(Arrahmah.com) – Tidak diragukan lagi bahwa Umar Mahmud Utsman, atau yang lebih dikenal sebagai Syaikh Abu Qatadah Al-Filisthini, adalah seorang pemikir aliran salafi jihad yang paling menonjol dalam melawan Tanzhim Daulah Islamiyah. Dia menganggap bahwa organisasi tersebut adalah organisasi yang gagal, organisasi yang ditunggagi oleh intelejen dan organisasi yang merugikan perkembangan aliran jihad. Dia menyangkal apabila Tanzhim Daulah berhasil mendapat simpati masyarakat, kemudian dia memandang bahwa organisasi ini tengah menuju kehancuran karena banyak terjadi kontradiksi di dalamnya.
Pemikir aliran jihadi ternama ini berkata bahwa dirinya bebas dari penjara setelah 13 tahun mendekam di dalamnya – 12 tahun di Inggris dan setahun di Yordania – setelah terbukti bahwa dia bebas dari tuduhan yang dilamatkan kepadanya, dia juga menolak untuk menyepakati kontrak apapun sebelum dia dibebaskan.
Syaikh Abu Qatadah menekankan di dalam wawancara perdananya sejak tahun 2002, bahwa dia menentang Tanzhim Daulah Islamiyah dan semboyan-semboyan para pendukungnya seperti baqiyah, dia mengatakan bahwa organisasi adalah faniyah (lawan kata baqiyah). Dia juga menyebut petinggi dan anak buahnya sebagai pengikut sekte Khawarij dan para pengikut ideologi sesat.
Berikut ini adalah wawancara Al-Jazeera dengan Syaikh Abu Qatadah. Transkrip wawancara ini bersumber dari Aljazeera.net dan telah dikonfirmasi oleh akun Twitter resmi Syaikh Abu Qatadah Al-Filisthini @sheikhabuqatada, serta diterjemahkan oleh Tim Muqawamah Media pada Ahad (16/11/2014):
Al Jazeera:
Setelah ditahan selama 13 tahun di Inggris dan Yordania, apa yang ingin Anda sampaikan? Apakah Anda sudah benar-benar bebas?
Syaikh Abu Qatadah:
Di dalam penjara saya dapat menyaksikan, namun saya juga tidak dapat menyaksikan, saya menyaksikan karena di dalam penjara khususnya di Inggris, saya dapat mengikuti perkembangan kondisi dunia luar secaraup to date, karena kami dapat mengakses surat kabar berbahasa arab dan asing di sana. Adapun mengenai kondisi saya yang tidak dapat menyaksikan adalah karena saya memiliki banyak privasi individu karena sebab pergerakan saya terbatas oleh penjara saya dan pengekangan kebebasan saya.
Sayangnya misi penjara yang ada di Yordania adalah membuat para tahanan tidak bisa mengakses dunia nyata, namun saya menentang kebijakan ini dan mendobrak ketidak mampuan untuk mengakses dunia nyata ini melalui surat kabar Yordania, melalui berita lokal yang disampaikan oleh para pengunjung khususnya anak saya yang selalu menyampaikan perkembangan peristiwa di dunia sekitar saya, sehingga mungkin saya lebih banyak tahu dari pada mereka yang ada di luar.
Disebabkan absennya saya dari negara ini selama 24 tahun, kini saya memberikan prioritas untuk menjalin kembali hubungan saya bersama keluarga dan saudara-saudari saya yang sempat terputus dalam waktu yang lama. Dan saya yakin bahwa sekarang waktunya masih terlalu dini untuk keluar berbaur dengan kehidupan normal, meskipun saya selalu mengikuti perkembangan segala hal bahkan dalam hal detail di kawasan-kawasan konflik sekalipun, seperti di Suriah, Libya, Yaman, atau di negara lainnya. Tugas saya saat ini adalah membaca, mendengar dan menasehati umat yang ada di sekitar saya sesuai dengan apa yang diwajibkan oleh Allah kepada saya.
