(Arrahmah.com) – Sejumlah pejabat tinggi Washington menyebutkan bahwa Departemen Pertahanan AS (Pentagon) dan Departemen Luar Negeri AS akan segera membantu pemerintah sekuler Libya untuk membentuk pasukan komando. Pasukan komando itu akan memerangi kelompok ekstrim Islam seperti “orang-orang bersenjata” yang menewaskan empat pejabat diplomatik AS di Benghazi bulan lalu dan membantu pemerintah Libya mengatasi “milisi-milisi” dalam negeri.
Koran New York Times edisi Senin (15/10) mengutip dari sejumlah pejabat tinggi AS bahwa pemerintahan Barrack Obama pada bulan lalu telah mendapatkan persetujuan Konggres AS untuk mengalihkan dana sebesar US $ 8 juta dari anggaran operasi Pentagon dan bantuan contra terorisme yang semula diberikan kepada Pakistan.
Dana tersebut akan dialihkan untuk membantu pemerintah Libya membentuk pasukan komando Libya berkekuatan 500 personil pada tahun depan. Pasukan operasi khusus AS akan melatih pasukan komando Libya tersebut guna memerangi “teroris Islam” di Libya, seperti halnya pelatihan militer bagi pasukan komando di Yaman dan Pakistan, kata sejumlah pejabat tinggi AS.
Menurut sebuah laporan yang dikirimkan oleh Departemen Luar Negeri AS kepada Konggres AS pada 4 September lalu, tujuan dari bantuan tersebut adalah meningkatkan kemampuan pasukan Libya guna memerangi dan melindungi diri dari ancaman Al-Qaeda dan pihak-pihak yang berafilisai kepadanya.
“Sebenarnya upaya untuk membentuk satu pasukan baru (guna memerangi “teroris Islam” di Libya) telah dimulai sebelum terbunuhnya Dubes AS, Christopher Stevens dan tiga staf konsulat jendral AS di Benghazi. Namun rencana tersebut mendapat dukungan lebih luas setelah ada peristiwa penyerangan tersebut.” imbuh sejumlah pejabat tinggi Washington.
Dokumen Pentagon seperti dikutip oleh New York Times mengindikasikan bahwa pasukan komando Libya “akan menghadapi dan mengalahkan organisasi-organisasi teroris dan kelompok-kelompok ekstrim”.
Para pejabat Washington tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang pembentukan pasukan komando Libya tersebut. Namun mereka menyebutkan bahwa langkah-langkah utama pelaksanaan rencana tersebut telah didiskusikan dengan para pejabat tinggi sipil dan militer dalam pemerintahan Libya. Rencana itu dimasukkan dalam kerangka bantuan keamanan AS yang lebih luas untuk Libya.
Selama beberapa tahun terakhir pemerintah penjajah salibis AS giat menggalang “kerjasama” keamanan dan menyodorkan “bantuan” militer kepada rezim-rezim sekuler di Afrika Utara dan Afrika Barat. Misi utamanya adalah menggalang rezim-rezim sekuler tersebut untuk memerangi gerakan damai penegakan syariat Islam dan gerakan jihad Al-Qaeda serta kelompok-kelompok yang disinyalir berafiliasi dengannya.
(muhib almajdi/arrahmah.com)