menjadi batu sandungan dalam front pendirian Negara Imamah mereka, dan ada karomah yang Allah karuniakan kepada kami dengan tentara-tentaraNya. Kami telah melihat leher-leher mereka (para Houthi) terpotong dari bahu, seperti dipenggal oleh pedang. Kami katakan, kami tidak memiliki pedang, kami hanya memiliki peluru, Allah Maha Mengetahui, mungkin mereka adalah tentara-tentaraNya sendiri, “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri” (Al-Mudatsir: 31).
Y.N: Apakah kalian membutuhkan uang atau kaum lelaki dan amunisi untuk melanjutkan peperangan? Apa yang kalian butuhkan?
Abu Hafsah: Kami membutuhkan kesadaran beragama di seluruh Yaman terkait bahayanya kelompok ini (Houthi), adapun untuk uang dan senjata tersedia dari semua yang kita butuhkan, dan saya menyeru kepada semua saudara-saudara kami dimanapun untuk berdiri bersama saudara-saudara mereka di Dammaj karena semuanya difasilitasi dengan uang, senjata dan makanan, dan untuk mendukung Al-Mustafa shalallahu ‘alaihi wa salam dan membalas dendam atas Aisyah radhiallahu ‘anha yang telah dinyatakan tidak bersalah oleh Allah.
Y.N: Apakah pengepungan di Dammaj selesai?
Abu Hafsah: Ini belum sepenuhnya berakhir tetapi akhir-akhir ini mobil-mobil yang masuk setelah diperiksa oleh pihak Houthi, yang berarti apapaun dapat masuk ke Dammaj kecuali senjata, tetapi pengepungan belum sepenuhnya berakhir.
Y.N: Saya dengar mengenai gencatan senjata antara rakyat Dammaj dan Al-Houthi dimediasi oleh Hussein Al-Ahmar, apa yang terjadi pada gencatan senjata ini?
Abu Hafsah: Tidak ada yang dihasilkan dari gencatan senjata ini dan tidak ada manfaat gencatan senjata dan perjanjian dengan Al-Houthi karena mereka melanggar setiap gencatan senjata.
Y.N: Apakah ada front selain dari front Kitaf?
Abu Hafsah: Ada selain di Kitaf. Tetapi bukan front, namun hanya perang gerilya yang dilakukan oleh Ansar Al-Shariah dengan operasi-operasi kualitatif di daerah Al-Houthi, seperti menanam IED, bom mobil, dan pembunuhan para kepala senior Houthi.
Y.N: Apa yang anda ketahui tentang komandan Houthi Abu Ali? Apa yang pentingnya orang ini dan bagaimana dia dibunuh?
Abu Hafsah: Orang ini dianggap komandan militer spiritual dari Houthi dan para pengikut Houthi sangat mencintainya. Dia benar-benar seorang komandan lapangan yang berpengalaman. Dia (Abu Ali) telah disingkirkan, ketika Abu Ali berada di dalam sebuah restoran dan para pengawalnya berada di ruangan luar dari restoran dan dia berada di ruangan dalam.
Seorang pemuda dari Ansar Al-Shariah datang berpura-pura menjadi pengemis dan berpakaian lusuh, dan dia meminta uang kepada pengawal Abu Ali, dan para pengawal itu menolak untuk memberinya uang, maka pemuda ini mengatakan: “Demi Allah, jika Abu Ali ada, dia akan memberikan saya uang, para pengawal itu menjawab dengan mengatakan: “Abu Ali sedang makan di dalam, jika kau ingin, kau masuk saja menemuinya, dan lihatlah apakah dia akan memberimu uang?”, dia masuk dan berkata: “Berilah aku dari apa yang Allah telah berikan kepadamu”. Allahu a’lam apakah Abu Ali memberinya uang atau tidak.
Yang penting adalah bahwa saudara ini ingin yakin bahwa Abu Ali berada di dalam restoran. Pemuda itu pergi keluar dan melihat mobil Abu Ali diluar restoran, maka dia menanam IED di bawah mobil itu dan menunggu hingga Abu Ali keluar dan memasuki mobilnya, dan mobil itu diledakkan oleh remote control dan dua saudara yang melakukan operasi ini menggunakan sepeda motor. Dia (Abu Ali) terpotong menjadi kepingan-kepingan sehingga dia tidak dapat diidentifikasi akibat kekuatan ledakan yang menargetkannya dan para pengawalnya dan ini adalah operasi kualitatif yang kami lakukan di dalam wilayah Houthi.
Y.N: Akhir kata yang anda ingin katakan dalam akhir wawancara ini.
Abu Hafsah: Saya menyeru kepada para Ulama untuk bergandengan tangan dan bersatu karena bukan waktunya kita berpecah. Kita butuh untuk bersama-sama dan menjadi lebih erat dari asebelumnya dan melihat kepada kepentingan yang lebih tinggi. Kami berada dalam bahaya, Houthi dari satu sisi dan para sekuleris dari sisi lainnya, dan Amerika telah mulai campur tangan. Dan akhir seruan kepada saudara-saudara di Yaman adalah untuk mendukung saudara-saudara mereka di semua front Jihad dan tidak bergantung pada besarnya media karena kebanyakan apa yang dikatakan faktanya dan sengaja berbohong dalam menyebarkan berita, wa Alhamdulillahi Rabbil Alamiin.
Ibrahim Al-Yafi – Yafa-News
(siraaj/arrahmah.com)