Al Jazeera:
Ada yang mengatakan bahwa Abu Qatadah keluar dari penjara Inggris kemudian dipindahkan ke Yordania dan akhirnya berhasil memenangkan eksepsi, berkat kesepakatan yang disepakati oleh Anda, apakah benar Anda telah melakukan kesepakatan tertentu?
Syaikh Abu Qatadah:
Silahkan pengamat tersebut mengatakan sesuka hatinya, namun ia harus mengatakannya berdasarkan fakta dan informasi (yang valid), dan orang yang selalu menggembar-gemborkan kebohongan ini sebenarnya ia tidak memiliki informasi yang valid, karena kalau saja Abu Qatadah mau berkompromi terhadap agamanya, tentu saja ia sudah berkompromi dengan Inggris, karena mereka lah yang lebih lama memenjarakan saya. Semoga saya menjadi salah seorang yang diingat oleh sejarah karena jika anda mau bersikap netral, tentu saja anda akan mengatakan bahwa Abu Qatadah mampu mengalahkan Inggris yang telah memenjarakan saya selama 13 tahun namun tetap tidak mampu menghinakan saya. Saya telah menelanjangi mereka (Inggris), ketika pertempuran (dalam persidangan) sampai pada puncaknya dan telah mewujudkan apa yang saya inginkan, maka sudah waktunya untuk mengakhiri pertempuran dan saatnya untuk memulainya di Yordania.
Pada saat persidangan saya di Yordania, Inggris dihadapkan pada dua pilihan, yang pertama menjebloskan saya ke dalam penjara melalui keputusan pengadilan tanpa menghormati kesepakatan dengan Yordania yang menetapkan bahwa saya tidak harus diadili menggunakan segala bukti lama yang sudah diputuskan oleh pengadilan Inggris bahwa itu tidak berlaku kemudian menerapkan penyiksaan terhadap saya, yang kedua adalah membebaskan saya melalui eksepsi, dan ketika saya dibebaskan berdasarkan kesepakatan (bilateral Inggris-Yordania – red.) kedubes Inggris di Amman mengatakan bahwa eksepsi saya diterima berkat kerjasama bilateral antara dua negara tersebut.
“Tidak ada umur lagi yang tersisa bagi saya untuk melakukan kompromi. Dan percayalah, terkadang saya merasa sedih berada di luar penjara, karena di dalam penjara saya dapat lebih produktif dan lebih banyak mendapatkan pengalaman yang positif. Demi Allah saya tidak berkompromi dalam urusan agama saya, pernah suatu kali saya berkata kepada orang-orang Inggris itu, ‘jikalau kalian meminta saya untuk melepaskan sepatu saya dan sebagai gantinya saya akan dibebaskan dari penjara, tentu saya tidak akan melepaskannya.'”
Saya berterima kasih kepada mereka yang menambahkan pahala bagi saya di sisi Allah, yaitu mereka yang menuduh saya dengan hal ini. Dan saya memohon kepada Allah agar jangan sampai saya mengkhianati keluarga saya, saudara-saudara saya, dan sahabat-sahabat saya. Yang terpenting saya tidak mengkhianati keluarga saya, karena apabila saya telah mengkhianati agama saya, maka otomatis saya mengkhianati kehormatan saya, isteri saya dan putri saya.
Al Jazeera:
Dimanakah posisi Anda di tengah-tengah peristiwa besar yang sedang berlangsung di kawasan ini (Syam)? Apa keprihatinan Anda terhadap krisis-krisis yang ada saat ini?
