KABUL (Arrahmah.com) – Mantan pejabat AS menurut laporan telah mengasumsikan bahwa pos kekuatan kedua di Afghanistan telah dimanfaatkan AS untuk memperketat cengkeramannya dalam pemerintahan Kabul.
New York Times melaporkan pada Selasa (19/5) bahwa presiden munafik Afghanistan Hamid Karzai telah menyetujui mantan duta besar AS untuk PBB, Zalmay Khalilzad, untuk menduduki posisi nomor satu di Afganistan.
Menurut pejabat senior AS dan Afghan yang tidak ingin disebutan namanya, posisi tersebut akan memudahkan Khalilzad untuk menjadi perpanjangan tangan AS di Afghanistan.
Pengangkatan, yang muncul di tengah-tengah hubungan membeku antara Karzai dan Gedung Putih, sudah menyampaikan keprihatinan seluruh dunia.
“Ide untuk menjadikan warga Amerika sebagai pejabat tinggi Afghanistan sangat beresiko untuk pemerintah Afghanistan maupun dan untuk orang yang ditempatkan dalam posisi tersebut,” ungkap Teresita C. Schaffer, mantan pejabat Departemen Kenegaraan yang juga merupakan pengamat Asia Selatan di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.
“Siapapun yang akan menjalankan Afghanistan harus menginjakkan kakinya di tanah Afghanistan, dan saya tahu Zal memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai negara itu,” lanjut Schaffer.
Khalilzad, seorang Afghanistan yang merupakan warganegara AS yang memainkan peranan berpengaruh di bawah pemerintahan Bush, sebelumnya telah memutuskan untuk menjadi rival Karzai dalam pemilihan presiden mendatang di Afghanistan, namun ia membatalkannya dan memilih posisi tinggi lain dalam pemerintahan Kabul.
Walaupun pejabat pemerintah AS bersikeras bahwa pihaknya tidak punya kepentingan apa-apa terhadap Khalilzad, bukanlah rahasia dengan masuknya Khalilzad dalam pemerintah Afghan akan memberi Washington cukup banyak kesempatan untuk memasukkan agenda politiknya di Afganistan. (Althaf/arrahmah.com)