SOLO (Arrahmah.com) – Chatting-mu harimaumu, karena musuh Islam menyusup ke berbagai group Whatsapp, Telegram dan BBM. Jangan tertipu dengan foto profil, status dan siaran (broadcast), bisa jadi di situ ada intel thaghut yang melakukan pemantauan.Hal tersebut kiranya menjadi modus yang menyeret 3 terduga “teroris” yang dibekuk Densus 88 beberapa hari lalu, demikian Panjimas melaporkan pada Ahad (16/8/2015).
Penangkapan tiga aktivis Islam Solo –Yus Karman, Ibadurrahman dan Sugiyanto– sudah diberitakan secara luas di berbagai media. Namun masih tersisa kisah misterius yang belum terpublikasikan.
Sepekan sebelum Densus 88 Antiteror beraksi menangkap tiga aktivis Islam secara brutal, di kawasan Semanggi Solo dihebohkan dengan kehadiran akhwat misterius. Wanita bercadar yang mengaku berasal dari Bandung, Jawa Barat ini menginap selama sepekan di rumah Yus Karman.
Yus mengenal wanita yang mengaku bernama Ismi Rina Marlisa ini melalui Whatsapp, salah satu aplikasi perpesanan (chatting) instan yang sedang digandrungi kaula muda. Keduanya tergabung dalam grup chatting bertajuk jihad.
Ismi datang ke rumah Yus Karman di Semanggi RT 04 RW 03 Pasar Kliwon Solo pada Ahad pagi (2/8). Saat datang ke rumah Yus, akhwat berusia 14 tahun dan masih berstatus pelajar ini minta dijemput. Yus pun menjemput berboncengan dari Stasiun Solo Balapan pukul 04.00 pagi. Ia mengaku minggat dari rumah karena tidak kuat menghadapi permasalahan berat di rumahnya.
“Karena ada permasalahan dengan keluarganya maka Ismi minggat dari rumah. Ia masih remaja berumur 14 tahun. Itu terlihat dari foto kopi kartu pelajar yang diberikan ke pengurus RT,” ujar Bu Poniyem, ibunda Yus Karman kepada Panjimas, Jum’at (14/8).
Kepada ibu dan saudara-saudaranya, Yus Karman menjelaskan bahwa wanita ini adalah calon istri yang tak lama lagi akan dilamarnya jika tidak ada halangan.
Sekilas, tak ada kejanggalan apapun dalam penampilan lahiriyah wanita yang dikenal di Group Whatsap ini. Dengan pakaian berhijab sempurna, Ismi sangat komunikatif bila terlibat dalam obrolan bertema harakah Islam. Orang akan menilainya sebagai wanita shalihah jika berdiskusi tentang keislaman.
Tapi ada beberapa kejanggalan mencolok yang dilakukan Ismi saat tinggal di rumah tersebut. Selama tujuh hari menginap, ia sama sekali tidak pernah melakukan shalat lima waktu dengan alasan sedang berhalangan karena menstruasi (haid). Ia juga tidak pernah membaca Al-Qur’an layaknya aktivis Islam.
Keluarga Yus, terutama sang kakak perempuan, tidak percaya dengan alibi haid ini. Pasalnya, akhwat misterius tersebut tidak pernah mengganti pembalut, mencuci dan lain sebagainya seperti yang biasa dialami oleh seorang wanita pada umumnya. Bahkan hampir selama seminggu ia hanya dua kali mandi saja.
Karena rumah keluarga Yus tidak terlalu besar sehingga kamar mandinya berdekatan dengan ruangan lain, sehingga aktivitas keseharian di rumah tersebut bisa diketahui.
“Saya belum pernah mendengar ia mandi ataupun mencuci baju seperti layaknya perempuan normal,” ujar Kakak perempuan Yus.
Selain itu, jika menjelang malam hari Ismi selalu melakukan komunikasi via telepon dengan seseorang hingga berjam-jam . Saat ditanya ia hanya menjelaskan bahwa yang ia menelpon teman lelakinya di Bandung.
Keanehan lainnya, saat bertemu dengan orang yang baru dikenal, Ismi selalu menanyakan, “Dia Anshor Daulah bukan?”
Ismi memiliki pengetahuan yang luas tentang harakah Islam. Bahkan saat bertemu dengan orang baru ia mampu menebak bahwa orang baru tersebut ikut jamaah mana. Pengetahuannya melebihi dari umur 14 tahun tertera di foto kopi kartu pelajarnya.
Dengan beberapa kejanggalan itu, para tetangga dan kerabat Yus sebenarnya sudah mewanti-wanti agar berhati-hati menerima tamu yang tidak begitu jelas identitasnya. Namun nasihat itu tidak dihiraukan, bahkan Yus memperkenalkan Ismi kepada beberapa shahibnya, antara lain Ibadurrahman dan Sugiyanto. Menurut nara sumber Panjimas yang tidak mau disebutkan namanya, setelah perkenalan tersebut Ismi sering bertandang ke rumah Sugiyanto. Di rumah ini ia diterima Sugianto dan istrinya, Eni Setiani.
Akhwat kabur, tiga Ikhwan dicokok Densus
Setelah mengenal banyak ikhwan jihadis, Ismi meninggalkan rumah Yus pada Ahad (9/8) tanpa pamit. “Pamit saja tidak kok, apalagi mengucapkan terimakasih. Padahal kami ini sering membantu dia saat ia membutuhkan sesuatu. Yang namanya bertamu kan wajar jika akan pergi pamit dan mengucapkan terimakasih,” ujar kakak perempuan Yus dengan nada kesal.
Tepat tiga hari setelah akhwat misterius itu pergi tanpa pamit, Densus 88 beraksi mencokok tiga aktivis Islam Solo pada Rabu (12/8/2015). Yus Karman, Ibadurrahman dan Sugiyanto dituduh teroris dengan tudingan akan melakukan aksi pemboman tepat pada Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2015.
Ketiga aktivis Islam Solo sudah ditangkap Densus dan sedang diperiksa secara intensif. Sang akhwat misterius pun tak jelas di mana rimbanya. Kepergiannya hanya menyisakan kesan buruk: “akhwat abal-abal” yang buta adab, tidak pernah menunaikan shalat dan jauh dari tilawatul Qur’an. Meski penampilannya jihadits dan wawasannya keislamannya sangat mumpuni, jauh melebihi usia seorang pelajar sekolah biasa.
Dengan kelihaian menutupi jati dirinya, sang “akhwat abal-abal” ini hiperaktif dalam berbagai group di sosial media dan perpesanan (chatting) instan. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang keponakan Yus yang pernah diajak ke warnet untuk melakukan aktivitas online. Dengan beberapa akun, antara lain akun “Mufasir dari Negeri Timur,” Ismi terlihat akrab mengendalikan group-group jihadis di dunia maya.
Pasca penangkapan tiga aktivis Islam, akun “Mufasir dari Negeri Timur” pun hilang dari dunia maya, seiring kepergian sang akhwat abal-abal. Waspadalah!!! (adibahasan/arrahmah.com)