Syaikh Abu Qatadah:
Keprihatinan terbesar saya hari ini adalah terhadap Palestina dan Al Quds. Sejak awal saya menapaki jalan ini, saya menganggap bahwa seluruh muslim di seluruh dunia adalah panah yang tertuju kepada Palestina. Inilah yang saya rasakan bersama aliran-aliran ideologi islamis secara umum, baik dari kalangan jihadis maupun lainnya, mereka turut merasakan keprihatinan ini. Dan hikmah Allah berkehendak terjadinya jihad di Afghanistan yang secara bertahap terus bergulir menuju arah Palestina, dan lihatlah sekarang, berkat karunia Allah, jihad ini telah sampai di tanah yang diberkahi ini, yaitu negeri Syam. Dan saya yakin bahwa kita ini hidup di zaman peperangan yang telah dikabarkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Sejak dimulainya revolusi-revolusi, bahkan sejak dimulainya pergerakan jihad di Afghanistan secara terang-terangan, jihad ini terus berjalan meskipun semua orang membencinya, sebagaimana revolusi melakukanshock teraphy kepada masyarakat, kita menyaksikan bagaimana Amerika merubah pandangannya terhadap revolusi Mesir sebanyak tiga kali, dan ketika revolusi Tunisia dimulai, saya terkejut melihat reaksi Prancis. Para peneliti mengatakan bahwa apa yang terjadi tersebut adalah perbuatan sejarah, sedangkan saya menilainya sebagai perbuatan rabbaniyah, karenanya saya melihat bahwa siapa saja yang menentang takdir ketuhanan ini, maka ia akan menderita kerugian.
Al Jazeera:
Apakah ini adalah peringatan?
Syaikh Abu Qatadah:
Memang ini peringatan, namun ini juga nasehat, bahwa Islam akan segera tampil. Ini juga merupakah nasehat kepada setiap muslim bahwa jika terdapat eksistensi sistem thaghut atau yang di dalam dunia perpolitikan disebut sebagai kediktatoran, yang hegemoninya runtuh secara sekaligus ketika bertarung dengan Islam, seperti di Tunisia dan Mesir, maka sesungguhnya Allah tengah memberikan tenggang waktu kepada rezim yang tidak mengumumkan perang melawan Islam secara terang-terangan, alasannya kemungkinan untuk membangun argumen (iqamatul hujjah) yang lebih banyak kepadanya. Saya percaya bahwa Islam akan menang, karena peperangan pada hari ini adalah perang antara kubu Islam beserta misinya, melawan musuh agama ini apapun latar belakang mereka.
Al Jazeera:
Akan tetapi para pengkritisi aliran salafi jihadi berkata bahwa kalian menjalankan misi yang gagal sehingga mengakibatkan kehancuran Afghanistan, kemudian setelahnya Iraq, dan sekarang Suriah yang justru menjadi ajang pertikaian bagi sesama kalangan jihadis. Ada pula yang menilai bahwa masuknya aliran kalian kedalam jalur revolusi arab menyebabkan revolusi tersebut mengalami kegagalan.
Syaikh Abu Qatadah:
Sejak 20 tahun yang lalu kita mulai menyaksikan runtuhnya sebuah negara yang menciptakan imperialisme karena sisi internalnya sudah usang, karena strukturnya yang tradisional, maka runtuhlah Afghanistan, kemudian Somalia, kemudian Iraq, kemudian Suriah, kemudian Libya, kemudian Yaman. Sedangkan negara yang sudah runtuh, maka tidak bisa tegak kembali, dan negara-negara tersebut runtuh bukan disebabkan faktor-faktor yang ditimbulkan oleh jihad, akan tetapi jihad memanfaatkannya.
Ketika para mujahidin pergi ke Afghanistan, mereka tidak menimbulkan usaha untuk meruntuhkan negara tersebut, namun mereka hanya memanfaatkan kondisi dari keruntuhan yang ada. Dan ini pula lah yang saat ini sedang terjadi di Suriah, negara tersebut tidak jatuh di tangan mujahidin, akan tetapi mereka memanfaatkan kondisi negara tersebut yang sudah usang dan memanfaatkan kebencian rakyatnya terhadap pemerintah negara tersebut.
Satu hal lagi yang saya pikirkan, bahwa orang yang paling gembira atas kelurusan manhajnya adalah Ayman Azh Zhawahiri. Jikalau Usamah bin Laden masih hidup, maka dialah yang paling gembira, karena dialah satu-satunya orang yang bertahan di kancah jihad, karena gerakan reformis politik yang selalu menjadi pendamping budak hanya akan menuai penyesalan.
Al Jazeera:
Apakah yang Anda maksudkan (sebagai gerakan reformis politik) itu adalah Ikhwanul Muslimin?
