WASHINTON (Arrahmah.com) – Pemerintah AS meliris beberapa dokumen dan surat-surat yang diduga milik Syaikh Usamah bin Ladin yang diambil saat operasi penyergapannya di Pakistan, 2 Mei 2011. Salah satu surat dari 113 dokumen yang dikumpulkan pasukan khusus Navy SEAL AS, dipercaya oleh para pejabat intelijen AS sebagai wasiat terakhir Syaikh Usamah.
Sebagaimana yang dilaporkan Reuters, Selasa (1/3/2016), pemimpin Al-Qaeda Syeikh Usamah bin Ladin dalam suratnya menguraikan tentang bagaimana warisannya yang berjumlah sekitar 29 juta dolar AS itu dibagikan setelah wafatnya, dan meminta agar sebagian besar dari hartanya itu digunakan untuk meneruskan jihad global.
Sejumlah media diberi izin khusus untuk melihat dokumen yang diterjemahkan dari bahasa Arab dan dibuka oleh kantor intelijen Amerika Serikat.
Itu adalah bagian dari kumpulan dokumen kedua yang disita dari gerakan itu dan diungkap ke publik sejak Mei 2015. Sejumlah besar dokumen lain masih dalam status rahasia.
Salah satu dokumen, yang merupakan sebuah catatan tulisan tangan yang diyakini ditulis sendiri oleh Syaikh Usmah pada akhir 1990-an, menjelaskan bahwa dia akan membagikan hartanya sebesar 29 juta dolar Amerika yang dia miliki di Sudan.
Menurut laporan Reuters, Syaikh Usamah meminta agar 1 persen dari jumlah hartanya (29 juta dolar AS) diberikan kepada Syaikh Mahfuz Ould al-Walid, petinggi senior Al-Qaidah, yang memiliki nama alias, Hafs al-Mauritani. Selain itu tertulis juga, bahwa 1 persen lainnya dari jumlah hartanya agar dapat diberikan kepada rekan kedua Syaikh Usamah, seorang insinyur bernama Abu Ibrahim al-Irak Sa’ad untuk membantu mengatur perusahaan Bin Ladin di Sudan, Wadi al-Aqia Co.
Syaikh Usamah tinggal di Sudan sebagai tamu resmi sampai ia diminta meninggalkan Sudan pada Mei 1996 oleh pemerintah dibawah tekanan AS. Ia kemudian meninggalkan Sudan menuju Afghanistan pada tahun 1996.
“Saya berharap para saudara, saudari dan bibi kandung saya mengabulkan keinginan saya dan untuk menggunakan seluruh uang yang saya tinggalkan di Sudan untuk jihad, demi Allah,” katanya.
Dia menuliskan jumlah spesifik dalam mata uang riyal dan emas yang harus dibagikan kepada ibu, seorang anak laki-laki dan perempuan, paman, anak dari paman serta kepada bibi kandungnya.
Dalam surat bertanggal 15 Agustus 2008 kepada ayahnya, bin Laden meminta kepada ayahnya agar merawat isteri dan anak-anaknya jika dia meninggal dunia lebih dulu.
Belum jelas kepada siapakah surat bin Laden itu ditujukan, karena ayah kandungnya, Muhammad bin Laden tewas dalam kecelakan pesawat pada 1967. Para pejabat intelijen AS belum memberikan komentar apakah mungkin surat itu ditujukan untuk ayah tirinya, Muhammad al Attas.
“Ayahku tercinta, saya mempercayakan kepadamu keselamatan isteri dan anak-anak saya, dan bahwa ayah akan terus menjaga mereka dan memantau mereka, serta membantu nafkah mereka dan kebutuhan mereka,” kata surat itu.
Dalam paragraf terakhir, Syaikh Usamah menulis, “saya minta maaf, jika saya telah melakukan apa yang Ayah tidak suka”.
Para pejabat intelijen senior AS meyakini bahwa dokumen itu adalah wasiat terakhir Usamah Bin Ladin. Tidak jelas berapa banyak uang yang dimilikinya pada saat meninggal ataupun kemudian apa yang terjadi pada hartanya itu.
(ameera/arrahmah.com)