TUNIS (Arrahmah.com) – Ribuan warga Tunisia melakukan demonstrasi besar-besaran di Ibu Kota Tunis, Ahad (10/10/2021).
Mereka menentang perebutan kekuasaan secara total oleh Presiden Kais Saied.
Dilansir Reuters (10/10), polisi mencoba menghentikan laju maju mereka di sepanjang Jalan Habib Bourguiba.
Sepekan sebelumnya, ribuan orang berdemonstrasi mendukung Saied, sehingga, akan meningkatkan jumlah pengunjuk rasa di masing-masing pihak.
Kondisi itu, kemungkinan akan meningkatkan perpecahan politik Tunisia menjadi konfrontasi jalanan antara kedua kubu.
“Kami tidak akan menerima kudeta dan cukup sudah,” kata Yassin ben Amor, seorang pengunjuk rasa.
Polisi memblokir pawai tanpa kekerasan, karena beberapa demonstran melemparkan botol plastik.
Saied memberhentikan perdana menteri, menangguhkan parlemen dan mengambil alih kekuasaan eksekutif pada Juli 2021.
Sebuah gerakan yang disebut musuhnya sebagai kudeta.
Bulan lalu dia mengesampingkan sebagian besar konstitusi, yang dia katakan akan menunjuk sebuah komite untuk diamandemen.
Dia menegaskan akan tetap bisa memerintah dengan dekrit.
Intervensinya telah meragukan perolehan demokrasi yang dibuat oleh rakyat Tunisia selama revolusi 2011 yang memicu pemberontakan Musim Semi Arab.
Dia menunjuk Najla Bouden Romdhane sebagai Perdana Menteri Tunisia.
Tetapi dia belum menunjuk pemerintah, padahal penting untuk upaya menyelesaikan krisis keuangan Tunisia.
Saied mengatakan pada Sabtu (9/10) mengatakan akan melakukannya segera.
Saied mengatakan akan memulai dialog dengan rakyat Tunisia dan perwakilan pemuda, khususnya dari daerah.
Dia menyampaikan hal itu selama pertemuan pada Sabtu (9/10) dengan menteri dalam negeri sementara Ridha Gharsaloui.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Khaled Hayouni mengatakan polisi akan menangani pengunjuk rasa dari kedua belah pihak dengan cara yang sama.
“Polisi Tunisia adalah polisi republik dan tidak campur tangan dalam sisi politik manapun,” katanya.
Dialog apapun yang tidak melibatkan partai politik besar atau elemen masyarakat sipil lainnya yang mapan, akan mendorong oposisi yang lebih terbuka terhadap langkahnya.
Negara pendonor yang diperlukan untuk mencegah runtuhnya keuangan publik Tunisia, telah menyerukan proses inklusif untuk mengakhiri periode krisis.
Dengan manuver politik yang bergerak sangat lambat, Saied menunjuk pada mobilisasi jalanan untuk mendukung posisinya.
Pekan lalu lebih dari 8.000 demonstran berunjuk rasa di Tunis untuk mendukung Saied.
Sedangkan Kementerian Dalam Negeri mengatakan sekitar 5.000 orang hadir.
Keesokan harinya, Saied mengatakan 1,8 juta orang telah keluar untuk mendukungnya. (hanoum/arrahmah.com)