Syaikh Abu Qatadah:
(Iya), yang saya maksud adalah Ikhwanul Muslimin dan seluruh pergerakan yang mengajak untuk melakukan perubahan secara internal dari dalam lingkup struktur kenegaraan diktator. Gerakan jihadlah yang akan eksis, menyebar, berkembang dan menjalankan misinya yaitu menjatuhkan pemerintah pusat yang sejatinya lebih dari tirani. Dan apa yang gerakan reformis politik itu sebut sebagai kekacauan, sebenarnya itulah yang dipandang oleh kalangan jihadis sebagai lahan yang cocok untuk mendirikan bangunan, meskipun misi jihad pada hari ini belum sampai pada tahapan membangun negara.
Al Jazeera:
Bagaimana dengan Daulah Islamiyah yang dideklarasikan oleh Abu Bakar Al Baghdadi?
Syaikh Abu Qatadah:
Ini adalah sikap mendahului yang diambil oleh mereka, misi ini adalah misi yang gagal, saya telah mengatakan sebelumnya dan saya juga telah mengulangnya, deklarasi ini adalah gelembung instan karena ia lahir sebelum waktunya tiba serta adanya kerusakan ideologi dari para pengusungnya. Kembali ke apa yang saya katakan sebelumnya, jadi seiring dengan jatuhnya pemerintah pusat, maksudnya jatuhnya rezim tiran, kemudian diikuti dengan tumbuhnya pergerakan (perlawanan) dan munculnya partisipasi dari masyarakat kepadanya, gerakan jihad seharusnya tidak masuk ke dalam sebuah negara kemudian binasa, akan tetapi ia harus tetap eksis dan terus menyebar, ia harus menciptakan komunitas lain, dan ini adalah hal yang jelas, yang tidak akan dipungkiri kecuali oleh orang yang mengingkari kebenaran.
Al Jazeera:
Akan tetapi kesan awal dari gerakan jihad pada saat permulaan revolusi Suriah, dengan kesannya hari ini itu berbeda, karena saat ini gerakan jihad justru larut ke dalam perang saudara. Yang mengendalikan situasi saat ini adalah foto-foto eksekusi, pemenggalan kepala, pembunuhan dan pemaksaan terhadap masyarakat untuk menerapkan gaya hidup tertentu, apakah ini kabar gembira yang ingin mereka sampaikan kepada masyarakat?
Syaikh Abu Qatadah:
Sebelumnya saya pernah berbicara seputar tinjauan syariat terhadap deklarasi Daulah Islamiyah yang digulirkan oleh organisasi terkait di dalam buku saya yang berjudul “Baju Khalifah”, namun tidak ada seorangpun yang merespon tulisan saya tersebut, baik dari pihak Daulah, maupun dari pihak lainnya, saya berbicara mengenai kekeliruan deklarasi tersebut ditinjau dari kacamata syariat.
Sedangkan dari sisi realita atau yang dinamakan perpolitikan, misi Daulah ini adalah pukulan bagi pergerakan jihad dan pemecahan terhadapnya. Saya tidak berkata bahwa Daulah adalah bikinan intelejen, namun saya berkata bahwa ia adalah kendaraan intelejen yang ingin menumpas misi jihad yang sudah mendapatkan penerimaan. Kalau saja Daulah tidak masuk ke dalam jalur konflik Suriah untuk menyapu gerakan jihad Suriah dari arah utara ke selatan, dan ketika ada putusan pendamaian antara Jabhah Nushrah dengan Daulah dan Al Jaulani mengumumkan bahwa ia berafiliasi kepada Azh Zhawahiri sehingga sekitar setengah anggota organisasi menetap bersamanya kemudian setengahnya lagi memilih bergabung bersama Al Baghdadi. Namun media massa barat kemudian arab mengarahkan lampu sorot kearah Tanzhim Daulah dan mengeksposnya secara berlebihan, dan juga mengarahkan perhatian kepada Al Baghdadi, dan ini memiliki maksud tertentu.
