ALGIERS (Arrahmah.com) – Para pimpinan agen mata-mata negara-negara Afrika utara bersepakat untuk membentuk pusat intelejen gabungan untuk menangkal Al Qaeda di wilayah Sahel, harian Aljazair Al Watan melaporkan pada Kamis (30/9/2010).
Pusat intelejen yang disepakati pada pertemuan resmi negara-negara Afrika utara di Algiers ini akan dioperasikan oleh koalisi agen intelejen dari Mali, Niger, Mauritani, dan Aljazair untuk melacak informasi mengenai aktivitas kelompok-kelompok teroris di wilayah tersebut, gerakan mereka, serta identitas anggota mereka.
Kepemimpinan koalisi intelejen ini direncanakan akan diganti secara bergiliran, sebagaimana halnya koalisi militer yang saat ini berpusat di Tamanrasset, Aljazair, tempat pertemuan berlangsung.
Harian Al Watan pun menyebutkan bahwa permintaan Maroko untuk bergabung dengan koalisi ini telah ditolak hanya karena Maroko bukan termasuk negara Afrika utara (wilayah Sahel). Belum lagi, ketegangan antara Rabat dan Algiers mengenai isu Sahara Barat belum juga usai.
Sahara Barat adalah wilayah bekas jajahan Spanyol yang dicaplok oleh Maroko pada tahun 1975. Pemerintah Aljazair yang dikuasai oleh Front Polisario sampai detik ini terus mendesak kemerdekaan wilayah Sahara Barat.
Pertemuan yang berlangsung di Algiers ini dilakukan dua minggu pasca penculikan sejumlah pekerja pabrik uranium di utara Niger oleh AQIM. Lima di antaranya berkewarganegaraan Perancis dan dua orang lainnya adalah warga Afrika.
Al Qaeda menjadi fokus perhatian utama agen intelejen di wilayah Sahel, selama beberapa tahun belakangan ini.
Perancis mengklaim pihaknya siap untuk melakukan negosiasi dengan AQIM dan telah menyebarkan 80 unit intelejen dan beberapa pesawat pengintal ke Sahara untuk melacak keberadaan AQIM. (althaf/arrahmah.com)