WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pentagon mengumumkan pada Selasa (11/12/2018) bahwa pos pengamatan Amerika di Suriah utara, yang dimaksudkan untuk mencegah pertikaian antara tentara Turki dan milisi Kurdi yang didukung AS, telah didirikan, meskipun Ankara minta Washington untuk membatalkan langkah itu.
Dukungan AS untuk Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) telah membuat hubungannya dengan Turki tegang. Turki takut akan muncul daerah Kurdi otonom di perbatasan selatan.
“Atas instruksi Sekretaris (James) Mattis, AS mendirikan pos pengamatan di wilayah perbatasan Suriah timur laut untuk mengatasi masalah keamanan sekutu NATO kami, Turki,” kata juru bicara Departemen Pertahanan Rob Manning.
Mattis mengumumkan pada bulan November bahwa militer AS sedang dalam proses memasang pos pengamatan.
Langkah ini bertujuan untuk meyakinkan YPG, yang dianggap Turki sebagai kelompok “teroris” tetapi merupakan ujung tombak dari perjuangan internasional melawan kelompok Daesh.
“Kami menganggap serius masalah keamanan Turki dan kami berkomitmen untuk mengkoordinasikan upaya kami dengan Turki untuk membawa stabilitas bagi Suriah timur laut,” tambah Manning.
Tentara Turki sejak tahun 2016 telah meluncurkan dua operasi militer terhadap pasukan Kurdi di Suriah, yang terakhir menjadi saksi pemberontak Suriah yang didukung-Ankara mengambil kota perbatasan Afrin pada bulan Maret.
Setelah Turki menembaki pos-pos milisi Kurdi di Suriah utara pada akhir Oktober, Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang ditulangpunggungi YPG, mengumumkan penangguhan operasi mereka terhadap Daesh selama beberapa hari.
Selama pertemuan dengan Utusan Khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey, di Ankara pada Jumat pekan lalu, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar telah meminta Washington untuk menghilangkan pos pengamatan.
Akar juga menyerukan agar AS mengakhiri kerja samanya dengan YPG.
Minoritas Kurdi yang dikuasai Suriah telah membentuk kawasan semi-otonomi di utara negara yang dilanda perang itu. (Althaf/arrahmah.com)