Saya ingin menyampaikan sesuatu yang penting, sesungguhnya misi Daulah adalah bertentangan dengan rakyat Suriah dan kontra dengannya, sebaliknya misi Jabhah Nushrah adalah mengarahkan panahnya ke arah rezim, melindungi rakyat serta bersikap selaras dengan mereka. Barat tidak tertarik kepada metode Jabhah Nushrah untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat di Suriah, barat dengan media massa dan perangnya lebih tertarik untuk fokus menghadapi Tanzhim Daulah demi menghancurkan misi jihad di Suriah.
Saya tidak mengatakan bahwa Daulah adalah rekayasa barat, akan tetapi ia adalah manifetasi dari ideologi yang cacat dan sesat, para pemudanya bodoh, mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui agama kecuali bungkusnya saja, jamaah ini memiliki halaman yang di dalamnya terdapat ideologi takfiri ala khawarij, ia mengarahkan tombaknya kepada umat, dan ia tidak melakukan perbuatan apapun dalam rangka melawan musuh.
Organisasi ini menyerang misi jihad melalui dua tahap. Yang pertama, ia membagi-bagi misi menjadi beberapa kategori, dan yang kedua menjadikannya masuk ke dalam konflik internal, hingga sampai pada tahap permusuhannya kepada Jabhah Nushrah berbubah hanya dalam kurun waktu 6 bulan, dari permusuhan atas kekuasaan menjadi permusuhan karena aqidah, ini menjadi bukti yang menguatkan akan penyimpangan dan kesesatannya, dan ini adalah cara orang-orang yang sesat dan khawarij. Saya percaya bahwa Daulah ini adalah Daulah yang faniyah (fana), bukan baqiyah seperti yang mereka katakan.
Al Jazeera:
Anda mengatakan bahwa Daulah adalah sesuatu yang fana dan kondisinya seperti gelembung, namun di lapangan Daulah berhasil menguasai wilayah yang luas dari Iraq dan Suriah, ia memiliki perlengkapan militer yang besar berasal dari gudang-gudang persenjataan pasukan Iraq, maksudnya adalah, ia eksis dan tidak fana.
Syaikh Abu Qatadah:
Saya mengamati perkumpulan muslim sejak 30 tahun yang lalu, kami menyaksikan bagaimana Saddam Husein mengatakan bahwa ia akan mengganyang Israel, bukankah kini terbukti bahwa gertakannya tersebut hanya bagaikan balon? Kemudian Hassan Nashrullah, ia digadang-gadang sebagai seorang imam kaum muslimin, namun ketika misinya berubah menjadi memerangi rakyat Suriah, ia pun menjadi musuh kaum muslimin. Dan kecenderungan umum yang ada pada masyarakat adalah mengagungkan sosok-sosok pribadi dan pernak-pernik yang tidak ada nilainya dalam neraca realita.
Jamaah-jamaah jihad memiliki kemampuan untuk mengabadikan konflik dan peperangan mengingat terdapat inti yang solid di dalamnya. Sedangkan yang ada di dalam Tanzhim Daulah adalah kontradiksi, saya mengamati orang yang pindah ke dalam organisasi tersebut, motif yang mengumpulkan mereka semua adalah marah karena panjangnya perjalanan jihad atau karena sebab permusuhan pribadi, sedangkan kemarahan itu tidak akan bertahan lama.
Ideologinya juga tidak memiliki pandangan kecuali yang buruk kepada pihak lain, ini akan mengakibatkan masing-masing di antara mereka akan saling melemparkan pandangan yang sama. Saya tidak peduli berapa banyak perlengkapan dan persenjataan mereka, karena kekuatan jamaah jihad adalah terletak pada dukungan masyarakat terhadapnya, dan ini tidak bisa dipenuhi oleh Jamaah Daulah, yang mana jika kondisinya mulai melemah di wilayah semisal Raqqah, maka ia akan segera dihabisi dan diperangi oleh rakyat yang kepentingannya adalah mencari pihak yang dapat membasmi kezhaliman Basyar Al Assad, membantunya dalam mengedukasi dan hal-hal lainnya, namun masyarakat mendapati bahwa sang zhalim hanya berganti wajah saja, jadi kemusnahannya akan segera datang dan itu akan terjadi di tangan rakyat.
