JAKARTA (Arrahmah.id) – Band asal Inggris, The 1975, tuai berbagai kecaman usai membuat ulah di Malaysia. Mereka secara terang-terangan mengkritik pemerintah Malaysia yang melarang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Sang vokalis, Matty Healy, bahkan melakukan aksi ciuman bibir dengan bassisnya di atas panggung.
Untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi di Indonesia, Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) Prof Kamaruddin Amin mengimbau kepada seluruh promotor acara di Indonesia untuk menyeleksi setiap band atau seniman yang akan tampil dalam sebuah event.
Kamaruddin mengungkapkan bahwa band yang akan tampil di Indonesia harus diketahui jelas sikapnya terhadap LGBT. Sebab, LGBT tidak hanya bertentangan dengan agama, tetapi juga bertentangan dengan adat istiadat dan moral bangsa.
“LGBT tidak hanya bertentangan dengan agama, tapi juga dengan adat-istiadat bangsa kita. Kita harus bersama sama menjaga moral bangsa kita,” ujarnya pada Senin (24/7/2023), seperti dilansir Republika.
Kamaruddin mengatakan setiap promotor konser musik harus berhati-hati agar tidak ada band yang mempromosikan LGBT atau bahkan menampilkan perilaku LGBT di Indonesia.
“Ya betul (promotor harus seleksi band yang tampil). Menjaga moral bangsa agar dipertimbangkan dalam setiap ekspresi kita di ruang publik,” ungkapnya.
Dia juga mendesak agar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan izin untuk penyelenggaraan konser musik juga memiliki pandangan yang sama terkait LGBT.
Karena itu, menurut dia, Kemenprekraf juga harus mengingatkan kepada promotor yang ingin menggelar event musik di Tanah Air.
“Saya rasa kementrian lembaga memiliki awarness (kesadaran) dan pandangan yang sama,” kata Prof Kamaruddin.
Sebelumnya, pada Jumat (21/7) band The 1975 diusir dari Malaysia saat akan tampil dalam acara Good Vibes Festival di Kuala Lumpur.
Pengusiran itu terjadi ketika Matty Healy, vokalis band The 1975, mengungkapkan protes atas kebijakan Malaysia yang melarang keras tindakan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
“Saya membuat sebuah kesalahan. Ketika kami melihat acara yang sudah dijadwal, saya tak melihat ke sana. Saya tak melihat poin penting, mengundang the 1975 ke sebuah negara dan kemudian mengatakan ke kita kepada siapa kita bisa berhubungan seks,” kata Healy.
“Saya minta maaf bila itu menyinggung kalian, dan kalian religius, tapi pemerintah kalian sungguh parah. Saya tak peduli lagi, bila kalian memaksa, saya akan balas. Saya sudah tak minat lagi,” lanjutnya.
Kemudian bassist band The 1975, Ross MacDonald, menghampiri Matty Healy dan keduanya berciuman bibir di atas panggung sebagai tanda protes terhadap kebijakan Malaysia atas LGBT.
“Baiklah, kami mesti pergi. Kami baru saja dilarang tampil oleh Kuala Lumpur. Kita jumpa lagi kapan-kapan.” kata Matty Healy.
Dilansir Variety, imbas dari tindakan Matty Healy tersebut, pemerintah Malaysia memutuskan untuk membubarkan festival musik itu meski baru berjalan satu hari dari tiga tanggal yang sudah dijadwalkan.
Tidak hanya diusir dari Malaysia, band The 1975 pun batal tampil di hari ketiga We The Fest (WTF) 2023, di Jakarta, pada Ahad (23/7). (rafa/arrahmah.id)