NATUNA (Arrahmah.com) – Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla berharap pengelolaan minyak dan gas bumi (migas) di Blok Natuna Timur (Natuna D-Alpha) agar janagn sampai dikuasai asing.
Pemerintah, kata Kalla, harus mengevaluasi setiap kebijakan yang dikeluarkan serta memperhatikan setiap detil kontrak kerja sama.
“Kalau tidak menguntungkan, pemerintah harus tegas membatalkan,” tegas dia.
Pernyataan Kalla ini disampaikan saat menjadi keynote speaker pada acara diskusi bertema “Blok Natuna Timur dan Kedaulatan Negara”, di Jakarta, Kamis (27/1/2011) kemarin,
Dikatakan Kalla, soal Blok Natuna yang menarik pihak asing untuk bekerja sama, tidak masalah. Namum, kata dia, pengelola utamanya tetap Pertamina.
Sementara Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies, Marwan Batubara, mendesak agar pemerintah segera memberi mandat kepada PT Pertamina (Persero) untuk mengelola dan menjadi operator blok minyak dan gas bumi Natuna Timur.
Menurut Marwan, hal tersebut bertujuan agar kedaulatan negara di perbatasan terjaga dan ini diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan migas dalam negeri yang terus meningkat.
Marwan mempertanyakan belum adanya kepastian posisi Pertamina sebagai operator di Blok Natuna Timur padahal perseroan itu telah menyatakan kesanggupannya memimpin eksploitasi Blok Natuna.
“Sangat strategis jika Natuna dikelola secara dominan oleh negara melalui Pertamina. Karena itu, pemerintah harus segera menetapkan Pertamina sebagai operator,” kata Marwan.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya PT Pertamina telah menandatangani nota kesepakatan tentang rencana pengembangan blok migas Natuna D Alpha, yang telah berganti nama menjadi Natuna Timur, dengan ExxonMobil, Petronas dan Total Indonesie pada Desember lalu. Namun sampai kini belum ditentukan siapa operator atau pihak yang memimpin konsorsium dalam pengelolaan blok itu.
Blok Natuna Timur adalah blok migas potensial di Indonesia yang diperkirakan menyimpan cadangan minyak sekitar 500 juta barel. Adapun total potensi gas diperkirakan mencapai 222 triliun kaki kubik atau TCF. Sedangkan potensi gas yang recoverable 46 TCF atau setara dengan 8,383 miliar barel minyak. (hidayatullah/arrahmah.com)