Kita tengah terjebak sehingga menjadi mangsa yang dipermainkan oleh barat akibat ulah Daulah, melalui strategi musuh dalam memblow up isu tentang lawan, dan ini adalah perkara yang sudah ma’lum diketahui yang dinamakan dengan metode memenangkan pertarungan.
Al Jazeera:
Namun fakta berbicara bahwa Tanzhim Daulah terus berkembang dan menguasai wilayah-wilayah yang ada, serta ladang gas dan minyak bumi, sedangkan Jabhah Nushrah yang Anda gadang-gadangkan akan menang justru mengalami kemunduran, contohnya di Aleppo.
Syaikh Abu Qatadah:
Saat ini media mengekspos Kobane secara besar-besaran, ia menjadi pusat pertempuran dan kawasan pilihan untuk melangsungkan pertempuran, perkembangan ini sudah berlangsung selama 2 bulan dan kita mendengar berita kemenangan dan kekalahan. Namun media massa tidak mengekspos keberhasilan Jabhah Nushrah dalam menguasai Quneitra, padahal berdasarkan sisi strategi, kawasan tersebut lebih urgen.
Saya tidak meyakini bahwa pergerakan jihad di Suriah mengalami kemunduran, saya pengamat dan saya tahu bahwa pergerakan ini terus berkembang di Suriah dan kawasan lain, seperti Yaman dan Libya yang keduanya menyamai kepentingan yang ada di Suriah, namun media massa tidak mengekspos kecuali hanya Daulah, tujuannya adalah sebagai pendahuluan atas kemenangannya yang akan di-blow up, kalau pun ia berhasil meraihnya.
Al Jazeera:
Anda menyebut nama Yaman, tidakkah Yaman telah menciptakan frustasi baru bagi kalian? Al Qaeda mengalami kemunduran dan kaum Hautsi hampir berhasil berkuasa.
Syaikh Abu Qatadah:
Saya katakan bahwa kondisi umat kita sudah mulai membaik, sekarang ia tengah mencoba untuk meraba-raba keadaan. Kalau di dalam dunia kedokteran, umat saat ini tengah masuk ke dalam tahapan melawan rasa sakit, dan sakit yang dirasakan pada tahapan ini adalah yang paling besar, inilah kenyataannya. Sebelumnya kita berada di bawah penindasan kediktatoran dan kekuasaan tirani, dan sekarang kita sedang mengalami proses keluar dari kenyataan yang pahit. Sejarah belumlah usai dan berhenti, baik bagi kaum Hautsi, baik bagi Al Qaeda beserta kalangan anti revolusi, baik bagi Daulah yang selalu dibesar-besarkan oleh barat, dan baik bagi Haftar dan progresnya di Libya, maka hendaknya kita menunggu.
Saya sedang berada dalam tahapan bersikap diam, karena saya merasakan bahwa umat sedang dalam proses interaksi, sehingga apabila kita berbicara maka kita salah, umat tengah merasakan pergantian dari satu keadaan ke keadaan lainnya, dan kita berada dalam fase yang memprihatinkan, sehingga kita tidak boleh menghukumi masyarakat dalam kondisi fase seperti ini.
Al Jazeera:
Dimana posisi Palestina di dalam peta pergerakan salafi jihadi yang keberadaannya tersebar luas di seluruh dunia, kecuali di Palestina.
Syaikh Abu Qatadah:
Saya adalah seorang muslim berkebangsaan Palestina, bagi saya Palestina adalah salah satu ayat dari Kitab Allah. Berdasarkan penafsiran dari Surat Al Israa’, dijelaskan bahwa dominasi Yahudi ini adalah dominasi yang pertama, sedangkan yang kedua nantinya adalah Dajjal, sehingga saya menyadari bahwa fokus terhadap isu Palestina secara langsung, maka dampaknya hanya dua, pertama adalah keputus asaan dan frustasi, yang kedua adalah menjadi lembek, sebagaimana yang terjadi pada organisasi-organisasi Palestina, karena kondisinya lebih berat dari pada kondisi Palestina itu sendiri. Pilihannya dua, kalau tidak beradaptasi; maka musnah, saya memandang bahwa fokus secara langsung terhadap permasalahan Palestina tidak akan menyelesaikan masalah.
