JUBA (Arrahmah.com) – Tanpa jatah makanan, Ayen Madit, ibu tujuh anak berusia 40 tahun, bertahan hidup dengan memakan daun pohon dan buah-buahan liar saat kerawanan pangan memburuk di wilayah Bhar El Ghazal Utara di Sudan Selatan, lapor Anadolu Agency.
Badan-badan PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa 7,24 juta warga Sudan Selatan berada di ambang bencana karena kerawanan pangan memburuk karena banjir, konflik, dan virus corona.
Selain itu, Program Pangan Dunia pada bulan April memotong jatah makanan sebesar 50%, mempengaruhi 700.000 pengungsi Sudan Selatan dan pengungsi di negara termuda di dunia.
Madit, seorang penduduk Araith Payam dari Aweil North, mengatakan orang-orang memakan daun dari pohon karena mereka tidak punya pilihan karena kelaparan.
Dia mengatakan sekelompok wanita pergi ke hutan di pagi hari dari jam 8 pagi – 3 sore untuk mencari buah-buahan liar dan daun pohon untuk memberi makan keluarga mereka.
“Kami pergi berkelompok untuk mencari daun pohon dan buah-buahan liar meninggalkan anak-anak kami untuk tinggal di rumah tanpa apa pun untuk dimakan di pagi hari. Mereka hanya makan di malam hari ketika kami kembali dari hutan,” kata Madit kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara telepon. .
Northern Bhar El Ghazal adalah satu dari sedikit daerah yang terhindar dari konflik lebih dari enam tahun yang meletus pada Desember 2013.
“Kami mengorbankan hidup kami untuk anak-anak agar mereka bisa makan,” katanya. “Tidak cukup makanan untuk dimakan. Beberapa anak mengalami diare setelah makan daunnya.”
Diungkapkan Madit, karena kepahitan daun pohon Lalop, mereka sering kelaparan.
Dia mendesak pemerintah dan lembaga kemanusiaan untuk menyelamatkan penduduk dari situasi tersebut dengan memberikan bantuan.
(fath/arrahmah.com)