Menurut pandangan saya, permasalahan Palestina adalah tantangan dan bukan penyakit, sehingga solusi dari permasalahan Palestina akan didapatkan apabila permasalahan umat berhasil dipecahkan terlebih dahulu, sedangkan permasalahan yang ada tidak bisa dipecahkan kecuali dengan jihad, dan jihad sendiri tidak akan berjaya kecuali dengan cara menciptakan basis. Sehingga tidak mengherankan apabila di dalam revolusi arab, setiap kali sebuah pemerintahan tumbang, semua orang menyerukan Palestina, karena mereka tahu bahwa pemerintahan-pemerintahan inilah yang menjadi penghalang antara mereka dengan Palestina.
Saya menilai bahwa permasalahan Palestina tidak akan terpecahkan kecuali ketika basis ini berusaha berubah kepada kondisi jihad, maksudnya umat beralih untuk melaksanakan jihad.
Al Jazeera:
Dari perkataan Anda ini bisa saja disimpulkan sebagai ajakan untuk menghentikan perlawanan di Palestina, karena dianggap tidak sukses?
Syaikh Abu Qatadah:
Tidak sepenuhnya, saya tidak menyerukan seperti itu, seluruh apa yang terjadi di sana termasuk ke dalam kategori menjaga nyala api jihad dalam tubuh umat, serta menjaga kondisi konflik dan mengabadikannya. Ini merupakan fokus penduduk Palestina dan setiap orang yang mampu mendukung mereka untuk berjihad, karenanya Intifadhah dan perlawanan di dalam internal Palestina adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga Palestina demi mewujudkan eksistensi perbedaan antara kita dengan Yahudi hingga mereka binasa.
Al Jazeera:
Tampaknya Anda bersikap optimis meskipun terjadi berbagai kemunduran dan krisis, apa motivasi Anda?
Syaikh Abu Qatadah:
Demi Allah saya tidak pernah merasakan sukacita seperti sekarang ini, saya menjalani hidup bersama agama dan umatku dalam kondisi kehidupan yang paling berharga, paling manis dan paling mengagumkan. Umat ini telah bangkit dan seluruh apa yang anda saksikan adalah penyakit di sepanjang sejarah, meskipun banyaknya pertentangan yang ada, saya tetap bergembira karena kemenangan akan segera datang. Sejarah adalah tangan Allah yang menggerakkan waktu, jika saja agama lain diperangi layaknya Islam diperangi, tentu saja agama tersebut telah musnah, namun agama ini akan meraih kemenangan di saat-saat terlemahnya, dan jihad yang dilaksanakan di saat puncak peperangan akan menjadikan semua orang bergabung dengan jihad tersebut.
Al Jazeera:
Anda berbicara tentang kontradiksi dengan barat dan kediktatoran arab, namun bagaimana dengan Iran yang pada hari ini menguasai 4 negara arab? Apakah ada pertentangan dan perang terhadapnya?
Syaikh Abu Qatadah:
Ketika berkobarnya revolusi Khomeini, dunia arab dan Islam mendukungnya, kelompok-kelompok pergerakan Islam mendukungnya kecuali kalangan salafi dan jamaah tabligh, karena keduanya memiliki pengalaman pahit dengan Rafidhah. Sedangkan Khomeini merencanakan bahwa revolusi tersebut akan menjadi revolusi Rafidhah dan bukan Islam, ini menunjukkan bahwa ahlus sunnah bukanlah suatu kelompok, melainkan mereka adalah kesatuan umat, dan musuh-musuh kita dari kelompok-kelompok yang ada adalah dari kalangan ekslusif yang mengumumkan perang terhadap kita.
Ahlus sunnah mendukung Hizbullah ketika ia memerangi Israel, namun setelah revolusi arab, semua orang menemukan tabiat sektarian yang ada pada kelompok yang menolak revolusi rakyat Suriah ini, hari ini ia membunuhi rakyat Suriah. Yusuf Qardhawi yang selama ini menyemangati Hizbullah, berbalik arah karena ia tahu sudah tahu mengenai hakekat kelompok sektarian ini.
(banan/arrahmah.com)